Simulasi Rukyatul Hilal 1 Syawal 1428 H
Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Syawal 1428 Hijriah jatuh pada Jumat, 12 Oktober 2007. Penetapan yang tertuang dalam maklumat PP Muhammadiyah bernomor 03/MLM/I.0/E/2007 tentang Penetapan 1 Syawal 1428 H tersebut berdasar sistem hisab hakiki wujudul-hilal yang dijadikan pedoman oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Sementara Pemerintah, dan juga NU, masih menunggu hasil rukyat untuk menentukan jatuhnya hari lebaran.
Tentang apa itu wujudul hilal, dan istilah-istilah lain dalam hisab, silahkan rujuk di sini. Pak Mutoha sangat bagus menerangkannya.
Berikut ini adalah simulasi rukyatul hilal dalam rangka untuk menentukan kapan 1 syawal 1428 H tiba. Namun demikian, ini hanyalah simulasi. Artinya masih berupa perhitungan. Bukan kenyataan. Penentuan kapan hari lebaran 1 Syawal 1428 H yang sebenarnya, silakan ikuti pengumuman resmi pemerintah nanti, yang akan melaksanakan rukyatul hilal pada hari Kamis, tanggal 11 Oktober 2007.
Disimulasikan dari lokasi : Jakarta Raya, Latitude 6 10′ S, Longitude 106 49′ E, Kamis, tanggal 11 Okt 2007.
Pada hari itu, sunset adalah jam 5:45:59. Pada saat sunset, altitude bulan 0 derajat 17.751 menit, altitude matahari -0 derajat 50.015 menit. (Altitude = jarak benda langit dengan horizon dlm derajat)
Gambar di bawah diambil (disimulasikan) beberapa saat sebelum matahari terbenam seluruhnya (sunset), agar posisi matahari terhadap bulan kelihatan.
Memang benar dari gambar di atas bahwa bulan tertinggal (sedikit) dari matahari, sesuai kriteria wujudul hilal. Inilah alasan yang dipakai Muhammadiyah untuk menentukan awal bulan (1 Syawal 1428H), jatuh pada keesokan harinya, jumat 12 Okt 2007. Tetapi apakah secara real hilal akan nampak terlihat? Belum tentu. Gambar di atas diambil dengan mengabaikan adanya sinar matahari.
Selain perhitungan matematis yang tidak selalu 100% benar, kemungkinan pada saat itu sinar matahari masih mencorong sangat terang. Dan itu kemungkinan besar akan menghalangi penampakan hilal. Lebih jelasnya, lihat gambar di bawah. Sementara bulan akan terbenam seluruhnya hanya kira-kira 2 menit setelah sunset. Apakah hilal akan benar-benar kelihatan pada saat itu? Tunggu pengumuman pemerintah.
Dalam pengumuman nanti, jika hilal (bulan) sudah kelihatan saat rukyat kamis 11 Okt 2007, maka lebaran keesokan harinya jum’at 12 Okt 2007. Jika tidak nampak hilal, maka lebaran adalah sabtu 13 okt 2007. Gampangkan.
Menurut pendapat kami, awal bulan tidak ditentukan berdasarkan rumus/kriteria wujudul hilal atau rumus apapun, tetapi atas dasar penampakan hilal sewaktu dirukyat (dilihat di lapangan), sebagaimana petunjuk baginda Nabi saw.
.
Sedangkan ilustrasi di bawah ini berupa simulasi rukyatul hilal, pada hari Jumat, tanggal 12 Okt 2007, masih di lokasi yang sama. Sunset pada pukul 5:45:54, dengan altitude bulan 9 derajat 56.085 menit, dan altitude matahari -0 derajat 50.068 menit.
Simulasi dibuat antara jam 5:45:54 s/d 6:27:44, dengan kecepatan 300x kecepatan real. Jelas sekali bulan (hilal) sudah kelihatan. Dan memang Ramadlan sudah 30 hari.
Perhatian:
- Walau bagaimanapun, ini hanyalah sebuah simulasi, berdasarkan perhitungan (hisab). Ketepatannya tidak 100%. Bisa benar..bisa juga salah.
- Pemerintah insya Allah akan melakukan rukyatul hilal pada hari Kamis, tanggal 11 Oktober 2007.
- Untuk penentuan 1 Syawal 1428 H, penulis tetap menunggu keputusan pemerintah berdasarkan rukyatul hilal yang sebenarnya.
Semoga manfaat.
Wallahu a’lam.
“Berpuasalah kamu karena melihat hilal (bulan sabit) dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal) 30 hari.” (HR Bukhari-Muslim).
.
[googlevideo=http://video.google.com/videoplay?docid=7470371336111396384&hl=en]
wah, sudah saya baca tulisan di atas ternyata ngga ada informasi baru yang melegakan. saya pikir tulisan saudara di atas akan memberi pandangan yang berdasar, taunya….
Bilang aja klo mo bilang bahwa Lebaran itu tanggal 13 Oktober, bukan tanggal 12 ..sampeyan NU ya ?
Lha..ini, siapapun Anda ga bisa melihat realita bahwa semua planet ini beredar sudah ditentukan Allah agar manusia dapat mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu…..(Q.S.Yunus(10):5)”, Eh…yang lain dah nyampai bulan orang Indonesia masih ngintip..bulan..Subhanallah…kapan ya Indonesia maju..?
Assalaamu’alaykum…
Semalam saya Sholat di Jakarta Islamic Centre, dan kebetulan ada Ceramah & Presentasi Falaq tentang membahas perbedaan penentuan hari raya (Syawal).
Dari ulasan2 beliau juga gambar2 “ILMIAH” yang di paparkan maka bagi saya sudah jelaslah bahwa Sesuai dengan Hadits Shohih RIwayat Imam Bukhory dan Muslim juga Al-Baqoroh ayat 185 bahwa metode yang Haq adalah Ruqyatul Hilal (Melihat Hilal) bukan Melihat ‘Qomar (Bulan)’.
Apa Hilal itu ??? yaitu Cahaya matahari yang mengenai Bulan sehingga akan nampak dari Bumi seperti bulan sabit.
Maka ini lah beberapa hal yang saya dapat simpulkan dari hasil Bayan / penjelasan ustadz tersebut di Masjid Jakarta Islamic Centre ;
1. Hadits Shohih riwayat Imam Bukhory dan Imam Muslim. Yang intinya adalah jika ingin melihat awal bulan maka lakukanlah dengan Meruqyah (Melihat) Hilal (PAntulan cahaya Matahari ke Bulan) yang di lihat dari Bumi dgn berbentuk bulan sabit.
“Berpuasalah kamu karena melihat hilal (bulan sabit) dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal) 30 hari.”
(HR Bukhari-Muslim).
2. Keadaan di mana di indonesia sdh banyak titik penglihatan Hilal dan di dukung dgn Tekhnology pengamatan yang cukup untuk melihat Hilal. Bahkan hilal bisa di ambil Fotonya (dgn alat kamera).
3. Sudah menjadi Ijma’ di kalangan Ulama baik di Indonesia maupun Dunia bahwa melihat awal bulan adalah dengan metode menglihat Hilal. dengan Dalil Hadits Shohih tadi (No.1)
4. Sudah menjadi keputusan ‘Umara (Pemerintah) bahwa yang di ambil adalah metode Melihat Hilal. Dan kita sebagai Masyarakat harus mengikuti Pemerintah. Sebagaimana Syari’at Islam mengajarakan bahwa HArus Menta’ati Alloh, Para Rosul dan Pemimpin diantara Kita (Athi’ullooh wa Rosul wa Ulil Amro minkum).
Walloohu A’lam Bishshowab…
Wassalaamu’alaykum
Jakarta- Metodologi penetapan hari raya Idul Fitri dengan menggunakan metode Imkanur Ru’yat yang dipakai oleh Departemen Agama (Depag) dan Ormas Islam lain diharapkan tidak terlalu dipaksakan, apabila mengacu pada Mabim yang menentukan batas ketinggian Hilal dua derajat maka akan banyak kelemahan yang muncul, demikian disampaikan wakil sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Susiknan Azhari pada muhammadiyah.or.id, seusai pertemuan dengan PBNU di Gedung PBNU jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (02/10/2007).
Dalam pertemuan di kantor PBNU kemarin, Susiknan mengungkapkan bahwa dalam penerapannya, metode Imkanur Ru’yat dengan batas dua derajat dan delapan jam seperti yang mengacu pada Mabim, ternyata tidak terbukti pada bulan Robiul Awal dan Sya’ban tahun ini. “Tidak ada laporan Hilal terlihat dengan ketinggian dua derajat, pada bulan Robiul awal dan Sya’ban tahun ini, artinya memang ada kesalahan dalam hal epistimologinya, dan sebenarnya bisa saja Hilal diakui terlihat sehingga inilah beratnya mengunakan metode (Ruk’yat) ini,” ungkap Siknan. Lebih lanjut menurut Siknan, metode yang dipakai Depag pernah disinggung dalam Musyawarah Ahli Hisab dan Ulama tahun 1998 di Cisarua Bogor, yang memberikan banyak catatan untuk segera meneliti kembali metode tersebut.
Pada berita sebelumnya ahli Falak Muhammadiyah yang juga wakil ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Oman Faturahman juga mengungkapkan, tidak ada jaminan bahwa Hilal akan terlihat pada posisi dua derajat seperti yang direkomendasikan Mabim, dan menjadi perdebatan sendiri oleh para ahli Astronomi mengenai hal tersebut. Muhammadiyah menurutnya, mencoba menggunakan hal yang aman yaitu pada batas enol derajat, artinya apabila Bulan sudah masuk pada Ijtimak (0 derajat) maka artinya setelah hal tersebut terjadi merupakan awal dari Bulan baru. (mac)
–> Ada 2 hal di pikiran saya,
1. Tulisan anda menunjukkan bahwa satu rumus hisab tertentu dgn hasil sekian derajat tidak menjamin bahwa hilal akan terlihat. Hal ini semakin memantabkan kami akan kebenaran petunjuk baginda Nabi saw dalam menentukan awal bulan, yaitu dengan check/ pengamatan/ penelitian/ rukyat langsung di lapangan.
2. Disebutkan juga bhw tidak ada jaminan bahwa Hilal akan terlihat pada posisi dua derajat. Tapi kenapa justru Muhammadiyah malah menggunakan batas posisi 0 (nol) derajat. Ini kan malah hilal semakin tak terlihat.
Saya merasa sangat prihatin dengan apa yang telah diumumkan oleh PP Muhammadiyah tentang hasil pehitungan (hisab)dalam hal penentuan 1 Syawal 1428 H, yang jatuh pada hari Jumat 12 Oktober 2007. Saya tidak mempersolakan cara dan yang dicapai oleh PP Muhammadiyah tsb. Yg memprihatinkan saya adalah, mereka memaksakan agar para umat Islam yang tergabung dalam ormas ini untuk taat, mematuhi dan melaksanakan hasil perhitungan tersebut. Bagaimanakah jika hasil perhitungan ini berbeda dgn penetapan pemerintah nantinya? Bukankah ini akan menmbingungkan umat? Bagaimana jadinya jika ada ormas2 lain yg mengumumkan hasil perhitungan mereka yg berbeda satu dgn lainnya? Menghitung dgn hisab boleh2 saja, tapi tidak diumumkan dulu, apalagi dipaksakan. Al-Qu’an hanya mengingatkan bahwa kita harus taat pada Allah, Rasul, dan Pemerintah. Bukan pada organisasi atau partai. Demikianlah, Wasaalamu’alaikum warahahmatullahi wabarakatuh.
sy baca dari komentar jawaban dari penulis diatas (kayaknya) orang yg munafik, coba cermati setiap hari pd bulan Ramadhan ini Anda dalam menentukan waktu imsak, subuh sampai berbuka itu ditentukan dengan melihat bulan, terlihatnya benang atau bagaimana ? sy yakin Anda pakai jadwal Imsakiyah atau melihat di TV jadwal imsakiyahnya nah itu apa tidak pakai perhitungan ? mestinya Anda konsisten dengan dalil Anda yg terasa dipaksakan (Jw: Mundur isin). Maaf ini pencermatan sy di setiap jawaban Anda dari komentar-2 yg ada.
