Fatwa Misterius, Ajaran NU Dianggap Sesat (1)
Qunut, Dzikir, dan Wirid Tak Perlu
Fatwa Misterius, Ajaran NU Dianggap Sesat (1)
Waraga NU Jawa Timur Jombang khususnya dan Indonesia pada umumnya, beberapa waktu lalu sempat dikejutkan dengan munculnya fatwa yang mengatasnamakan ulama Jombang. Fatwa itu berjudul “Fatwa Ulama Jombang Dalam Berbagai Ibadah/Amalan”. Dengan cepat, ulama yang bertentangan dengan ajaran ahlu sunah waljamaah itu menyebar kemana-mana, bahkan sampai di Kalimantan maupun Lampung. Ulama yang jauh dari Jombang pun bereaksi dengan keras. Bagaimana sebenarnya fatwa yang menyesatkan itu bisa beredar dan siapa yang membuat? Berikut ini beberapa catatan HARIAN BANGSA yang diturunkan secara bersambung.
TIDAK hanya ulama yang jauh dari Jombang saja yang terkejut, ulama yang berada di Jombang pun sempat terkajut dengan fatwa tersebut. Anehnya, selebaran ini diambil dari “Mimbar Dakwah” asuhan H Ahamd Abduh SH. Yang lebih mengejutkan lagi, di dalam selebaran fatwa tersebut terdapat nama 9 kiai yang seolah membenarkan fatwa tersebut. Para kiai itu adalah KH Abdullah Shidiq, KH Mahfudz Shidiq, KH Abdullah Hasyim, KH Hasyin Basdan, KH A Ridwan Hambal, KH Fathurrochman Sujono, KH Cholil Anshor, dan KH Tantowi.
Nama-nama kiai itu sangat melekat dan akarab di telinga para nahdliyin. Sontak mereka pun langsung mempertanyakan kebenaran fatwa tersebut. Padahal mereka sudah mengamalkan ajaran ahlusunah wal jamaah itu secara turun temurun. Jika ditelesik lebih jauh lagi dari model selebaran tersebut jelas dibuat bukan dari kalangan warga nahdliyin. Apalagi isinya banyak yang menyerang amalan-amalan warga NU.
Dalam selebaran itu disebutkan agar warga NU meninggalkan kebiasaan membaca Usholli dengan suara keras. Alasannyaa, kerana niat itu pekerjaan hati, jadi cukup di hati saja. Yang lainya soal membaca wirid, atau dzikir adalh ba’da shalat. Imam tidak perlu perlu membaca wirid, dzikir dengan suara keras, cukup dalam hati atau dilalafadzkan masing-masing dengan suara pelan. Imam ba’da shalat, juga tidak perlau memimpin dizkir dan doa bersama dengan jamaah lain. Jamaah shalat tidak perlu mencium tangan imam.
Demikian juga soal qunut shalat Subuh juga tidak perlu. Dalam selebaran itu, disebutkan tidak perlu memabca doa qunut, kecuali ada sessuatu bahahaya terhadap kehidaupan umat Islam, secara keseluruhan. Semenatra membaca qunut dibaca setiap sholat bila ada sesuatu bersifat darutat, tidak hanya dalam sholat subuh saja.
Sementara soal shalat sunat rawatib, disebutkan shalat sunat qabliyah dan ba’diyah adalah sebagai berikut” qabla subuh, qabla dhuhur, ba’da dhuhur, shalat Asar tidak ada rawatib, ba’da maghrib dan ba’da Isya. Sementara dalam shalat Jumat, tidak ada adzan sebelum khotib naik mimbar.
PB NU Diminta Bersikap
Menyikapi maraknya peredaran selebaran gelap yang mengatasnamakan ulama-ulama Jombang di beberapa daerah, ditanggapi datar oleh Rais Syuriah PC NU Jombang KH. Nashir A. Fattah beberapa waktu lalu. Ia hanya menyebut beredarnya selebaran yang melarang praktek ubudiyah yang sudah menjadi tradisi NU tersebut sebagai resiko dari kebesaran NU yang semakin tidak tertandingi. Meski merasa sedikit gerah, pihaknya mengaku tetap berfikir realistis dan tidak emosional.
