Belajar ke Arab Saudi?
Ada pertanyaan seorang teman tentang studi lanjut ke negeri Arab Saudi. Tentang suasana akademik di sana. Ehm.. pertanyaan yang menarik.
Saya jadi teringat arsip tulisan di sini, di sini, di sini, dan di sini. Di arsip itu disebutkan tentang adanya manipulasi terhadap kitab-kitab klasik. Bagian-bagian tertentu dari kitab-kitab para ulama terdahulu dihilangkan, dihapus, dan kemudian baru diterbitkan lagi. Terutama kalau bagian-bagian itu tidak sesuai dengan pemahaman mereka.
Saya membayangkan jika saya mengarang buku, yang telah diterbitkan. Kemudian ada pihak lain menghilangkan bab-bab/kalimat-kalimat tertentu dari buku saya (atau menggantinya dengan isi yang lain), kemudian diterbitkan lagi. Tentu saja buku kedua itu akan saya tolak. Ini adalah manipulasi.
Harus ada kejujuran.. harus ada etika. Mungkin tulisan saya dalam buku itu ada yang tidak sesuai dengan selera pihak yang memanipulasi, tetapi saya lebih suka jika buku saya ditolak masuk sekalian .. atau dibantah isinya, .. daripada dimanipulasi.
Ini adalah masalah etika akademis yang seharusnya dijunjung tinggi. Dari situ saya berpendapat bahwa suasana akademik di sana tidak sehat. Tidak baik belajar ke sana (dan ke negara manapun ketika etika akademis tidak dijunjung tinggi), baik belajar ilmu-ilmu umum (engineering, science, sosial), maupun belajar ilmu-ilmu agama.
Ini bukan berarti merendahkan lulusan dari sana. Saya tetap hormat jika anda belajar ke negeri itu. Semoga saja anda memperoleh lingkungan akademis yang sehat. Tetapi jika saya dimintai pendapat sebelum anda berangkat, maka pendapat di atas akan saya nasehatkan.
Maaf kalau ada kesalahan.
[…] Dari mana anak cucu kita nanti menyaksikan prasasti-prasasti, bukti-bukti perjuangan Rasul saw, dan saksi-saksi bisu perjuangan para sahabat. Dari mana mereka mengetahui sejarah beliau2 secara nyata. Dari buku-buku? kitab-kitab? Manuscript-manuscript? Hanya dari situ sajakah? Sedangkan buku-buku sejarah mudah sekali dimanipulasi. Jangankan kitab sejarah, kitab para ulama terdahulu saja terindikasi telah banyak .. dimanipulasi. […]
[…] Generasi yang akan datang tidak akan mendapatkan bukti sejarah. Anak cucu kita, generasi mendatang tidak akan pernah dapat menyaksikan prasasti-prasasti, bukti-bukti, dan saksi-saksi bisu perjuangan para sahabat ra. Bahkan generasi sekarang (termasuk penulis) sudah tidak dapat menyaksikannya, kecuali dari buku-buku. Sedangkan buku-buku sejarah mudah sekali dimanipulasi. Jika buku-buku pun ada manipulasi.. maka musnahlah sudah semuanya. Wahaby sudah melakukannya untuk kitab-kitab klasik. […]