–> Duhh..kok.:-(. Saya berlindung pada Allah dari sifat2 munafik.
Ok lah.. kami tidak anti hisab. Simulasi ini kan juga dari perhitungan (hisab). Rumus/hisab diperlukan untuk membantu (meramalkan) dgn mempunyai tk kesalahan tertentu. Bahkan kesalahan 1% misalnya pun, tetap kesalahan. Untuk itulah check langsung tetap diperlukan.
Waktu sahur & buka, mengikuti waktu sholat (subuh & maghrib). Rasul saw telah memberikan petunjuk ttg waktu2nya. Waktu subuh adalah …, dhuhur adalah …, maghrib adalah…, dst. Duluuuu… mestinya umat islam mengetahui waktu2 sholat itu dengan pengamatan langsung.
Seiring perkembangan zaman, ditemukan lah jam, kertas, dll. maka para ahli bikin jadwal sholat, karena waktunya relatif teratur. Orang awam tidak perlu lagi susah2 mengamati matahari. Cukup melihat jadwal sebagai panduan dan mencocokkan dengan jam-nya.
Tentu saja jadwal (sholat) itu tetap ada tingkat kesalahan. Dulu mungkin tk kesalahan masih besar, sedangkan makin lama makin kecil tk kesalahannya. Kesalahan diperbaiki dengan adanya pengamatan2 dari para ahli.
Demikian juga dalam hal bulan2 Qamariyah. Ilmu hisab (astronomi) dipakai sebagai panduan, maka dibuatlah kalender hijriyah. Tetapi kebenarannya tidaklah mutlak. Lihatlah .. kalender muhammadiyah dan NU tidak selalu sama, misalnya.
Dari dulu hingga sekr tk kesalahan selalu diperbaiki. Rukyat/ pengamatan tetap diperlukan sebagai check/kalibrasi dari perhitungan. Besok kamis 11 okt 2007 itu para ahli akan melakukan pengamatan langsung. Hasilnya akan disebarluaskan ke umat.
Maaf… jika pendapat tidak perlu pengamatan langsung (rukyat) ini diikuti dari 100 th yg lalu misalnya. Cukup dengan dihitung saja, tidak perlu dilihat. Maka kita tidak akan pernah menyadari akan tk kesalahan yg masih tinggi, dan ilmu (hisab & rukyat) tidak akan berkembang sebaik seperti saat ini.
Mengingat ini.. alangkah agungnya tuntunan Rasulullah saw.
Mohon maaf kalau tak berkenan.
Wallahu a’lam
8) Afwan ane nimbrung lagi…
@Sabar Sutrisno & Ikhwah Fillah pada Umumnya.
Ane fikir kita di sini adalah BerMudzakaroh jadi jangan pake Emosi sampai keluar kata2 Munafiq! …
Penentuan waktu Imsak dan Waktu Sholat itu adahal hal tersendiri, sedangkan yang di bahas saat ini adalah penentuan Awal Bulan. Bukan masuknya waktu Sholat, karena hal ini tentu saja butuh penjabaran lagi. Yang mana melalui hadits pun sudah ada ketentuan waktu masuk sholat.
Jadi ane fikir kita sebagai Ummat Rosulullooh Shallolloohu ‘Alayhi wa Sallam tetap menjaga Ukhuwah Islamiyah karena ini lah yang Wajib.
Tetapi adanya hal2 yang sifatnya mendasar dan terjadi Khilafiyah yang menurut ana sangat besar dampaknya yaitu ad 2 Hari raya. Yang konsekwensinya adalah apabila terjadi penentuan 2 hari raya yang berbeda dan bahkan sudah di tentukan oleh 1 pihak dari jauh2 hari (COntoh Ormas Muhammdiyah yaitu 12 October) menurut ana kita sebagai ummat sungguh malu bisa terjadi perbedaan seperti ini.
Nah! pertanyaan ane, Kita yang mengaku Cinta kepada Rosulullooh Shallolloohu ‘Alayhi wa Sallam, PAra Keluarga dan Para Sahabatnya. Pernahkah mereka berselisih masalah Penentuan awal Syawal seperti kita saat ini ?!?… Oke klo era itu menurut antum2 terlalu jauh, maka lihatlah MAkkah dan Madinah… apakah mereka Berselisih ????
Berikut ana kutip jawaban dari Habib Munzir dalam suatu Forum ;
munzir : Re:Lebaran s ebentar lagi – 2007/09/26 16:25
‘Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Cahaya Rahmat Nya swt semoga selalu menerangi hari hari anda dengan kebahagiaan,
Saudaraku yg kumuliakan,
Ikhtilaf akan hal itu boleh saja terjadi, namun permasalahannya kini tidak ada ikhtilaf, karena yg berikhtilaf itu diluar ahlussunnah waljamaah.. …{dst..}
maka kita tak perlu mengikuti mereka, kita mengikuti ulama dan muslimin ahlussunnah waljamaah dalam keputusan pemerintah.
karena pemerintah kita adalah pemerintah muslimin, presidennya muslim, menteri2nya sebagian besar muslimin, dan di negara ini Idul fitri diliburkan, 1 muharram diliburkan, Masjid bebas ditegakkan, pesantren dan majelis talim bebas dibangun dan dimewahkan,
syiar islam tidak dilarang, maka jika ada atau banyak kekurangan dalam pemerintahan kita yg tak sesuai dengan syariah islam 100% maka itu tanggungjawab kita untuk memperbaharuinya, bukan menentang dan memberontak.
kita dan para Imam Imam Ahlussunnah waljamaah, seluruh 4 Madzhab besar tak satupun memberontak pada pemerintahannya, padahal pemerintahan islam masa lalu jauh lebih kejam dari kita sekarang ini, ulama ulama banyak yg ditangkapi, dibantai, dicambuk, dan dibunuh, namun tak ada gerakan pemberontakan dari para Imam Imam kita pada mereka, walaupu n ada hal itu adalah perorangan yg menentang ketika diperintah bermaksiat, namun bukan memimpin gerakan untuk mengkudeta atau membangkang untuk menolak undang undang pemerintah.
bagi kita dan para Imam Imam Ahlussunnah waljamaah memperbaiki generasi jauh lebih dipentingkan daripada memberontak.
Rasul saw bersabda : “Barangsiapa yg melihat pada pemimpinnya hal yg tak ia sukai maka bersabarlah, karena tidaklah seseorang memisahkan diri dari jamaah muslimin sejengkal saja, lalu ia wafat, kecuali ia mati dalam kematian Jahiliyah” (Shohih Bukhari),
saudaraku yg kumuliakan, oleh sebab itu kita tunggu pengumuman pemerintah, dan kita ikuti Jamaah Muslimin Ahlussunnah waljamaah, dan kita tak mau berpisah dari kelompok besar muslimin, saya telah mengajukan pertanyaan pada Ra’is Majlis Ifta (pemimpin Mufti hadramaut) AL Al lamah Almusnid Alhabib Ali Masyhur bin Hafidh, beliau mengatakan : Ikuti hukumah (pemerintah), demikian AL Allamah Al Hafidh Alhabib Umar bin Hafidh dengan jawaban yg sama, demikian pula pendapat Al Allamah Almusnid Alhabib Zein bin Ibrahim bin Smeith dengan pendapat yg sama pula.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,
Wallahu a’lam
Walloohu Musta’an wa A’lam
Bilang aja klo mo bilang bahwa Lebaran itu tanggal 13 Oktober, bukan tanggal 12 ..sampeyan NU ya ?
–> Lhoo .. ??? Saya seorang muslim, insya Allah .. ahlus sunnah wal jamaah. Tidak berani menentukan lebaran 13 okt sebelum ada rukyat (pengumuman resmi)
Comment by Nailan — October 2, 2007 @ 6:42 am
Mas …. jangan malu-malu bilang kalau sampeyan itu NU, malah seharusnya njenengan bangga. Soal orang mau bilang kalo cara rukyat itu cara ketinggalan jaman dan kuno biar saja, itu gara-gara dia nggak ngerti saja, semoga saja cepat sadar dari sindrom katak dalam tempurungnya.
Memangnya orang rukyat itu dilakukan dengan ujug-ujug datang kemudian melototin horizon tanpa persiapan apa?. Orang yang melakukan rukyat itu semuanya adalah ahli falak, sebelum merukyat mereka juga sudah melakukan perhitungan astronomi (hisab) yang kompleks dan susah.
Setelah itu berdasarkan hasil perhitungannya baru dia melakukan kalibrasi dengan kenyataan. Jelas sekali perilaku ini menunjukkan pemahaman hakikat ilmu yang sangat tinggi dibandingkan dengan pernyataan penuh kesombongan pemberi komentar nomor 3. Mungkin saja dia sekolahnya tinggi, tapi dia tidak memahami sama sekali yang namanya filsafat ilmu, apalagi epistemologi ilmu falak. jadi biar saja.
jadi apa yang dilakukan teman-teman NU dengan mengacu pada penampakan hilal adalah metode yang lebih tangguh karena menggunakan kedua metode, lebih bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah (ilmu astronomi) maupun secara fiqih. Lagian adalah lebih bijak untuk memilih lebih hati-hati dan menghindari kesombongan manusia.
–> Terima kasih mas.. Ahlus sunnah wal jamaah kan tidak hanya NU. Ada PERTI di Padang, ada NW di lombok, dll. Bahkan para habaib tidak ikut organisasi manapun.
masalahnya bukan pada metode perhitungan falakiyah yg penuh dengan pembulatan dan koreksi hasil perhitungan. tapi pemerintah via depag sudah mencoba mengakomodasi semua kepentingan ormas, bukan hanya nu dan muhammadiyah. ada kepentingan nu untuk rukyah. yg lain kalo perlu hisab ya boleh aja. tapi dijadikan titik temu dong.
muhammadiyah keliatannya agak ngotot dengan pendirian mereka tanpa memperhatikan ormas lainnya yg sudah mau sama2 mengikuti sidang itsbat. apalah gunanya kehadiran wakil muhammadiyah di sidang itsbat depag jika mereka sudah punya keputusan sendiri.
jika diteruskan juga, apalah guna sidang itsbat kalo ormas tidak perlu bermusyawarah dengan pemerintah. akhirnya, masing2 ormas bikin keputusan sendiri2 sesuai dengan dalilnya masing2.
kalo muhammadiyah mau hisab, maka carilah rumusan yang bisa disepakati bersama2 dengan ormas lain. bukan dengan memaksakan kriteria wujudul hilal kepada yg lain. bukan juga memaksakan kriteria MABIMS.
kenapa kriteria MABIMS dipakai acuan? ya karena negara tetangga saja mau menggunakan kriteria itu, lalu kenapa Indonesia dengan penduduk muslim terbesar justru tidak mau pakai?
tanya kenapa™?
website ini begitu mencerahkan, barakaLlah fikum, fi hayatikum, fi uluumikum, saya bangga pada pencetus dan pengelola web ini berfikir jernih dan berimbang. nahna ummat wasathan
–> Terima kasih mas.. salam kenal. Doa anda menyertai kami. Semoga kesuksesan selalu beserta kita. Amien.