“Dalam kontek ini, kita tidak perlu menduga-duga dan mencari siapa yang mengedarkan selebaran tersebut. Itu akan kontra produktif dengan tujuan perjuangan NU yaitu amar ma’ruf nahi mungkar. Kalau ada yang klarifikasi atau tabayun terkait dengan selebaran tersebut ya kita layani dengan baik bahwa tidak ada ulama Jombang yang pernah mengeluarkan intruksi seperti itu” tegasnya ditemui HARIAN BANGSA di kediamannya.
Menurut Nashir, dilihat dari banyaknya surat klarifikasi yang dikeluarkan oleh PCNU yang tembusannya ditujukan ke PWNU dan PBNU, sudah selayaknya saat ini baik PWNU maupun PBNU mengambil inisiatif klarifikasi dan tabayun ke semua pihak.
“Akan sangat efektif bila langkah klarifikasi diambil alih oleh PWNU maupun PBNU dan sebarkan secara nasional ke seluruh pihak” katanya.
Sementara Katib Syuriah PC NU Drs H Taufiq A. Jalil ditemui di ruang kerjanya mengaku tidak menduga bila soal selebaran tersebut akan berkepanjangan. Karena dianggap sebagai aksi ‘dadakan’, menurut Taufiq, langkah klarifikasipun hanya diambil secara parsial. “Karena kita tidak menduga kalau jadi panjang begini, melalui surat maupun fax kita hanya menjawab surat-surat klarifikasi yang masuk ke PCNU” tandasnya menyesalkan.
Melihat makin banyaknya reaksi dari ualama berbagai daerah maupun masyarakat yang bertanya secara langsng, PCNU Jombang minta agar PWNU maupun PBNU segera mengeluarkan sikap maupun imbauan. Sebab bisa jadi selebaran itu terus beredar kemana-mana di berbagai pelosok daerah. Jika tidak segera disikapi nantinya bisa menimbulkan masalah dikemudian hari.(sol)
Sumber:
terlepas siapa yang membuat fatwa,yang penting,hal tersebut bertentangan dengan acuan agama islam apa tidak? Kita umat muslim punya acuan yang baku adalah Qur’an dan Hadist.lalu apakah ada tuntunan yang membenarkan apa yang disebut dalam fatwa tersebut “tidak perlu”? kalau tidak ada,kenapa diributkan,bahkan dianggap menyesatkan? mana yang benar? Qur’an dan Hadist? apa adat kebiasaan? katakanlah yang benar adalah benar,yang salah adalah salah.
–> Terima kasih n salam kenal .. mas aryanto. Orang2 NU pun berpendapat bahwa amalan-amalan mereka sesuai dengan Qur’an dan hadits. Saya kira ulama2 NU pun berani menghadapi pihak pembikin selebaran gelap ini untuk berhujah.
Namun masalah sebenarnya adalah… kalau ingin berdakwah, kenapa harus memalsukan identitas dan bikin selebaran gelap, sehingga meresahkan masyarakat.
Di mana teladan kanjeng Nabi saw yang jujur dan akhlakul karimah? Apakah metode seperti ini ada di dalam tuntunan al Qur’an atau hadits/sunnah Nabi saw?
terlepas siapa yang membuat fatwa,yang penting,hal tersebut bertentangan dengan acuan agama islam apa tidak? Kita umat muslim punya acuan yang baku adalah Qur’an dan Hadist.lalu apakah ada tuntunan yang membenarkan menyebarkan selebaran gelap, mencatut dan memalsu nama orang, memalsu kitab dan mencetak ulang, serta membuat resah sesama muslim “tidak perlu”? kalau tidak ada,kenapa diributkan,bahkan dianggap menyesatkan? mana yang benar? Qur’an dan Hadist? apa adat jahiliyah yang tidak beradab? katakanlah yang benar adalah benar,yang salah adalah salah.
ass.wr.wb.
inilah saatnya kita mulai meneliti amalan-amalan kita, apakah selama ini amalan kita telah sesuai dengan Qur’an dan Hadits atau amalan kita masih tercampuri amalan -amalan yang sifatnta bid’ah,kurofat dan tahayul dan kebiasaan-kebiasaan ataupun adat yang tidak ada dasarnya dalam Qur’an dan Hadits. adanya fatwa ulama jombang yang ada di internet baik benar ataupun hanya selebaran gelap tapi itu benar adanya dan menjadi amalan warga nahdliyin.
