hati-hati: kitab-kitab agama telah diedit
Ini saya cuplik dari barrynuqoba. Wah..wah, mendhing tidak usah beli kitab/buku dari sana. Tidak terjamin otentikasinya.
…………….
Yang lebih parah dari itu, para pendukung kelompok Salafi—yang didukung dana begitu besar—berani melakukan perubahan pada kitab-kitab standar Ahlusunnah, demi untuk menguatkan ajaran mereka, yang dengan jelas tidak memiliki akar sejarah dan argumentasi (tekstual dan rasional) yang kuat. Dengan melobi para pemilik percetakan buku-buku klasik agama yang menjadi standar ajaran—termasuk kitab-kitab hadis dan tafsir—mereka berani mengeluarkan dana yang sangat besar untuk mengubah beberapa teks (hadis ataupun ungkapan para ulama) yang dianggap merugikan kelompok mereka.Kita ambil contoh apa yang diungkapkan oleh Syeikh Muhammad Nuri ad-Dirtsawi, beliau mengatakan: “Mengubah dan menghapus hadis-hadis merupakan kebiasaan buruk kelompok Wahabi. Sebagai contoh, Nukman al-Alusi telah mengubah tafsir yang ditulis oleh ayahnya, Syeikh Mahmud al-Alusi yang berjudul Ruh al-Ma’ani. Semua pembahasan yang membahayakan kelompok Wahabi telah dihapus. Jika tidak ada perubahan, niscaya tafsirbeliau menjadi contoh buat kitab-kitab tafsir lainnya.
Contoh lain, dalam kitab al-Mughni karya Ibnu Qodamah al-Hanbali, pembahasan tentang istighotsah telah dihapus, karena hal itu mereka anggap sebagai bagian dari perbuatan Syirik. Setelah melakukan perubahan tersebut, baru mereka mencetaknya kembali.Kitab Syarah Shahih Muslim pun (telah diubah) dengan membuang hadis-hadis yang berkaitan dengan sifat-sifat (Allah), kemudian baru mereka mencetaknya kembali.”
Namun sayang, banyak saudara-saudara dari Ahlusunnah lalai dengan apa yang mereka lakukan selama ini. Perubahan-perubahan semacam itu, terkhusus mereka lakukan pada hadis-hadis yang berkaitan dengan keutamaan keluarga (Ahlul-Bait) Nabi saw. Padahal, salah satu sisi kesamaan antara Sunni-Syiah adalah pemberian penghormatan khusus terhadap keluarga Nabi. Dari sinilah akhirnya pribadi seperti Sayyid Hasan bin Ali as-Saqqaf menyatakan bahwa mereka tergolong kelompok Nashibi (pembenci keluarga Rasul).Dalam kitab tafsir Jami’ al-Bayan, sewaktu menafsirkan ayat 214 dari surat as-Syu’ara: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabat-mu yang terdekat,” di situ, Rasulullah mengeluarkan pernyataan berupa satu hadis yang berkaitan dengan permulaan dakwah.
Pada hadis yang tercantum dalam kitab tafsir tersebut disebutkan, Rasul bersabda: “Siapakah di antara kalian yang mau menjadi wazir dan membantuku dalam perkara ini—risalah—maka akan menjadi saudaraku…(kadza…wa…kadza)….” Padahal, jika kita membuka apa yang tercantum dalam Tarikh at-Thabari kata “kadza wa kadza” (yang dalam penulisan buku berbahasa Indonesia, biasa digunakan titik-titik) sebagai ganti dari sabda Rasul yang berbunyi: “Washi (pengganti) dan Khalifahku.” Begitu pula hadis-hadis semisal, “Aku adalah kota ilmu, sedang Ali adalah pintunya,” yang dulu tercantum dalam kitab Jaami’ al-Ushul karya Ibnu Atsir, kitab Tarikh al-Khulafa’ karya as-Suyuthi dan as-Showa’iq al-Muhriqoh karya Ibnu Hajar yang beliaunukil dari Shahih at-Turmudzi, kini telah mereka hapus.
Melakukan peringkasan kitab-kitab standar, juga sebagai salah satu trik mereka untuk tujuan yang sama.
………….
[…] Dari mana anak cucu kita nanti menyaksikan prasasti-prasasti, bukti-bukti perjuangan Rasul saw, dan saksi-saksi bisu perjuangan para sahabat. Dari mana mereka mengetahui sejarah beliau2 secara nyata. Dari buku-buku? kitab-kitab? Manuscript-manuscript? Hanya dari situ sajakah? Sedangkan buku-buku sejarah mudah sekali dimanipulasi. Jangankan kitab sejarah, kitab para ulama terdahulu saja terindikasi telah banyak dimanipulasi. […]
Termasuk Kitab karangan Imam Hasan Al Asy’ari yakni “al-Ibanah an Ushuli Diyanah” pun mereka rubah..
Wallahu Warosuluhu ‘alam
–> Berbagai kitab para ulama yg lain juga telah diedit. Kami baca dari berbagai tempat tanpa sempat menukilkannya ke sini. Semoga Allah selalu meluruskan jalan kita. Amien.
memang sebagian redaksi banyak yang dirubah, seperti kitab kecil kifayatul ahyar saja antara edisi dalam negeri dan luar negeri ada perbedaan.
Bagi yang mengetahuinya mohon informasinya dan di nukilkan redaksi yang telah dirubah dan redaksi yang belum dirubah, agar muslim generasi berikutnya bisa memperoleh pengetahuan yang obyektif.
gufi212@gmail.com
skitar tahun 2003-an, abah saya pernah bilang, Ihya Ulumuddin al Gazali pun dirubah/diedit.. ada beberapa hadis yg dihilangkan..
kren…
coba kemampuan mereka untuk mengubah/mengedit buku2 itu diterapkan ke Ahmadiyah, Lia Eden dkk.. pasti akan lebih bermanfaat menyadarkan saudara2 kita yg nyasar..
Kitab Tafsir Ibnu Katsir pun sudah di edit dan sekarang berganti nama dengan “MUKHTASHAR IBNU KATSIR”, yang mengedit adalah Muhammad ‘Ali Ash-Shabuniy. Sehingga ketika saya suruh beli kitab Tafsir Ibnu Katsir pada kawan saya yang pergi ke Mekkah menunaikan Ibadah haji yang dibawa pulang adalah Mukhtashar tersebut yaitu 3 Jilid saja, padahal biasanya 4 Jilid. siapa Ash-Shabuniy itu?