Seidikit ilmu tentang antara hisab dan rukyah
=>komentar untuk yang bilang “sampeyan NU ya?”
=>Saya merasa prihatin dengan keadaan umat Islam yang tergolong-golong dalam organisasi.Ingat, Muhammadiyah atau NU hanya ORGANISASI, bukan Agama. yang benar kita adalah orang islam. Kita menggunakan AKAL kita untuk kebaikan dalam menjalankan islam. Bukan untuk “Sampeyan NU?” atau “Sampeyan Muhammadiyah?”
=>penjelasan isi web diatas baik sekali. perhitungan sangat berguna untuk memprediksi. Namun benar bahwa rumusan untuk perhitungan tidak dapat 100% benar. Manusia wajib untuk berusaha, namun usaha manusia tidak dapat pasti benar. sehingga lebih baik menggunakan kedua pendekatan. yaitu hisab dan rukyat jika terjadi perselisihan diantara kita, maka kembalikan kepada Al Quran dan Assunah. Saya yakin Muhammadiyah, NU, Pemerintah dan yang lain tidak ada yang mengingkari Al quran dan Assunah selama dia mengaku ISLAM. Ingat..barang siapa mengagung agungkan satu golongan dan mengganggap golongannyalah yang paling benar (berlaku sombong) adalah tanda-tanda kerusakan hati. dan hal ini sangat rawan terhadap ke-kefir-an.
kenapa berakhir dengan caci maki? astaghfirullah, bulan ramadan suci, mengapa harus kita kotori? mohon pada moderator web, untuk menghapus bahasa caci maki ini, meski mereka yang mencaci orang kita dan yang dicaci orang lain, sayang sekali ruang ini diisi cacimaki tidak lagi berfikir dan berdebat secara ilmiah dengan dalil yang matang. mencari kebenaran tidak bisa dengan cacimaki. sayang sekali…..
–> Sdh saya delete mas. Beberapa hari ini saya off .. ehh..mmg manusia itu cem-macem. Tidak semua bisa dianggap dewasa,.. :-((
MOhon maaf atas kelalaian kami. Beberapa saat lalu ada komentar yang berupa caci maki. Kami terkejut karena bebrp saat dicoba komentar dilepas, sedangkan kami ada urusan sehingga off untuk beberapa waktu.
Komentar sdh dihapus.. pengirimnya saya black list.
Assalamualaikum Wr Wb
Saya terus terang tidak suka dengan komentar yang menyudutkan dengan menunjuk keanggotaan ormas (NU/Muhammadiyah). Menurut saya tulisan ini merupakan bagi-bagi ilmu/pengetahuan agama. Saya tidak melihat tendensi golongan. Semua umat Islam adalah saudara, marilah kita utamakan ukhuwah Islamiyah diatas kepentingan pribadi/golongan. Saya lahr di lingkungan NU tapi istri saya Muhammadiyah. Tidak pernah ada masalah, malah kami saling melengkapi dengan saling berbagi pengetahuan karena yang paling utama bagi kami adalah Islam, bukan golongan!
Saya sangat suka diskusi-diskusi seperti ini karena menambah pengetahun kami akan ilmu-ilmu agama. Berbagai pendapat yang ada akan semakin memperkaya wawasan kita.
Wassalamualaikum Wr Wb
–> Wa’alaikum salam wrwb. Salam kenal mas. Benar,.. islam dapat ditinjau dari sudut pandang ilmu. Dengan demikian kaidah2 ilmu pengetahuan (seharusnya) diterapkan. Itulah yg telah dicontohkan ulama2 kita.
Alhamdulillah saya dapat ilmu percerahan….
setahu saya di negara muslim yang lain metode yang dipakai adalah dengan metode rukyat dan mereka (warga) menaati pengumuman yang disampaiakan oleh pihak pemerintah. Kurasa ORMAS itu juga harus bercermin pada negara tetangga. kira – kira langkah dalam mengambil keputusan sebelum melihat waktunya dapat meresahkan ummat atau hanya ingin show aja…?
kalo aku sudah memutuskan ikut yang tanggal 12 Oktober, di rumah aku ada 2 Ibu dan saudara perempuanku tanggal 13 sedangkan aku dan bapak tanggal 12 Oktober. Dari dulu aku commit ikut metode hisab, karena perhitungannya selalu tepat, bahkan mau ada gerhana total bisa ketahuan sampai detiknya… ( tapi aku setuju kalo perlu dikalibrasi melalui penglihatan langsung.
Perbedaan aku lihat sangat indah kenapa disini berantem ya .. aneh deh. Aku menghormati yang menggunakan metode lihat, walaupun aku lebih memilih hisab, dan tolong jangan dibuat seragam, jangan paksakan pendapat kita ke orang, kita semua memegang dalil. Aku yakin Nabi Kita tersenyum melihat kita berdebat tentang penentuan Syawal (selama tidak mengutuk dan merendahkan satu dengan yang lain). Itu artinya kita care dengan agama kita, aku yakin jika puasa kita benar, nanti kita semua akan berkumpul di surga-Nya.
Btw terima kasih buat yang udah membuat web-site ini, cukup memberikan pengetahuan buat aku. Selamat Berpuasa. Semoga kita jadi lebih bermanfaat.
–> Sama2 mas.. terima kasih. Tapi maaf.. menurut saya ada yg perlu diluruskan. Sehebat apapun ilmu astronomi/ hisab, ia-nya hanya berlaku sebagai pemandu/panduan. Dalil/tuntunan Rasulullah saw untuk menentukan awal bulan adalah kalibrasi/rukyat. Dalil kedua adalah taat kepada Ulil amri (pemerintah) selama ..bla..bla… Dia-lah yg nanti akan bertanggung jawab dihadapan Allah ttg keputusannya.
Ikhwan/akhwat yang berbahagia…..Mbok jgn saling menjelek2kan dengan sesama MUSLIM. Saya bukan NU dan bukan MUHAMMADIYAH. Saya orang muslim yang belajar dari kehidupan Rasulullah SAW. Setahu saya, maaf klo salah, perhitungan hisab itu baru mulai digunakan pada saat Umar Bin Khattab. Sedangkan Rasulullah Muhammad SAW tidak pernah menggunakan perhitungan hisab, tapi selalu melihat hilal untuk menentukan 1 Syawal. Mhn maaf jika pendapat saya salah, tolong dicerna secara obyektif, jgn maen ego masing-masing. Yg paling afdol ya tunggu sidang isbat pemerintah, hasilnya bisa tgl 12 atau tgl 13 dan semua golongan (NU, Muhammadiyah, dll) harus mau menerima dg lapang dada
–> Benar.. mari kita diskusi dalam koridor ilmu. Dan sdh menjadi komitmen kami untuk tdk akan men-sensor komentar yg ada. Tapi isi komentar (bukan jawaban) adalah tanggung jawab si pemberi komentar itu sendiri. Dianggap pengunjung sdh dewasa.
السّلام عليكم …
Ada satu artikel menarik di Majalah Tempo Edisi 33/XXXVI/08 – 14 Oktober 2007 Wawancara dengan Gus Mus, mungkin bisa mengobati kekecawaan Puput pada komentar pertama blog ini.
والسّلام …
Suatu media yang baik untuk diskusi, dan perbedaan pendapat adalah hal yang biasa dan harus bisa diterima. Banyak sekali dalam agama kita itu Khilafah dan itu harus dijadikan media untuk berfikir, bukan dijadikan media untuk perpecahan.
Ketaqwaan-iman kita kepada Alloh dan perbuatan baik kita kepada sesama mahluknya lah yang akan membuktikan siapa diri kita sebenarnya
Gak usah emosi lha, Alloh memang memerintahkan manusia untuk belajar (Iqro), belajar tak hanya baca tulis tapi bereksperimen / simulasi/ juga masuk dlm katagori belajar, untuk mendapatkan hasil yang baik memang perlu bukti. hisap baik untuk simulasi, rukyat baik untuk pembuktian. kalau salah ya wajar perumusan dalam simulasi juga banyak pengandaiannya, sedangkan kelemahan rukyat adalah adanya perbedaan yang jauh intensitas cahaya terpancar dari kedua benda tersebut. juga cuaca amat berpengaruh dalam melakukan pengamatan. Jadi akan lebih baik jika keduanya dipakai aja, hakim tertinggi tetap sunnah Rasul.
Very good
sungguh ajaib islam kita di indonesia. umatlain sudah berfikir gemana caranya bisa menginjk bulan, kita asih berdebat gemana lihat cahaya bulan. Bingung aku….sebagai orang awam. saya liat moderator juga sangat bias. Bias tp malu kucing.
–> maaf… anda salah lihat.. ini blog, bukan forum. Kami adalah tuan rumah (bukan moderator). Tampaknya anda kecewa dgn isi rumah kami.
Kl saya boleh kritik balik.. anda pun seharusnya santun ketika masuk (berkomentar) di rumah orang.
karena saya orang awam, baiklah saya comot slah satu pendapat, agar berimbang:
Iyus Ruswandi wrote:
Penetapan 1 ramadhan dan 1 syawal..
Rekan2 alumni …
Saya ingin menyampaikan pendapat saya terhadap permasalahan yang cukup
sensitif ini.
Tahun ini kita akan menjumpai lagi perbedaan hari raya Iedul Fitri 1428 H.
Kenapa saya bisa pastikan begitu? padahal pemerintah belum menetapkan kapan
jatuhnya 1 syawal 1428 H?
Menurut perhitungan ahli astronomi yang diuraikan dalam harian Kompas tgl 12
September 2007 , posisi hilal pada magrib tgl 11 oktober 2007 nanti akan
lebih kecil dibandingkan dengan posisi hilal pada tahun 2006 lalu. Jika pada
tahun 2006 posisi hilal berada 4 menit ‘dibelakang’ tenggelamnya matahari
( sebagai penentuan awal hari qamariyah ) maka pada 11 oktober 2007 nanti
posisi hilal berada sekitar 2 menit. Ini berarti posisi hilal nanti akan
lebih kecil dibandingkan tahun lalu.
Sehingga kalau tahun 1427 H saja pemerintah- berdasarkan sidang isbats,
dimana kebanyakan anggotanya mengikuti rukyat-menetapkan tgl 1 syawal yang
berbeda dengan perhitungan hisab maka dapat dipastikan tahun ini pun akan
berbeda pula.
Ahli hisab sudah menetapkan tgl 1 syawal 1428 H bertepatan dengan 12 Oktober
2007 karena menurut perhitungan hisab dan astonomi, hilal sudah terjadi (
walaupun hanya 2 menit ‘dibelakang’ tenggelamnya matahari). Sedangkan ahli
rukyat kemungkinan besar akan menetapkan 1 syawal 1428 pada tanggal 13
Oktober 2007, karena ahli rukyat kemungkinan besar tidak akan bisa melihat
hilal dengan posisi sekecil itu.
Sering kita dengar suara2 yang menyayangkan kenapa sering terjadi penetapan
1 syawal ( atau ramadhan ) yang berbeda antara perhitungan hisab dan rukyat.
Namun menurut saya sering komentar itu datang dari orang yang tidak
mengetahui masalah pokoknya, sehingga akhirnya komentar itu menjadi kecaman
terhadap ketidak-tegasan pemerintah.
Padahal perbedaan pokoknya adalah :
Menurut ahli hisab, permulaan bulan diawali dengan bergesernya ( sekecil
apapun ) posisi bulan dari posisi berhimpit dengan poros bumi,matahari dan
bulan. Dengan kata lain hilal bernilai positif.