menurut saya, PB NU harus segera memberikan penyelasan kepada umat dari fatwa ulama jombang itu mana yang salah dan mana yang benar dengan dasar Qur’an dan Hadits mumpung kita masih hidup dan masih ada waktu untuk merubah seandainya amalan yang dijalankan selama ini salah.”khasibu anfusakum qobla antu hasabu”.koreksilah diri kamu sebelum jika nanti Aku (A) yang mengoreksi.
wass.wr.wb
–> Wa’alaikum salam wrwb.
Terima kasih komentarnya. Saya kira, orang-orang NU pun akan berpendapat bahwa amalan-amalan mereka telah selaras dengan Al Quran dan Hadits. Dan saya kira ulama2 NU berani berhujah dengan pihak pembuat selebaran itu.
Setuju dengan .. “koreksilah diri kamu sebelum jika nanti Aku (A) yang mengoreksi”. Maka, cara dakwah pun harus sesuai dengan teladan Rasulullah saw. Knp harus memalsukan identitas, knp harus pakai selebaran gelap. Ini adalah cara-cara yang Bid’ah, Khurofat. Bukankah bid’ah/khurofat ini pula yang ingin diberantas?
inilah saatnya kita mulai meneliti amalan-amalan kita, apakah selama ini amalan kita telah sesuai dengan Qur’an dan Hadits atau amalan kita masih tercampuri amalan -amalan yang sifatnya bid’ah,kurofat dan tahayul dan kebiasaan-kebiasaan ataupun adat yang tidak ada dasarnya dalam Qur’an dan Hadits. adanya fatwa ulama jombang yang ada di internet baik benar ataupun hanya selebaran gelap tapi itu benar adanya dan menjadi amalan warga nahdliyin.
menurut saya, saudara/saudari yeni harus segera memberikan penjelasan kepada umat dari fatwa ulama jombang itu mana yang salah dan mana yang benar dengan dasar Qur’an dan Hadits, apakah cara-cara tersebut dibenarkan dengan mencatut nama orang, memalsu identitas, merasa benar sendiri tanpa tabayun dahulu, serta meresahkan/memusuhi saudara semuslim sendiri dengan membesar-besarkan masalah khilafiyah, menyebarkan selebaran gelap demi kepentingan golongannya, mumpung kita masih hidup dan masih ada waktu untuk merubah seandainya amalan yang dijalankan selama ini salah.”khasibu anfusakum qobla antu hasabu”.koreksilah diri kamu sebelum jika nanti Aku (A) yang mengoreksi.
wass.wr.wb
Ada beberapa teladan di dalam al Qur’an dalam hal dakwah. Ada contoh bagaimana Nabi Musa as menghadapi Raja Fir’aun. Teladan Nabi Ibrahim as dengan Raja Namrud. Atau teladan Nabi Isa as dakwah yang tidak kuasa melawan kekuasaan Romawi. Dan lain-lain. Serta teladan dari kanjeng Nabi saw sendiri terhadap pemuka-pemuka Madinah, dan kepada penguasa Romawi, Persi, Ethiopia, dll waktu itu.
Selain itu, banyak metode/cara para ulama dalam berdakwah yang bisa dicontoh. Fakta sejarah, ada Syekh Yusuf Makasar, ada Syekh Maulana Ishak, ada Wali Songo, dan masih banyak lagi.
Mereka para Nabi dan para ulama itu berdakwah dengan cara-cara yang diridloi Allah swt. Tidak menghalalkan segala cara. Tidak ada dengan cara seperti di atas. Bikin berita (bohong) yang seolah-olah dari Raja masing-masing.
Itu adalah cara yang ditempuh oleh Snock Horgronje, untuk menghadapi perlawanan Aceh., dan untuk menipu para ulama di seluruh Nusantara. Cara-cara ini pula yang ditempuh oleh …… (anda tahu kan berita-berita ttg kristenisasi). Kalau demikian… siapa yang meneladani siapa ?