Sedangkan ahli rukyat berpendapat awal bulan dimulai dengan ‘dapat
dilihatnya’ bulan sabit.
Posisi bulan sabit yang memungkinkan untuk bisa dilihat, menurut ahli
astronomi adalah jika hilal sudah mencapai ketinggian tertentu. Jika
menggunakan teropong yang saat ini sering digunakan petugas Depag maka
pernah seorang ahli astronomi mengatakan bahwa visibilitas hilal adalah jika
mencapai ketinggian minimal 2 derajat. Sehingga jika hilal kurang dari 2
derajat maka tidak mungkin dapat dilihat oleh mata walaupun memakai
teropong. Itu pun pada kondisi cuaca bersih tanpa halangan awan.
Dari perbedaan kedua sudut pandang tersebut maka dapat difahami bahwa sering
terjadinya perbedaan penetapan 1 syawal itu disebabkan oleh posisi hilal
yang walaupun bernilai positif namun masih terlalu kecil untuk bisa dilihat.
Satu2nya cara untuk menyamakan penetapan awal dan akhir ramadhan adalah
Pemerintah harus mengajak semua pihak untuk membuat dan menyepakati satu
kriteria yang sama tentang awal penanggalan .
Alternatifnya :
Pertama : disepakati kriteria untuk awal penanggalan adalah jika hilal sudah
bernilai positif.
Kedua : disepakati kriteria untuk awal penanggalan adalah jika hilal sudah
mencapai nilai tertentu ( misalnya 2 derajat, sehingga bisa dilihat, nilai
ini masih bisa berubah tergantung kecanggihan alat yang dipakai ).
Alternatif mana yang akan diambil, tergantung kepiawaian Depag untuk
mendiskusikannya dengan anggota sidang isbats.
Menyikapi hal ini saya ingin mengajak anda semua untuk menyimak pemikiran
sebagai berikut :
Dalam hal penetapan kapan awal puasa dan kapan mengakhirinya, kaum muslimin
mengacu pada Hadits Rasulullah SAW, yaitu shahih Bukhari – Muslim no 175,
yang berbunyi sebagai berikut :
” Dari Abdullah bin Umar Rhadiyallahu Anhuma, dia berkata , ‘Aku pernah
mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : ‘ Jika kalian
melihat bulan sabit, maka berpuasalah, dan jika kalian melihat bulan sabit
lagi, janganlah kalian berpuasa. Jika pandangan kalian terhalang, maka
tetapkanlah hisab’,”
Dari keterangan lain kita tahu bahwa kewajiban berpuasa adalah pada bulan
Ramadhan, sehingga untuk memudahkan pembahasan maka penetapan awal puasa
kita ganti dengan 1 ramadhan dan akhir puasa berarti akhir ramadhan atau
esok harinya adalah 1 syawal tahun Hijriah.
Tahun hijriah atau tahun Qamariyah didasarkan pada posisi bulan, bumi dan
matahari. Atau lebih mudahnya kalau disebut posisi bulan dan matahari
terhadap bumi, karena kita melihat dari bumi. Bumi berputar sambil
mengelilingi matahari dan bulan beredar mengelilingi bumi. Oleh karena itu
kita di bumi sering melihat posisi bulan dan matahari yang berbeda – beda,
namun sebenarnya mengikuti suatu ritme yang tetap.
Firman Allah SWT dalam surat Yaasiin ( QS 036 ) ayat 38 sampai dengan ayat
40 berbunyi :
” Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”
” Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah – manzilah, sehingga ( setelah
dia sampai pada manzilah yang terakhir ) kembalilah dia sebagai bentuk
tandan yang tua”
” Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. Dan masing – masing beredar pada garis edarnya”.
Demikian pula dalam surat Yunus ( QS 10 ) ayat 5 dan ayat 6 , Allah SWT
berfirman :
” Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkanNya manzilah – manzilah ( tempat – tempat ) bagi perjalanan bulan
itu supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan ( waktu ). Allah
tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan
tanda – tanda ( kebesaranNya ) kepada orang – orang yang mengetahui.”
“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang
diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar – benar terdapat tanda – tanda
( kekuasaanNya ) bagi orang yang bertaqwa.”
Selanjutnya Allah SWT juga berfirman bahwa diperlihatkannya tanda – tanda
kekuasaanNya kepada manusia agar manusia menggunakan akalnya.
Surat Ali Imran ( QS 003 ) ayat 190 :
” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda – tanda bagi orang yang berakal “.
Dari hadit dan ayat2 Al-Quran diatas dapat kita fahami bahwa :
1.. Allah SWT dalam Al-Quran menjelaskan bahwa
1.. Penetapan waktu ( hari,bulan,tahun ) adalah didasarkan pada
peredaran matahari,( bumi ) dan bulan.
2.. Matahari dan bulan beredar secara teratur.
2.. Allah SWT menyampaikan bahwa kejadian alam merupakan tanda – tanda
bagi orang yang berakal.
3.. Rasulullah SAW menyampaikan bahwa penetapan tanggal 1 ramadhan adalah
jika bulan sabit sudah dapat dilihat dan penetapan akhir ramadhan adalah
jika bulan sabit ( berikutnya ) terlihat lagi.
Dengan perkataan lain Rasulullah SAW ingin menjelaskan bahwa permulaan
perhitungan bulan dimulai dengan kemunculan atau terlihatnya bulan sabit.
Dalam siklus peredaran bulan mengelilingi bumi bulan sabit merupakan posisi
awal setiap bulan. Posisi tengah adalah bulan purnama dan kemudian posisi
akhir adalah bulan sabit lagi dengan bentuk yang terbalik dibandingkan
posisi awal. Dalam Al-Quran ( QS 036:39 ) disebut ‘kembali sebagai bentuk
tandan yang tua ‘
Hadits Rasulullah SAW itu merupakan suatu kalimat yang sederhana namun cukup
jelas sebagai petunjuk bagaimana kita menentukan awal dan akhir bulan (
bandingkan dengan sistim penanggalan Syamsiah yang tidak mempunyai tanda
permulaan awal bulan ).
Namun , sebagaimana juga diingatkan oleh Allah SWT bahwa matahari dan bulan
beredar secara teratur dan kita harus menggunakan akal kita,maka penentuan
awal dan akhir bulan dapat juga dilakukan dengan perhitungan.
Pada zaman Rasulullah SAW, ilmu astronomi belum berkembang sehingga satu –
satunya cara untuk menentukan awal bulan adalah dengan melihat secara
langsung munculnya bulan sabit.
Namun pada masa kita sekarang ini, ilmu astronomi apalagi didukung dengan
teknologi penginderaan jauh dan sistim informasi maka siklus peredaran bumi
dan bulan sudah dapat dihitung dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi.
Salah satu buktinya adalah kejadian gerhana bulan atau gerhana matahari
sudah bisa diketahui beberapa tahun sebelumnya dengan tingkat akurasi yang
cukup tepat ( perbedaan waktu hanya dalam bilangan beberapa menit).
Dalam hal lain, misalnya dalam penentuan waktu shalat fardu – yang tadinya
juga didasarkan pada kejadian alam ( posisi matahari )- kita sudah mau
menggantikannya dengan jam. Artinya sudah dilakukan perhitungan posisi
matahari setiap hari dalam setiap bulan dan memindahkannya dalam susunan
waktu yang dinyatakan dalam satuan jam. Kita tidak lagi memerhatikan posisi
matahari untuk melakukan shalat.( kecuali dalam keadaan tidak ada jam ).
Misalnya shalat Zhuhur jam 11.58, shalat Ashar jam 15.10 dst.
Dalam kegiatan sehari – hari untuk hal – hal yang berhubungan dengan dimensi
ruang ( spatial ) kita sudah sangat mempercayai teknologi.
Dulu mungkin kita tidak tahu dimana lokasinya Red Square, Moscow dan berapa
jauhnya jarak dari kita di Bandung kesana. Tetapi sekarang dengan meng-klik
Google map kita dengan mudah dapat ‘melihat’ dimana itu Red Square,Moscow
dan berapa jaraknya dari tempat kita.
Dan dengan perantaraan satelit pula, sekarang kita dengan mudah dapat
‘melihat’ Ka’bah al-Muqarromah, bangunan yang berdimensi tidak lebih dari 25
m x 25m, padahal jarak yang memisahkan lebih dari 5000 km.
Jangankan jarak 5000 km, benda yang berada pada jarak yang lebih dari itu
pun sekarang ini sudah bisa ‘dilihat’. Kita di planet Bumi ini sudah bisa
‘melihat’ kondisi di ruang angkasa yang jaraknya ratusan ribu km secara
‘on-line’.
Kalau teknologi sudah memungkinkan kita untuk mengetahui posisi bulan dan
matahari secara tepat, kenapa kita masih mempertahankan kaidah lama (
melihat dengan mata telanjang ) dalam menentukan awal bulan?
Bukankah dengan demikian kita tidak mensyukuri nikmat Allah SWT berupa akal
dan pikiran yang sudah Allah SWT berikan pada kita? Padahal Allah SWT sudah
berulang – ulang mengingatkan agar kita memikirkan kejadian alam sebagai
petunjuk bagi orang yang berakal!.
Menurut saya, memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk menentukan awal dan akhir
bulan tidaklah bertentangan dengan hadits Rasulullah ( Bukhari – Muslim no
175 ) yang disampaikan di awal tulisan ini.
Bandingkan dengan hadits tentang waktu – waktu shalat fardu yang diantaranya
adalah hadits Bukhari – Muslim no 46 yang berbunyi :
” Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, ‘Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam shalat Zhuhur pada tengah hari yang terik dan
Ashar ketika matahari dalam keadaan bersih, dan shalat Magrib ketika
matahari sudah terbenam, dan shalat Isya tidak tetap waktunya.Jika beliau
melihat mereka berkumpul, maka beliau menyegerakannya dan jika beliau
melihat mereka terlambat, beliau mengakhirkannya, dan beliau shalat Subuh
ketika fajar sudah menyingsing.”
Bandingkan juga dengan hadits tentang larangan berpakaian sutra bagi laki –
laki dan larangan minum dengan menggunakan bejana emas dan perak,
sebagaimana ada dalam hadits Bukhari – Muslim no 393 sebagai berikut :
“Dari Hudzaifah bin Al-Yaman, dia berkata,’Aku pernah mendengar Rasulullah
SAW bersabda,’Janganlah kalian mengenakan sutra halus dan sutra kasar, dan
janganlah kalian minum dengan menggunakan bejana emas dan perak, janganlah
kalian makan dengan piring emas dan perak, karena yang demikian itu bagi
mereka di dunia dan bagi kalian di akhirat.”
Penjelasan dari hadits itu adalah bahwa pengenaan kain sutra bagi laki –
laki dilarang karena kain sutra hanya untuk wanita dan bersifat perhiasan,
sehingga jika laki – laki mengenakan sutra maka akan mengesankan sifat
kewanitaan atau menyerupai wanita yang senang terhadap perhiasan. Sedangkan
larangan makan atau minum memakai bejana emas dan perak adalah karena hal
itu mencerminkan kemewahan dan kesombongan.
Namun pada masa sekarang, terutama untuk kain sutra tidak lagi monopoli kaum
wanita. Banyak baju sutra, misalnya batik sutra yang tidak mencerminkan
kewanitaan sehingga banyak dipakai para lelaki.
Dari contoh – contoh diatas saya ingin mengatakan bahwa pemanfaatan
pengetahuan dan teknologi dalam implementasi hadits tidak serta merta
mengingkari hadits tersebut. Kita tetap bisa berpegang kepada intisari atau
maksud dari hadits tersebut. Kita memahami bahwa yang dimaksud oleh
Rasulullah SAW dengan melihat bulan sabit adalah mulai berpuasa pada awal
bulan bukan pada hari – hari setelahnya dan mengakhirinya jika bulan
berikutnya sudah dimulai.
Bandung, 25 Ramadhan 1428 H.
Iyus Ruswandi
–> Tanggapan kami tetap sama.
1. Sehebat apapun ilmu astronomi, ia-nya hanya berlaku sebagai prediksi. Kriteria2 untuk penentuan awal bulan dalam ilmu hisab, hanya berlaku sebagai panduan.
2. Dan kesalahan perhitungan sekecil apapun, tetap kesalahan.
3. Hasil dari pengamatan di lapangan adalah fakta yg nyata.
4. Petunjuk baginda Nabi saw lah yang seharusnya berusaha dipenuhi.
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya baca dibeberapa situs ada yang berusaha mempengaruhi lebaran tanggal 12 dan ada juga berusaha mempertahankan rukyatul hilal.
Nch, hemat saya nich karena juga bukan ahlinya… Dinegara kita kan ada sidang isbat yang melibatkan seluruh komponen yang saling berkompeten dan disitu tentu yang dibahas tentu ada perbedaan2 pendapat juga. Dan hasilnya tentu berdasarkan pertimbangan2 yang matang. Setiap hasil musyawarah mesti ada yang cocok (karena sesuai dengan dirinya) dan ada yang tidak cocok (karena pendapatnya tidak masuk, namun cocok maupun tidak, karena hasil musyawarah ya musti harus diterima dengan lapang hati (itulah yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat).
Dan tidak bisa dong karena kuatir pendapatnya tidak diterima disidang isbat, akhirnya walk out atau tidak datang di musyawarah tersebut (dengan alasan apapun).
Nach para Nahdiyin, Muhammadiyahin, Persisin atau apapun namanya (maafin yach kalo istilahnya salah, karena aku bukan ahlinya)koq rasanya lebih baik nunggu hasil sidang isbat aja dech, toh disitu wakil2nya juga ada dan ahli2 lagi. Karena sidang itu mencari titik temu yang paling dari perbedaan2 yang ada.
Sekali lagi maafin yach kalo ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini, karena aku bukan ahlinya.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
WONG BUKAN AHLI
Assalamu’alaikum wr. wb
Untuk lebih menambah pencerahan pengetahuan mengenai topik yang didiskusikan dengan hangat, silahkan
membuka website http://rukyatulhilal.org/visibilitas/1428/syawal.html.
Saya yang awam dalam pengetahuan Islam, menyarankan agar diskusi dalam milis ini tidak disertai dengan
emosi apalagi sampai berpraduga, tidak mengarahkan pembaca untuk megikuti apa yang diyakininya tapi
berikanlah data dan fakta, baik yang sumbernya dari Al Qur’an dan Hadis maupun bukti-bukti ilmiah.
Biarkanlah kesimpulan diambil oleh masing-masing pembaca, yang tentunya yang paling diyakininya.
Menurut saya yang awam, Islam bukan agama paksaan atau tidak ada paksaan dalam agama Islam, jadi tidak
usah berusaha memaksakan orang lain untuk mengikuti apa yang kita yakini. Apakah kita mau berperilaku
seperti penganut agama lain yang selalu memaksakan kehendaknya dengan proyek Misionarisnya…?
Menurut saya, baik Muhammadiyah maupun NU atau Pemerintah tidak ada yang salah, semuanya benar.
Yang jelas-jelas salah menurut ketentuan Islam adalah mereka yang tidak berpuasa tanpa alasan yang
bisa diterima.
peace donk ach……
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Assalamu’alaikum wr. wb
sebenarnya bagi umat islam apa-apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya pasti berkata : kami dengar dan kami patuhi. tapi jika orang yahudi pasti berkata: kami dengar dan kami ingkari.. untuk masalah ini bukannya sudah ada kaidahnya didalam Al quran dan Sunah Nabi, di dalam sunahnya Rasul kita diminta untuk melihat Bulan, apabila terhalang atau tidak kelihatan karena sebab musabab yang alami seperti mendung, maka hitungannya digenapkan menjadi 30 hari, dan inilah fiqihnya, nanti kita tunggu saja hasil sidang istbat, dan metode hisab serta kemajuan teknologi(ilmu atronomi) yang ada dan berkembang sampai saat ini dipakai untuk mendukung hal tesebut.
bagi yang tidak berkenan dgn pendapat saya , saya mohon maaf
Wassalamu’alaikum wr. wb.
–> wa’alaikum salam wrwb.. benar mas.. kita tunggu saja. Kan tinggal bbrpa hari lagi. Mohon maaf lahir batin jika tak berkenan atas isi blog ini.
Assalamualaikum, aduh saya orang awam semakin bingung, saya bukan termasuk orang muhammadiyah maupun nu. tetapi saya setuju dengan pendapat bahwa hadist tentang penentuan awal puasa dan akhir puasa diaplikasikan dengan teknologi. lha wong Alloh SWt sudah mengkaruniai Alquran denga ilmu yang lengkap. Di dalam alquraan banyak ilmu yang kita dapat baik tentang tata surya maupun ilmu yang lain. jadi manusia kudu mengembangkan biar umat Islam bisa maju. Tetapi jangan sampai saling sinis satu dengan yang lain, ingat kita saudara ukuwah tetap dijaga. Dan dilam hadist tidak disebutkan berapa derajat, yang jelas sabda nabi puasalah disaat melihat hilal dan berhentilah puasa di saat melihat hilal.
Assalamu’alaikum
Sesungguhnya dien ini telah sempurna, dan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun telah sempurna menyampaikannya, tidak ada yang terlepas dari apa yang dibutuhkan umatnya. perkataan bahwa zaman sekarang sudah berbeda sehingga kita bisa menarik kesimpulan yang berbeda dari tuntunan Rasul serta generasi shahabat saya kira perlu ditinjau kembali. Katakanlahlah Rasul tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi di zaman ini, tapi tidaklah Allah lalai kepada apa yang akan terjadi. Maka ana berkeyakinan sebagaimana pemahaman hadits tersebut, yakni berbuka apabila telah melihat hilal apabila terhalang maka genapkan 30 hari, maka jelas menjadi tolak ukur buan keberadaan hilal tetapi apakah ia terlihat, tentunya tidak akan terlihat kalau kita tidak berupaya melihat. Wallahu’alam.
Ahli Falak Saudi Tetapkan Idulfitri 13 Oktober
(08 Oct 2007, 714 x , Komentar)
JEDDAH – Ahli ilmu falak (astronomi) Arab Saudi menyatakan, berdasarkan perhitungan, Idulfitri 1428 Hijriah akan jatuh pada Sabtu, 13 Oktober 2007.Perhitungan iqtiran (kedekatan) antara matahari dan bulan yang dilakukan tim ahli falak Universitas King Fahd mendapatkan hilal (bulan sabit) pada saat matahari tenggelam baru terlihat pada Jumat, 12 Oktober.
Dr Ali Bin Mohamed Al-Shukri, kepala Jurusan Fsika Universitas King Fahd mengatakan, iqtiran matahari dan bulan terjadi pada Kamis, 11 Oktober pukul delapan pagi lewat dua menit waktu Saudi. “Dengan demikian, kelahiran bulan baru (bukan munculnya bulan sabit) akan terjadi pada Kamis sekitar satu menit sebelum matahari tenggelam,” kata Al-Shukri kepada harian berbahasa Arab Al-Watan.
Berdasarkan perhitungan falak yang mendasarkan penentuan awal bulan dari terlihatnya bulan, menurut Al-Shukri, tidak memungkinkan untuk melihat hilal (bulan sabit) pada saat matahari tenggelam pada Kamis malam karena tidak muncul di ufuk. Karena itu, Jumat tidak mungkin sebagai awal Idul Fitri.
Hilal, lanjut Al-Shukri, akan dapat dilihat pada Jumat malam karena pada saat matahari tenggelam bulan sabit berada pada ketinggian enam derajat di atas ufuk. “Pada saat itu umur hilal tersebut 36 jam atau 2 persen dari total bulan purnama,” jelasnya.
Hasil perhitungan tim ahli falak Saudi itu sama dengan hasil perhitungan ahli falak Uni Emirat Arab (UEA). Perhimpunan ahli astronomi UEA (The Emirates Astronomical Society) yang berkantor di Abu Dhabi meyakini awal Idul Fitri 1428 H jatuh pada Sabtu 13 Oktober 2007.
Kantor berita UEA, WAM, mengutip Mohammed Shaukat Awda, ketua The Islamic Crescents’ Observation Project (ICOP), mengatakan, hasil perhitungan 350 ahli falak mendapat perhitungan awal Syawal akan terjadi pada 13 Oktober. “Jatuhnya awal Syawal pada Sabtu terjadi di sebagian besar negara muslim,” ujar Awda.
Versi Muhammadiyah
Sementara itu versi Muhammadiyah, Idulfitri ditetapkan Jumat 12 Oktober mendatang. Dalam siaran pers Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel yang diterima Fajar, Minggu kemarin, penetapan 1 Syawal itu berdasarkan maklumat pimpinan pusat Muhammadiyah nomor: 03/MLM/I.O/E/2007 tertanggal 5 ramadan 1428 H/17 September 2007 M, telah menetapkan bahwa hari raya Idulfitri 1 Syawal 1428 H jatuh hari Jumat 12 Oktober.
Hal itu sesuai hisab hakiki wujudal-hilal yang dipedomani majelis tarjih dan tajdid pimpinan pusat Muhammadiyah.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Drs KH Baharuddin Pagim, dalam siaran persnya yang diterima Fajar menjelaskan, hasil hisab awal Syawal 1428 Hijriyah adalah ijtimak menjelang Syawal 1428 H terjadi pada Kamis 11 Oktober 2007 pukul 12:02:29 WIB. Tinggi hilal pada saat terbenam matahari di Yogyakarta berada pada posisi lintang sama dengan minus tujuh derajat 48 menit, dan pada bujur 110 derajat 21 menit bujur timur sama dengan plus nol-nol derajat 37 menit 31 detik.
“Artinya hilal sudah wujud. Sementara pada saat matahari terbenam tanggal 11 Oktober 2007 (Kamis, red), wilayah Indonesia terlewati garis batas wujudul-hilal sehingga wilayah Indonesia terbagi menjadi dua bagian. Bagian sebelah barat garis tersebut hilal sudah wujud, sedangkan bagian sebelah timur hilal belum wujud,” jelasnya.
Berdasarkan hasil hisab tersebut dan sesuai metode penentuan awal bulan yang dipedomani Muhammadiyah, kata dia, maka 1 Syawal 1428 H jatuh pada Jumat 12 Oktober. Berdasarkan prinsip kesatuan wilayatul-hukmi atau kesatuan wilayah hukum dalam satu negara, maka wilayah yang belum wujudul-hilal dapat mengikuti wilayah yang sudah wujudul-hilal.
“Dasar penetapan awal bulan yang dipedomani Muhammadiyah adalah hisab hakiki wujudul-hilal dengan kriteria pertama; menurut perhitungan hisab telah terjadi ijtimak, kedua; ijtimak terjadi sebelum magrib (sebelum matahari terbenam), dan ketiga; pada saat terbenamnya matahari, bulan berada di atas ufuk, bulan belum terbenam. Bila ketiga kriteria itu terpenuhi, maka malam itu dan keesokan harinya dinyatakan sebagai bulan baru. Dan, bilamana tidak terpenuhi, maka malam itu dan keesokan harinya dinyatakan sebagai hari terakhir bulan berjalan dan bukan bulan baru,” paparnya, diamini sekretarisnya Drs H Muh Alwi Uddin MAg.