Wallahu a’lam.
ass.wr.wb.
mohon maaf saya seorang nahdliyin yg secara turun temurun diwariskan dan dianut oleh nenek moyang saya. walaupun saya bukan seorang nahdliyin yg fasih dan menegenal secara detil semua ajaran NU berikut dalil2nya. saya sangat yakin bahwa ajaran NU benar adanya, kenapa? mulai dari kecil sampe saat ini sy bisa membandingkan dan merasakan betapa tentram dan damai ajaran islam yg di bawa oleh NU. soft, peace, and perfect dan yg paling penting alqur’an dan hadist sebagai tuntunannya.
permohonan saya kepada semua kiai dan ulama NU panutan,
segera meluruskan dan menegaskan bahwa selebaran itu tdk benar… secara terbuka dan mudah diperoleh oleh semua warga NU yg notabene tersebar hingga ke pelosok2 dimana sangat minim sarana informasi.
terimaksih dan salam
Pomo
nahdliyin setia hingga akhir zaman. insya allah..aminnn
wa’alaikum salam wr. wb
–> Coba mas supomo baca kelanjutannya sampai akhir (6). Saya kira sudah diklarifikasi, dan ketahuan siapa sebenarnya si pembuat bid’ah ini.
Cara dakwah dengan menjelekkan kelompok lain dan melakukan pemalsuan nama / mengatas namakan kelompok lain yang dijelekkan tersebut adalah sangat sangat sangat tidak islami.
TRIMS
[…] by orgawam on March 4, 2008 Tadinya ku tak tertarik. Topik yang diajukan mirip dengan selebaran gelap duluuuuuu. Bedanya..yang ini berupa buku. Ada pengarangnya, tidak sembunyi. Namun ternyata pengarang tidak […]
Assalaamu ‘alaikum.Wr.Wb
Amalan yang diterima oleh Alloh adalah amalan yang sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadits berdasarkan dalil “Wala taqfu ma laisalaka bihi ilm, inna sam’a wal bashoro wal fuadza kullu ulaika kana ‘anhu masula” artinya:Dan janganlah kamu mengerjakan pada sesuatu amalan yang tidak ada ilmunya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan ditanya dari yang diperbuatnya.dan “Man ‘amila amalan laisa ‘alaihi amruna fahuwa roddun artinya:Barang siapa beramal pada suatu amalan yang tidak ada pada amalan itu perkaraku ( tidak ada dasarnya baik di Qur’an dan Hadits)maka amalan itu akan ditolak.dan “Aballooh anyaqbalu amalan lishohibil bid’ah hatta yada’u bid’atahu” artinya : Menolak Alloh jika menerima amalannya ahli bid’ah sehingga dia meninggalkan bid’ahnya.dan “Innalloha layaqbalu amalan lishohibil bid’ah,sholatan wala shodaqotan wala shouman wala hajjan wala umrotan wala sorfan wala ‘adlan wala jihadan yahruju minal islam kama tahruju sya’aroti minal ajn Artinya :Sesungguhnya Alloh menolak amalan ahli bid’ah, baik sholatnya,shodaqohnya,puasanya,hajinya,umrohnya,ibadah wajibnya,ibadah sunnahnya, jihadnya semuanya tidak diterima,bahkan keluar dari islam sebagaimana keluarnya rambut dari adonon kue.Jadi intinya sesuai dalil diatas amalan yang tidak sesuai Al Qur’an dan Al Hadits pasti ditolok nantinya berarti sia sia belaka, makanya jangan ikut-ikutan,rubuh-rubuh gedang, jangan kata kiayinya(kalau itu tidak sesuai dengan QH jangan diikuti)dan jangan syirik,bid’ah, khurofat dan tahhayul karena banyak kiayi panutan umat yang masih mengamalkan perbuatan seperti itu,kalau ada kesalahan mohon dimaafkan.
Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb.
–> Wa’alaikum salam wrwb. Salam kenal mbak (mas??) Yeni. Lain kali kalau menulis mohon pakai paragraf, dan tata bahasa yg baik (perhatikan huruf kecil, besar, koma, titik, dsb), untuk supaya mudah dipahami. Dengan demikian menjadi amal ibadah anda. Walau menulis dgn paragraf tak dicontohkan Nabi, tapi kalau tulisan anda spt di atas … pusing saya (ihiks .. saya kebetulan baru tak enak badan .. jadi tambah pusing). Dan kata guru kami pula bahwa menulis pakai paragraf itu jauh lebih baik. Anda boleh tak percaya, namun kenyataan membuktikan.