Berkaitan kemungkinan terjadinya perbedaan antara Muhammadiyah dengan pemerintah maupun organisasi lainnya, lanjut Baharuddin Pagim, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel mengimbau seluruh umat muslim agar dalam melaksanakan ibadah salat Idulfitri 1 Syawal 1428 H dengan menggunakan keyakinan. “Jika yakin 12 Oktober, maka salatlah pada tanggal tersebut. Jika memang nanti lebih yakin 13 Oktober, maka salatlah pula pada tanggal tersebut sesuai keyakinannya,” harapnya.
Namun, katanya mengingatkan, jangan sampai ada umat muslim yang sudah tidak berpuasa Kamis, 12 Oktober tetapi salatnya nanti Jumat, 13 Oktober. Dengan kata lain, apabila ikut salat 13 Oktober maka tetap wajib berpuasa hingga 12 Oktober atau menggenapkan puasanya menjadi 30 hari.
Dari laporan pimpinan daerah Muhammadiyah, tambah Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Alwi Uddin, sebanyak 23 kabupaten/kota telah siap melaksanakan salat id pada hari tersebut (Jumat, red). Bahkan, di beberapa kecamatan yang jauh dari ibukota kabupaten juga akan dipersiapkan pelaksanaan salat id.
Khusus di Makassar, disiapkan tiga lokasi yakni Lapangan Awwalu Islam Jl.Tol Sutami dengan khatib KH Baharuddin Pagim (Ketua PWM Sulsel), Lapangan Pusat Dakwah Muhammadiyah Jl.Perintis Kemerdekaan, khatib H Burhanuddin Kadir (Dekan Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar), dan Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar Jl.Alauddin dengan khatib, KH Djamaluddin Amien (sesepuh dan penasihat Muhammadiyah).
“Adapun khatib lainnya yang bertindak memimpin salat idulfitri adalah KH Mustari Bosra di Palopo, Ambo Asse di Istana Tamalate Balla Lompoa Sungguminasa-Gowa, Iskandar Tompo di Kampus Universitas Muhammadiyah Parepare, dan Muh Alwi Uddin, di Lapangan Sudu Kabupaten Enrekang,” sebutnya. (arabic news/ram)
10/10/Limpung Batang Jawa Tengah
ass.wr.wb. salam kenal dari saya untuk saudaraku seiman, sebangsa dan setanah air. perbedaan tidak berarti bahwa kita “BERBEDA” dan kita juga harus berbesar hati, arif dan bijaksana bahwa tidak seluruhnya “perbedaan” harus kita usahakan sedemikian rupa menjadi “sama”. yang jelas, masing-masing pendapat dan upaya -secara penuh tanggung jawab moral kepada Alloh dan rasul – harus jelas rujukan/dalilnya. Untuk itu saudaraku…perkenankan saya untuk kembali mengingatkan, bahwa “BERBEDA” tidak kemudian membuat kita menjadi tidak “BERSAMA”. Yang jelas, insya Alloh kita semua adalah saudara yang harus selalu saling mengingatkan dan menganjurkan saudaranya ke dalam hal-hal yang baik. Hanya orang munafik dan musuh orang muslim lah yang demikian sangat senangnya bila ada perbedaan disementara kalangan muslim yang oleh mereka terlihat terdapat titik api perpecahan dan permusuhan. Dan berdasarkan inilah mereka akan mengambil manfaat dan keuntungan. Karena mereka sangat tahu persis, bahwa tatkala di hari Rasul wafat, di saat itu pula terjadi perbedaan pendapat di kalangan muslimin. Untuk itu, perbedaan pendapat merupakan rahmat, karena bila disikapi dengan penuh rasa persaudaraan, dia akan menjadikan kita semakin arif dan bijaksana setiap kali menghadapi “perbedaan”. Dengan semakin arif dan bijaksananya kita sebagai umat Rasul tatkala kita “terpaksa” berbeda, pada saat yang sama pula, semakin kecil dan semakin sulitnya orang-orang munafik dan orang-orang di luar muslim untuk mengambil atau mendapatkan manfaat dan keuntungan dari situasi dan kondisi tersebut. Karena itu lah yang jauh lebih penting yang harus kita waspadai setiap saat. (waspada bukan berarti memusuhi, lho ya..). Nah, untuk itu jangan terpancing ya…siapa tahu yang berkomentar “nakal” tersebut bukan dari saudara kita seiman. wass. wr.wb. Insya Alloh kita akan tahu dengan jelas tentang kebenaran perikehidupan kita semua selama di dunia, saat kita semua sudah melewati “hari yang telah ditetapkan”…Aaamin.
Assalamu’alaikum wr. wb.
Nimbrung lagi nich …..
Saudara2 sesama iman, selain kita ada PIHAK yang selalu berbisik untuk berbuat tidak baik, menyulut emosi, berprasangka buruk, maunya menang sendiri, maunya paling benar, dll. Padahal kita di bulan yang sangat mulia ini dilatih untuk tidak mengikuti bisikan PIHAK tersebut.
Saya khawatir, jangan2 kita sudah mengikuti bisikan PIHAK tersebut. Jangan2 PIHAK tersebut sudah bersemayam di dalam diri kita. Jangan2 kita sudah menjadi bagian dari PIHAK tersebut.
Na’udzu billaahi mindzalik….. Mudah2an Allah selalu membimbing kita pada jalan yang benar untuk melanjutkan diskusi ini dengan penuh arif, bijak, lapang dada dengan semangat ukhuwah islamiyah penuh dengan kerendahan hati. Mudah2an Bapak2 pemimpin kita baik yang di Pemerintahan, ormas, para ulama, habaib dan tokoh2 masyarakat diberi lindungan dan bimbingan Allah untuk dapat mengambil ketetapan 1 Syawal tahun ini dan yang akan datang, sehingga umat tidak menjadi resah dan bingung.
Dan bagaimanapun keadaannya dari perbedaan pendapat dalam diskusi ini, ada satu hal bisa diambil hikmahnya…bahwa kita semakin tambah pengetahuan tentang hisab, rukyat, imkanur rukyat, wujudul hilal, dsb. Dan kita semakin tahu bahwa masih baaaaanyak yang kita belum tahu. Dan kita semakin sadar bahwa betapa sangat sedikiiiiiiiiit ilmu kita dibanding dengan ilmu Allah, betapa sangat keciiiiiiiil kita didepan kebesaran Allah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
WONG BUKAN AHLI
Assalamualaikum wr.wb
Saya akan coba mengeluarkan pendapat dan analisa saya. Saya bukan NU maupun Muhammadiyah. Saya seorang muslim.
Analisa hisab yang saya lakukan menggunakan software Cybersky (dari NASA) dan Accurate Times 5(dari Muhammad Odeh).
Dasar kriteria penentuan hilal dengan hisab adalah surat Ar-Rohman ayat 5 :
” The Sun and the Moon follow courses (exactly) computed”
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan
Allah menciptakan matahari dan bulan dengan sangat sempurna termasuk mengatur peredarannya dengan tepat sehingga pasti dapat dihitung posisi keduanya dengan tepat (exactly computed
Kita meyakini keberadaan Allah tidak harus melihat dengan mata telanjang….tapi bisa dengan melihat ciptaannya….maka kita juga menyakini bahwa hilal ada tidak harus dengan mata telanjang…hitungan/teknologi merupakan sarana untuk meyakini/melihat keberadaan hilal..karena semua dari Allah..
Dasar kriteria penentuan hilal dengan Rukyat :
adalah Hadist dari Rasullullah SAW :
Hadist riwayat ibnu umar ra :
Dari nabi SAW bahwa beliau menyebut-nyebut tentang bulan ramadhan sambil mengangkat kedua tanganya dan bersabda : Janganlah engkau memulai puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan ramadhan dan janganlah engkau berhenti puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan syawal.Apabila tertutup awan maka hitunglah (30 hari).
HR Bukhory
Klasifikasi hadist diatas : Muttawatir,marfu
Dengan analisa menggunakan cybersky dan accurate times (Odeh) saya mendapatkan data :
1. Untuk wilayah Indonesia kecuali Aceh, sebagian Sumut, Kalimantan dan Sulawesi…..pada tanggal 11 oktober 2007 sekitar pukul 5 sore…Hilal sudah diatas cakrawala dengan ketinggian sekitar 0 derajat, 17 menit sekian menit. Matahari tenggelam dan bulan diatas cakrawala. Konjungsi terjadi pada pada pukul 07.58 am. Artinya sudah terjadi new moon (bulan baru). Maka tanggal 12 oktober 2007 sudah lebaran. Hilal pada ketiggian tersebut sulit dilihat oleh mata telanjang apalagi terhalang awan dan mendung.tapi jika mengunakan alat optik dan cuaca cerah ada kemungkinan dapat dilihat.
2. Untuk wilayah aceh dan sebagian Sumut,kalimantan,sulawesi …..memang sudah terjadi konjungsi tapi pada saat matahari tenggelam bulan dibawah garis cakrawala..jadi tanggal 12 okt 2007 mestinya masih puasa…dan lebarannya tanggal 13 okt 07.
3. Untuk wilayah arab saudi…pada tanggal 11 okt 07 walaupun sudah terjadi konjungsi tetapi bulan lebih dahulu tenggelam dari pada matahari…jadi tidak mungkin dapat melihat hilal..seandainya metode di arab saudi menggunakan rukyat maka tidak mungkin lebaran tanggal 12 okt 07 karena tidak mungkn hilal dapat dilihat.Jadi lebaran di arab saudi akan jatuh tgl 13 okt 07 (jika mereka menggunakan metode Rukyat). akan tetapi jika arab saudi menggukanan metode hisab ceritanya akan lain, karena hisab tidak perlu melihat hilal…tanggal 11 okt 07 di arab saudi sudah terjadi konjungsi pukl 07.58 pagi…artinya sudah terjadi new moon dan besoknya tanggal 12 okt 07 sudah lebaran.
4. Metode rukyat….dasarnya adalah hadist diatas….tapi mereka yang menggunakan rukyat jangan dikira tidak melakukan hisab..hisab tetap digunakan juga untuk menentukan kapan akan mulai melakukan rukyat untuk melihat kepastian hilal. 2 derajat adalah ijma ulama bukan dari hadist…dengan metode ini maka lebaran akan jatuh pada tanggal 13 okt 07 karena seperti data diatas bahwa tgl 11 okt 07 hilal akan sangat sulit dilihat..apalagi mendung dan berawan…pasti dijamin ga kelihatan dech…
5. Jika menggunakan rukyat global…….sepertinya akan kesulitan juga..karena tanggal 11 okt 07 hilal sudah tinggi jika dilhat di ujung Afrika selatan…kemungkinan sudah bisa dilihat….tapi wilayah saudi dan bagian utara katulistiwa hilal pasti tidak bisa dilihat…..maka tgl 12 okt 07 belum lebaran….lebaran akan jatuh tgl 13 okt 07 karena hampir semua wilayah didunia pada tgl 12 okt 07 hilal sudah nampak. Nah tinggal pilih apakah satu untuk semua atau semua untuk satu???maksudnya apakah jika kita sudah melihat hilal di suatu daerah maka berlaku untuk daerah lain??? (bisa diwakilkan)….atau harus global???? kalo global bertentangan dengan waktu solat donk…Waktu solat Dhuhur Di Indonesia dengan di Arab kan waktunya beda???? ya ga??