Ada beberapa hal yg perlu ditanggapi. Setuju bahwa amalan ahli bid’ah akan tertolak. Namun bid’ah yg bagaimana yg dimaksud kanjeng Rasul saw. Para ulama sejak masa tabi’in telah mendefinisikan maksud kata bid’ah itu, untuk memperjelas maksud bid’ah dari hadits Nabi saw yg terkenal. Makna bid’ah didefinisikan dengan teliti, mempertimbangkan sunnah2/ hadits2 yg lain, serta sunnah2 para sahabat (sahabat Umar ra juga memakai kata bid’ah dalam hal tarawih yg anda pun pasti tahu) . Definisi ini dipakai dari zaman ke zaman tanpa ada perselisihan. Ada tercatat di blog ini. Silakan simak. Itulah pegangan kami.
Jika kemudian ada sekelompok mendefinisikan sendiri kata bid’ah tanpa mengacu kepada ulama-ulama salaf.. dan kemudian menembakkannya ke semua kegiatan/ perbuatan yg tak disukainya, dan menjuluki pelaku-nya sebagai ahli bid’ah secara sembarangan .. maaf kami tak pakai itu.
Maka dari itu saran saya .. simaklah maksud kata bid’ah ini baik2 agar tak tersesat. Definisi para Ulama tentang kata ini telah jelas, pilihlah definisi/ pendapat ulama yg muktabar, mayoritas, dari zaman ke zaman. Umat (para ulama) ini tak kan bersepakat dalam kesesatan. Ada hadits-nya kan. Hanya yg menyempal yg kemungkinan besar tersesat.
Yang kedua, ttg “jangan ikut-ikutan kata kyai”. Kyai adalah sebutan untuk ulama bagi masyarakat desa (jawa). Mas (mbak) .. setiap manusia punya keterbatasan. Ada orang yg seumur2 tak pernah keluar dari kampungnya. Kalau anda melarang ikut kata kyai .. kepada siapakah mereka belajar agama? Kita patut bersyukur diberi karunia wawasan yg lebih luas. Namun kita belajar agama kepada siapakah? Ulama. Dari mana anda tahu ada dalil dari QH? Ulama.
Jika anda ragu suatu perbuatan ada sumber dalilnya atau tidak, seharusnyalah anda tanyakan kepada ulama yg kompeten. Kyai kampung mungkin tak tahu (tidak sampai levelnya), namun kyai/ ulama yg kompeten masih banyak. Anda bisa temui dan berdialog dengan para ulama itu. Atau membaca buku2/ kitab2nya. Bacalah buku2 dari kedua sisi yg berseberangan. Para ulama NU itupun berani berhujah dengan amalannya. Orang-orang NU pun yakin bahwa amalan-amalan mereka selaras dengan Al Quran dan Hadits. So .. kenapa tak diserap hujahnya. Semoga kita selalu mendapat petunjuk-Nya. Amien.
Mengatakan .. “jangan ikuti kyai” adalah salah satu target kampanye para missionaris, untuk menjauhkan umat dari ulama-nya. Ini langkah awal untuk selanjutnya menjauhkan umat ini dari agama-nya. Kalau ini berhasil, maka umat ini akan seperti buih diombak yg mudah diombang-ambingkan oleh mereka. Janganlah kita terjebak sehingga justru menjadi juru kampanye-nya, sadar ataupun tak sadar.
Maaf kalau tak berkenan. Wallahu a’lam.