Nah….jadi bingung kan …karena keduanya mempnyai dasar…..
Mestinya yang menentukan kapan jatuhnya hari raya adalah seorang IMAM…(semacam khilafah jaman sahabat dulu)…umat islam sekarang tidak punya Iman dan khilafah…inilah permasalahannya….lagi pula perbedaan dan perpecahan umat islam sudah di Nash dalam hadist…” akan menjadi 73 golongan….72 masuk neraka dulu…1 gol..langsung masuk sorga…” wah…jadi ngeri dech…
Akhir-akhir ini, timbul kurang kepercayaan kepada pemerintah kita…banyak nya korupsi,ketidakadilan,keserakahan dll….menyebabkan sebagian rakyat tidak percaya kepada pemerintah khususnya menyangkut kepentingan agama…wajar kan???? sehingga ga mau bareng lebarannya dengan pemerintah…..tentu saja kita boleh taat kepada pemerintah jika pemerintah taat kepada ketentuan agama Allah juga..jika pemerintah korup dan dzolim….masa kita harus taat???
WaAllahua’lamm……….
–> saya kira taat pada ulil amri selama ….. tetap perlu.
Analoginya… bagaimanapun jika imam sdh dipilih, selama imam itu tidak batal maka makmum harus tetap bermakmum. Ada kekurangan imam itu wajar. Tetapi menyempal (dengan mengadakan jamaah sendiri) di dalam masjid yg sama hanya akan mengacaukan dan membingungkan umat. Mudharatnya jauh lebih besar.
Assalamualaikum Wr Wb
Sebagai orang awam saya hanya menyerahkan keputusan kepada pemerintah.
Siapapun boleh menentukan sikap dan menyampaikan pendapat.
Tapi, belajarlah untuk saling menghargai perbedaan tersebut. Mengkritik sampaikanlah dengan benar, sopan dan tidak emosi. Yang dikritik, terimalah dengan lapang dada.
Islam itu damai ^_^ tidak ada unsur paksaan.
Apapun keputusannya, kita akan mempertanggung jawabkan masing-masing kelak.
Terima kasih atas informasi dari penyedia blog ini. Semoga dapat terus memberikan informasi-informasi yang bermanfaat bagi umat.
Wassalam.
Assalaamu’alaikum,
Afwan, nanyanya agak beda.. Kalo saya mau ikuti acara melihat hilal yg online ada gak ya? Just curious… Syukron
Wassalaam,
–>Maaf.. bukannya pemerintah me-live-kan acara rukyah sebagaimana rukyah penentuan puasa kemarin.
Astagfirullah….
saya orang awam ,tapi saya juga umat muslim yang taat atas perintah-Nya.
Rosullulah akan sedih melihat umatnya berdebat seperti ini.
harapan saya sebgai umat mudah- mudahan perdebatan ini membawa pencerahan
kepada kita semua dengan hati yang bersih dan ikhlas tanpa dinodai sikap
permusuhan. amiin
–> harapan kami pun demikian. Ada banyak komentar yang terpaksa tidak di-approve karena tidak berbobot, tidak sopan, berupa caci maki. Atau kami tak tahu maksudnya..asal nimbrung saja.
Assalamualaikum wr..wb..
saudara-saudarakku seiman yang dimuliakan Allah SWT,….
sebaiknya kita kembali ingat, bahwa yang menjadi essensi adalah bulan ramadhannya, dimana penggemblengan mental dan kualitas iman kita semua akan terlihat hasilnya setelah selesai ramadhan.
Masalah 1 syawal itu kapan jatuhnya sebenarnya sudah di tentukan aturan aturan cukup tinggal kita yakin dan menyerahkan ini semua kepada Allah SWT.
Semoga Amal puasa kita diterima Allah SWT dan selanjutnya kita semua memperoleh petunjuk dan bimbingan-Nya agar menjadi hambanya yang lebih baik dan berkualitas dimasa setelah bulan ramadhan ini.. Amiin..
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Mohon adanya kesepahaman bagi para ulama & kyai-kyai yang ahli dalam Falaqiyah, Hisab & Rukyah agar tidak membingungkan umat.Sebetulnya yang menjadi landasan utama dalam menentukan tanggal, rukyah atau hisab???
menurut saya kalau rukyah itu sudah pasti, sebab itu kodrat irodat Allah sedangkan hisab hanyalah perhitungan yang berdasarkan teori.
assalamualaikum
saudaraku, saya mohon tidak ada ejekan dan pertentangan di dialog ini, karna kita semua muslim, malu kita sama Allah.
klau menurut saya kita kembalikan kepada ulil amri, dengan technologi dan pakar hisab dan rukyat serta astrominya. toh yang bertanggung jawab atas 1 syawal tersebut adalah pemerintah sebagai ulil amri.
logika seperti ini : ikutilah rasulullah karna dia rasul panutan dan alquran serta sunnah. dan rasul pada waktu itu melihat hilal secara langsung, karna pada waktu itu bliau tidak memakai technologi astronomi.. seperti yang dikatakan beliau : puasa lah kalian jika melihat hilal, dan berbukalah jika kalian melihat hilal kembali.
thx
Penetapan 1 ramadhan dan 1 syawal..
Rekan2 alumni …
–> Maaf .. komentar sama dengan #25.
Cara paling sederhana, yang bahkan bisa dilakukann oleh orang awam untuk mengetahui bulan baru adalah dengan mengamati langit, hal ini biasa juga dilakukan oleh para nelayan kita. Pada akhir bulan atau disebut juga bulan mati, maka langit akan tampak gelap, tidak ada satupun bintang yang bersinar. pada malam berikutnya bila cahaya bintang sudah muncul berarti sudah bulan baru atau berganti bulan. Teorinya adalah cahaya bintang di langit akan muncul apabila ada pantulan sinar bulan dan bulan berada diatas ufuk, bila sinar bintang tidak kelihatan berarti bulan masih dibawah ufuk. Dengan catatan apabila langit tidak tertutupi awan mendung.
Untuk kasus penetapan 1 syawal 1428 H kemarin, pada rabu malam atau malam kamis, langit di daerah bandung utara kondisinya sangat cerah tidak tertutupi oleh awan mendung, tetapi tidak ada satupun bintang yang bersinar. Berarti masih bulan romadlon dan besoknya saya tetap berpuasa. Tetapi ketika kamis malam atau malam jumat saya mengamati lagi langit dan kondisinya tetap sangat cerah, Tetapi cahaya bintang mulai bermunculan, bahkan ketika pukul 03.00 pagi di langit sebelah utara-timur ada satu bintang yang cukup besar dan bersinar sangat terang. Berarti hari itu telah mulai berganti bulan dan hari itu berarti tanggal 1 syawal 1428 H atau bertepatan dengan hari Jum’at tanggal 12 oktober 2007. Dan ternyata hampir seluruh negara di dunia menetapkan tanggal 1syawal 1428 H adalah hari Jumat tanggal 12 oktober 2007, kecuali beberapa negara seperti Mesir, Oman dan Indonesia yang menetapkan berbeda.
Walohualam bisawab.
–> 1 Syawal (1428 H) sdh berlalu. Prediksi sdh tak berlaku, yang ada adalah kenyataan. Ternyata masih ada yg salah persepsi ttg posting ini. Yang ditekankan sejak awal dari postingan kami adalah metode-nya (yaitu hisab sbg prediksi, rukyat sbg penentu akhir), bukan pada hasil.
Yang patut dicatat adalah hari raya di semua negara muslim, yang kami ketahui, ditentukan menjelang jum’at. Itu artinya walaupun hisab dipakai sebagai panduan, kalibrasi/pengamatan tetaplah dipakai untuk kebenaran yang real. Bahkan Arab Saudi hisabnya tgl 13 Okt 2007, tetapi kemudian dari pengamatan jatuh tgl 12 Okt 2007, kemudian diikuti oleh org2 seluruh negeri, dan yg berpendapat dengan rukyah global.
Catatan kedua adalah penentuan hari raya dilakukan oleh pemerintah masing-masing setelah pengamatan. Bukan oleh ormas atau semacamnya.
Artinya.. pendapat kami ternyata selaras dengan yang dilakukan oleh negara2 muslim di seluruh dunia. Alhamdulillah.
Anyway … Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H. Mohon maaf lahir batin.
Assalamu’alaikum.
Hari ini penetapan 1 syawal telah pasti, bila kita amati negara-negara di dunia umumnya terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah yang menetapkan 1 syawal 1428 H bertepatan dengan 12 oktober 2007 dan kelompok kedua yang menetapkan 1 syawal 1428 H bertepatan dengan 13 oktober 2007. Namun pada umumnya hampir seluruh negara-negara di dunia masuk kelompok pertama (12 oktober 2007), termasuk negara Saudi Arabia yang oleh banyak kalangan masih sering dijadikan acuan dalam penetapan 1 syawal. Negara yang masuk kelompok kedua (13 oktober 2007) hanya terdiri dari sedikit negara (yang saya ketahui Mesir, Oman dan Indonesia). Jadi alhamdulillah, saya termasuk kelompok pertama, yaitu yang berlebaran pada tanggal 12 oktober 2007. Tetapi yang berlebaran pada tanggal 13 oktober 2007 juga saya kira tidak salah, karena yang jelas salah adalah orang yang tidak menjalankan ibadah puasa.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
-–> 1 Syawal (1428 H) sdh berlalu. Prediksi sdh tak berlaku, yang ada adalah kenyataan. Kami tidak mempermasalahkan dengan perbedaan hari raya, atau jumlah pengikut. Yang ditekankan sejak awal dari postingan kami adalah metode-nya (yang menggabungkan hisab dan rukyat), bukan pada hasil.
Yang patut dicatat adalah hari raya di semua negara muslim, yang kami ketahui, ditentukan menjelang jum’at. Itu artinya walaupun hisab dipakai sebagai panduan, kalibrasi/pengamatan tetaplah dipakai untuk kebenaran yang real. Bahkan Arab Saudi hisabnya tgl 13 Okt 2007, tetapi kemudian dari pengamatan jatuh tgl 12 Okt 2007, kemudian diikuti oleh org2 seluruh negeri, dan yg berpendapat dengan rukyah global.
Catatan kedua adalah penentuan hari raya dilakukan oleh pemerintah masing-masing setelah pengamatan. Bukan oleh ormas atau semacamnya.
Artinya.. pendapat kami ternyata sesuai dengan apa yg dilakukan oleh negara2 muslim di seluruh dunia. Alhamdulillah.
Anyway … Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H. Mohon maaf lahir batin.
Assalamu’alaikum wr. wb.
Pak Moderator, hari ini ada beberapa postingan yang tampaknya sengaja dihapus.
Padahal isinya cukup bagus dan sedang saya baca, begitu di refresh langsung hilang. Apakah Pak Moderator berpihak ke salah satu kelompok …..?
Kalau demikian, saya menjadi sangat kecewa karena pak Moderator tidak berdiri
netral atau tidak bisa menerima adanya perbedaan pendapat.
Mohon maaf apabila saya kurang berkenan.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
–> Wa’alaikum salam wrwb.
Maaf .. memang benar. Ada beberapa komentar yang dihapus.
Karena semakin banyaknya komentar yang masuk, kami khawatir tidak semua komentar terbaca. Sdh ada indikasi tdk semua dibaca,… komentar (copy paste ??) #41 = #25. Oleh karena itu beberapa saya hapus.