NB: Penekanan kami dari artikel ini adalah,
Justru ada sekelompok org2 yang malah bikin selebaran gelap, memalsu nama2 ulama, dan membikin fatwa-fatwa palsu pula. Inikah dakwah/ amal sesuai contoh baginda Rasul saw? NO way .. Maka telah ada tanda2, kelompok dari manakah yang merupakan ahli bid’ah yg sebenarnya.
kok segampang ny menyebut orang dgn kata ulama… bukan kah tidak mudah untuk menjadi ulama..?? ana saran aja jgn pakai kata ulama pakai aja kata ustad itu insya Alloh lebih elevan…
setuju ulama itu harus hafal 100 ribu hadis………
Amalan yang diterima oleh Alloh adalah amalan yang sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadits berdasarkan dalil “Wala taqfu ma laisalaka bihi ilm, inna sam’a wal bashoro wal fuadza kullu ulaika kana ‘anhu masula” artinya:Dan janganlah kamu mengerjakan pada sesuatu amalan yang tidak ada ilmunya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan ditanya dari yang diperbuatnya.dan “Man ‘amila amalan laisa ‘alaihi amruna fahuwa roddun artinya:Barang siapa beramal pada suatu amalan yang tidak ada pada amalan itu perkaraku ( tidak ada dasarnya baik di Qur’an dan Hadits)maka amalan itu akan ditolak.dan “Aballooh anyaqbalu amalan lishohibil bid’ah hatta yada’u bid’atahu” artinya : Menolak Alloh jika menerima amalannya ahli bid’ah sehingga dia meninggalkan bid’ahnya.dan “Innalloha layaqbalu amalan lishohibil bid’ah,sholatan wala shodaqotan wala shouman wala hajjan wala umrotan wala sorfan wala ‘adlan wala jihadan yahruju minal islam kama tahruju sya’aroti minal ajn Artinya :Sesungguhnya Alloh menolak amalan ahli bid’ah, baik sholatnya,shodaqohnya,puasanya,hajinya,umrohnya,ibadah wajibnya,ibadah sunnahnya, jihadnya semuanya tidak diterima,bahkan keluar dari islam sebagaimana keluarnya rambut dari adonon kue.Jadi intinya sesuai dalil diatas amalan yang tidak sesuai Al Qur’an dan Al Hadits pasti ditolok nantinya berarti sia sia belaka, makanya jangan ikut-ikutan,rubuh-rubuh gedang, jangan kata selebaran gelap yang gak jelas penulisnya dan mencatut nama orang demi kepentingan golongannya saja, habis itu memalsu identitas lagi (kalau itu tidak sesuai dengan QH jangan diikuti)dan jangan syirik,bid’ah, khurofat dan tahhayul karena ada golongan tertentu yang masih mengamalkan perbuatan seperti itu demi kepentingannya golongannya sendiri habis itu merasa bener sendiri lagi, kalau ada kesalahan mohon dimaafkan.
Ass.Wr.Wb
Didalam sebuah hadits yang menjelaskan masalah bid’ah disebutkan:Wa syarol umuri muhdatsatuha wa kullu muhdatsatin bid’ah wa kullu bid’atin ndolalah wa kullu ndolalatin finnaro, yang artinya:Sejelek-jeleknya perkara adalah barunya perkara (syariat ibadah)dan setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap yang bid;ah adalah sesat dan setiap kesesatan masuk dalam neraka.
Dalam hadits lain Nabi bersabda : Man ‘amila amalan laisa ‘alaihi amruna wahuwa roddun, artinya: barang siapa beramal pada suatu amalan yang tidak ada pada amalan itu perkaraku(N)(tidak berdasarkan Al Qur’an dan Hadits) maka amalan itu akan ditolak.Kiranya sudah jelas amalan yang benar itu yang sesuai dengan amalannya Nabi yaitu islam yang murni,muhlishina lahu din.Maaf kalau ada tulisan yang salah atau tidak berkenan.
Wass.Wr.Wb
–> Wangalaikum salam wrwb.
Hadits yg sangat populer tetapi sering diamalkan melupakan hadits yg lain. Bagaimana dengan hadits Muadz ketika diutus ke Yaman. Bagaimana dgn hadits Muslim bahwa orang-orang yang membuat sesuatu yg baru yg baik akan mendapat pahala selama diamalkan oleh orang-orang yg mengikutinya.
Hadits anda ini sangat pas jika diarahkan ke pihak orang2 yang bikin selebaran gelap, memalsu nama2 ulama, dan membikin fatwa-fatwa palsu itu. Karena sudah jelas perbuatan orang-orang itu sesat, tidak sesuai dengan contoh baginda Nabi saw yang murni, muhlishina lahu din.
Itu skala kecil yang dilakukan oleh kroco-kroconya. Dalam skala besar, ulama2 mereka pun mengacak-acak kitab-kitab salafiyah, mengeditnya, memalsukannya, kemudian mencetak ulang dengan isi yg sudah berubah, agar sesuai dengan pemahaman (nafsu) mereka. Na’udzubillahi min dzalik.
Maka telah ada tanda2, kelompok dari manakah yang merupakan ahli bid’ah yg sebenarnya.
beginilah kalau belum bljr tafsir hadist. jgn menafsirkan hadist hanya secara harfiyah mba..
ucapan nabi itu sangat agung. butuh pemahaman mendalam..
contoh soal hadist bahwa ada segolongan umatku yg menghalalkan zinah, alat musik dan khamr.
KH. ahmad dahlan aja jawab gini saat ditanya muridnya “yg kafir kan orangnya, alat musiknya tidak”, jadi maksudnya selama musik tidak membuat kita lupa kepada Allah ya gpp..beda lg klo dengerin musik pas adzan,lupa solat itu baru haram.
lalu hadist soal isbal. semua akan masuk neraka kalo berisbal. jaman skrg kan dimana2 celananya bnyk yg isbal, kasian donk umat nabi jaman skrg..jaman nabi dulu isbal menunjukkan kesombongan, menunjukkan derajat. beda ama
jaman skrg, mau buruh petani presiden, semuanya isbal. tidak akan masuk ke surga org yg didalam hatinya
masih ada kesombongan walau sebesar biji zarrah. itu intinya.
skrg kita bahas soal hadist yg mba sodorkan.
Memberi makna “kullu” hanya satu macam, yaitu “tiap-tiap/semua”. Padahal arti “kullu” itu ada dua, yaitu : “tiap-tiap” dan “sebagian”
Dengan rahmat dan hidayah Allah, ana paparkan kesalahan “kaum wahhabi”:
1. Tidak memperdulikan sabda Sahabat Umar “Ni’matul bid’atu hadzihi” (alangkah bagus bid’ah ini).
2. Memberi makna “kullu” hanya satu macam, yaitu “tiap-tiap/semua”. Padahal arti “kullu” itu ada dua, yaitu : “tiap-tiap” dan “sebagian”
Seperti kita maklumi, menurut istilah ilmu manthiq:
– “kullu” yang berarti “tiap-tiap” disebut “kullu kulliyah”
– “kullu” yang berarti “sebagian” disebut “kullu kully”
contoh “kullu kulliyah”
firman Allah: “Kullu nafsin dza’iqotul maut” yang artinya “tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”
contoh “kullu kully”
firman Allah: “wa ja’alnaa minal maa’i kulla syai’in hayyin” yang artinya “Dan telah kami jadikan dari air sebagian makhluk hidup”.
kalau “kulla syai’in” di sini diartikan “tiap-tiap/semua” maka bertentangan dengan kenyataan, bahwa ada makhluk hidup yang dijadikan Allah tidak dari air, seperti malaikat dari cahaya, dan jin juga syetan dari api.
firman Allah: “wa kholaqol jaanna min maarijin min naar” yang artinya “Dan Allah telah menjadikan semua jin itu dari lidah api”
Jelaslah bahwa arti “kullu” itu ada dua yaitu “tiap-tiap” dan “sebagian”.
Kesalahan kaum Salafi wahhabi, karena mengartikan “kullu” hanya satu macam, yaitu “tiap-tiap”, sehingga dengan
dalil “kullu bid’atin dlolalah” mereka menganggap semua bid’ah sesat tanpa kecuali.
Assalamualaikum
permisi bang..
Semoga kita dijauhkan dari sifat munafik, sebagaimana pepatah bilang “Maling teriak maling” atau jelasnya ahli bid’ah yg teriak bid’ah pd Saudarnya yg lain. Ya Allah jagalah lisan kami dari menjelekkan saudara, dan hidayahkanlah para saudara kami yg mengorek kekurangan saudaranya sendiri. Allahu akbar, bangkit para pengikut dan pecinta Baginda Rosulullah SAW.
wallahu a’lamu bishowab
wassalamualaikum wr wb, salam ukhuwah
maaf bukan maksud saya bersombong, demi Allah hanya berbagi pengalaman. selama 5tahun saya di pesantren yg lingkungannya NU, blm pernah sekalipun saya mendengar ustad2 saya menjelekkan muhammadiyah(yg tidak setuju bidah hasanah) memang pernah ada penjelasan soal perbedaan ibadah, tp kami dianjurkan untuk saling menghargai perbedaan pendapat. masing2 ada argumentasinya. knp harus dibesar besarkan? urusan ibadah, Allah yg menentukan diterima tidaknya.
ciri2 munafik ada 3 kenapa langsung menjastifikasi orang itu munafik. padahal belum tentu coba di kaji lagi bab munafik
kenapa selalu menampik kebenaran ? coba anda jelaskan 1 per 1 tentang fatwa palsu ulama jombang itu. setidaknya tulisan fatwa palsu itu lebih benar dari ucapan anda.
lihat saja di situs “majelisrasulullah”, hampir seluruh jawaban itu keliru memahami hadits dan riwayatnya. begitu teledor dan asal2an
misalnya doa selesai sholat, Rasulullah SAW melakukanya dengan suara keras “hanya” sampai para sahabat faham , anda ga tau itu kan ?. apa ga tau klo 2 adzan di lakukan di 2 tempat yg berjauhan ? qunut dilakukan Rasulullah SAW hanya 1 bulan di setiap sholat saat terjadi perang , lalu Rasulullah meninggalkannya ,apakah anda juga ga tau atau ga ngerti atau ga pengen ngerti?
dalam hal bid’ah,munzir mengatakan , “tidak ada larangan”. lalu apa boleh dilakukan ? lalu bagaiman dg sholat menggunakan bahasa indonesia ? boleh ga ? anda ini getol beribadah tp bodoh dalam ilmu dan riwayatnya. asal cocok, hadits palsu pun di embat .ga ngerti yg di maksud bid’ah dalam dien , asal semua baru , lalu bilang bid’aaaaaaaah hehehehe
–> Duhh .. mas. Para Ulama NU itu pun pakai dalil. Dan mereka mestinya berani berhujah (dgn anda) memperlihatkan/ mempertahankan dalil2 amalannya. Ehm .. kami mmg tak pakai istilah bid’ah dien. Agaknya anda langsung ketemu halaman ini .. dan langsung labrak. Jangan gitu dhong mas… Ada banyak artikel yang lain di sini. Silakan simak.
Di sini, tekanan kami sejak awal.. ada satu golongan tertangkap basah memakai cara2 bid’ah sesat dengan memalsu fatwa, memalsu nama kyai, dll. Golongan ini dari mana .. ihiks .. anda pun pasti tahu. Tidak ada contoh baginda Nabi saw berdakwah memalsu tokoh-tokoh, memalsu fatwa, membikin resah, mengadu domba umat, dll. Cara spt ini adalah contoh dakwah oleh m********s.
Catatan: Justru yg mengherankan, dari komentar2 yg ada, tak da satupun (dari pendukung kelompok penyebar selebaran gelap itu) yg mengakui bersalah.. dan/ atau memintakan maaf, atau menunjukkan penyesalan. Justru pihak yg terdzolimi masih saja divonis2/ dituduh2 sebagai pelaku bid’ah (dengan tetap mencoba masuk ke materi selebaran gelap). Padahal dari peristiwa penyebaran selebaran gelap ini sudah jelas kelihatan … siapa yg melakukan bid’ah sesat.
Kayaknya si ujang ini merasa lebih hebat dari ulama2 yang sudah melakukan ijtihad bersama sepanjang zaman…
Dikira ulama ngomong ga pake dalil pa? mereka tu belajar puluhan tahun, kemudian menentukan fatwa juga ga sendirian tapi bersama banyak ulama yang lain….
Ulama tuh waratsatul anbiya’… klo ga da mereka mungkin kita masih menyembah pohon atau batu… agak modern dikit, mungkin nyembah facebook…. (hehe just kidding)
mohon maaf, jangan menyalah2kan orang toh… kecuali mereka yang sengaja ingin menyesatkan, baru kita lawan… wong sama2 yakin, ya hormati lah…