Penghapusan insya Allah bukan karena keberpihakan. Tapi lebih pada tata bahasa, kesopanan, yg hanya berupa imbauan-imbauan, komentar yg sulit dipahami, dll. Dengan demikian harapan kami semua komentar dapat dinikmati oleh pembaca yang lain.
Ada juga komentar-komentar yang terpaksa tidak di-approve, karena tidak sopan, berupa caci maki. Atau ketika kami baca.. kami tidak paham maksudnya. Ada yang di luar konteks.
Sekali lagi .. mohon maaf. Namun jika komentar anda termasuk yang terhapus.. silakan tulis lagi. Dengan tata bahasa (grammar) yg lebih baik, sehingga kami bisa memahami maksudnya dengan mudah. Dan tentu saja … sopan.
Oh yaa.. kami bukan moderator, karena ini adalah blog. Maka semua komentar saya anggap sebagai tamu. Siapapun yang berkunjung (berkomentar) ke sini dipersilakan, termasuk yg tidak setuju dengan pendapat kami. Namun adab2 bertamu seharusnyalah ditepati.
Terima kasih.
Di Metro TV, T. Jamaluddin dilaporkan menyampaikan berita bahwa teropong Boscha Lembang tanggal 11 Oktober 2007 belum bisa melihat hilal karena posisinya masih di bawah 1 derajat di atas ufuk. Beliau katanya seeh, bilang baru bisa dilihat teropong kalau sudah sekitar 2 derajat. Jadi jelas ya, yang dihitung dan dilihat itu bisa beda. Lagian, bumi itukan nggak benar-benar bulat dan tanpa halangan. Kalau berdiri di tepi pantai mau lihat hilal juga, jika baru muncul di bawah 1 derajat, manalah mungkin bisa melihat hilal. Kecuali jika permukaan laut (mewakili bidang ekuipotensial bumi) itu tidak berombak, datar, dan tenang.
Jadi mengaitkan dengan hadis Nabi, melihat hilal haruslah tampak oleh mata (mata biasa atau pakai teropong), kagak bakalan nemu kalau di bawah 1 derajat.
–> Masalah perbedaan (prediksi) penentuan awal bulan saat ini sebenarnya terletak pada perbedaan kriteria. Hadits Rasul saw secara gamblang memberikan petunjuk “jika terlihat hilal”.
Dengan mengacu pada hadits Nabi saw tsb, dengan kata lain, berdasarkan hisab.. berapa derajat bulan di belakang matahari akan terlihat hilalnya.
Kriteria wujudul hilal menentukan jika bulan sudah > 0 derajat. Kriteria Mabin menentukan jika > 2 derajat. Dan kriteria Danjon menyebutkan jika > 7 derajat. Mungkin masih ada kriteria2 yg lain.
Tampaknya, kriteria wujudul hilal sulit dipenuhi. Sementara kriteria Danjon dengan teknologi telescope saat ini boleh di kata terlalu besar. Kriteria Mabin lebih mendekati kebenaran. Inilah kriteria yang dipakai pemerintah kita dan negara2 tetangga. Namun kalibrasi tetaplah diperlukan.
Saya dengar, Planetarium Lembang di Bandung dengan teropong Boscha-nya di-akui kehebatannya di dunia. Bahkan termasuk salah satu planetarium terbaik di Asia. Saya kira kalibrasi (pengamatan langsung) dari sana patutlah dijadikan pedoman.
Jika dunia mengakui keandalan (planetarium) kita, sdh seharusnya kita berbangga dan memanfaatkan sebaik-baiknya potensi kita itu. Dengan demikian bukan tidak mungkin kriteria2 baru, rumus2 baru mengenai ilmu astronomi (hisab) ini.. justru muncul dari tanah air. Semoga.
Assalaamu’alaykum
😎 Kepada semua Ikhwah Fillah Rahimakumulloh
Saya ucapkan ;
Minal Aidin wal Faidzin
Taqobbalalloohu minna wa minkum
Mohon Ma’af Lahir dan Bathin
Semoga Amal Sholehnya selama di bulan Romadhon di terima oleh Alloh Subhaanahu wa Ta’aala. Amiin ya Robbal ‘Aalamiin
Wassalaamu’alaykum Warohmatulloohi wa Barokaatuh
Saya (KITA) harus setuju dengan pernyataan hadist “..dan berbukalah jika MELIHAT bulan”. Saya cuma ingin tahu, kriteria dan kesepakatan (Ijma) pada ulama tentang tafsir kata MELIHAT, apakah melihat dengan mata langsung ke arah bulan atau dengan teropong/satelit? INI YG HARUS JELAS! Definisi MELIHAT memang semua orang pasti melihat dengan mata telanjang! Tapi Mata yang melihat itu apakah harus terarah langsung ke Bulan (di ufuk/ Rukyat) atau mata yang melihat itu melihat melalui teropong bintang..melalui monitor yg menerima gambar hasil satelit??
LAlu pernyataan mas moderator ” kesalahan itu tetap ada walaupun kecil” –> INI PASTI!!
Tapi: bukankah kesalahan saat rukyat juga ada dan peluang kesalahan itu jauh lebih besar? Soale mata manusia tdk bisa melihat dengan 100% akurat posisi bulan di ufuk saat senja. bener gak mas?
Anyway: saya tetap setuju tgl 13, karena YANG PENTING BAGI KITA ADALAH HADIST YG MENYATAKAN BERBUKA/BERLEBARAN BERSAMA MAYORITAS UMAT /PEMERINTAH!
NAmun kita tetap harus bisa bersikap kritis terhadap pemerintah to?
Saya sebagai warga Muhamadiyyah juga menyesalkan sikap ngotot Muhammadiyah. Kenapa tidak pakai strategi saja: Idul Fitri tetap 12 Okt tapi FATWA dari MAjls Tarjih kan bisa sholat ied bersama2 tanggal 13 Oktober.
Bisa enggak ??
–> Yang jelas melihat mestinya dengan mata (secara fisik). Teropong itu adalah alat bantu, yang melihat tetaplah mata. Tidak ada perintah.. dan juga tidak ada larangan ttg menggunakan alat bantu. Para ulama mestinya telah membahas ttg hal ini. Kenyataan bahwa para perukyah sekr pakai alat bantu (teropong) dan para ulama kebanyakan tidak membantahnya. Demikian sepengetahuan kami.
Benar mas.. melihat saat rukyat pun dapat berpeluang salah. Tapi secara statistik ini peluangnya jauh lebih kecil dari pada tanpa melihat sama sekali. Yang melakukan rukyah pastilah sdh mengetahui ilmunya (baik hisab maupun rukyat). Selain itu, para ahli biasanya melakukan pengamatan bersama2 shg saling mengisi.
Dan seandainya pun ada kesalahan di suatu waktu.. hal ini tidak bisa menafikan (meniadakan) perlunya rukyah/pengamatan. Karena bagaimanapun ilmu hisab bisa berkembang dan semakin akurat karena adanya pengamatan (melihat langsung). Kalau pun ada kesalahan rukyat sesekali, itu tidak bisa dijadikan alasan untuk meniadakannya.
Lihatlah..jika kita menghargai ilmu hisab dan ilmu rukyat secara seimbang, maka kedua2nya akan maju bersama2, berkembang sejajar. Ilmu hisab semakin akurat. Demikian ilmu rukyat juga semakin canggih. Hisab dibantu dengan komputer n softwarenya yg semakin canggih dan akurat. Rukyat juga dibantu dengan hardware dan software yg semakin tajam dan canggih pula (telescope n segala assesorisnya).
Kira2 dapatkah hisab sedemikian akurat seperti saat ini tanpa di dukung ilmu rukyat dgn segala teknologinya? Saya kira hisab tanpa rukyat hanya akan memandegkan ilmu hisab itu sendiri.
Mengenai Idul Fitri dan sholat Id, setahu kami tidak ada sholat Id tgl 2 Syawal.
Wallahu a’lam.
Wach saya minggu yang lalu batal berbisnis dengan orang Arab, hanya gara-gara perbedaan persepsi tanggal.
Saya janjian ketemu tanggal 1 syawal 1428 H, yang menurut pengertian saya di Indonesia jatuh pada hari sabtu tanggal 13 Oktober 2007, tetapi menurut versi Arab ternyata tanggal 12 oktober 2007.
Kenapa sich penanggalan Hijriah di Indonesia berbeda dengan di negara lain…????
–> Ini contoh komentar tak sopan .. menghardik tuan rumah tanpa sebab, dan tak mau tahu ttg runtutan diskusi sebelumnya..
Kenapa sich yang berpendapat 1 syawal 1428 H sam dengan 12 oktober 2007 selalu dikomentari dengan nada sinis, sedangkan yang berpendapat 1 syawal 1428 H sama dengan 13 oktober 2007 selalu dipuji dan dihormati.
Inikah potret umat Islam Indonesia..?????
–> Kami punya pendapat, orang lain juga punya pendapat. Diskusi yg baik yg diharapkan. Jika anda punya pendapat berbeda, silahkan kemukakan dengan elegant dan sopan.
Kami tidak merasa sinis terhadap orang yg punya pendapat berseberangan. Namun adalah wajar jika pendapat tersebut kami jawab sesuai dengan keyakinan kami (dengan segala hujah2nya).
Kami tidak masalah dengan lebaran 12 Okt 2007. Metodenya lah yang penting, yaitu; Hisab sebagai panduan, ditetapkan dengan rukyat, dan diumumkan oleh ulil amri. Itulah yang terjadi di seluruh dunia, kecuali ada salah satu ormas di tanah air yg menolak hasil rukyat, dan tdk mengakui pengumuman pemerintah.
Just for your information.
Source : http://www.islamonline.net/servlet/Satellite?c=Article_C&cid=1190886323693&pagename=Zone-English-News/NWELayout
Eid Friday, Saturday, Sunday
By IOL Staff
`Eid is marked with festivities and visits to the homes of friends and relatives.
CAIRO — Muslims worldwide will celebrate `Eid el-Fitr, which crowns a month of fasting, prayer, Qur’an recitation and charity, on three different days.
Saudi religious authorities announced Thursday, October 11, that the new lunar moon has been sighted in several areas of the kingdom and thus Friday, October 12, will be the first day of `Eid el-Fitr.
Similar announcements were made in fellow Gulf Cooperation Council members Qatar, Kuwait, Bahrain and the United Arab Emirates.
Palestinian and Jordanian religious authorities said the first day of `Eid will be on Friday based on moon sighting.
Islamic authorities in Nigeria, Somalia and Ethiopia announced Friday to be the first day of `Eid.
Turkey’s religious affair authorities confirmed Friday as the first day of the Muslim festive but based on astronomical calculations.
Libya had announced on Wednesday, October 10, that it will start celebrating `Eid on Friday based on its own astronomical calculations.
The Mufti Council of Russia issued a statement Thursday that the new lunar moon has been sighted and Friday will be the first day of `Eid el-Fitr.
The Mosque and Islamic Cultural Center in Rome announced Thursday that the `Eid would fall on Friday.
And `Eid is also on Friday in Greece, according to the Muslim Authority of Greece.
The Muslim Council of Britain also announced Friday to be the first day of `Eid.
The first day of the feast is observed Friday in Taiwan on Friday Sweden, the Czech Republic, Spain, Luxembourg and Canary Islands.
The mufti of the Philippines also confirmed Friday as the first day of `Eid based on moon sighting.
The religious authorities in Tatarstan confirmed the birth of the new lunar moon, making Friday the start of `Eid.
Similar announcements were made by authorities in the Central Asian republics of Azerbaijan, Georgia, Tajikistan, Kazakhstan, Armenia and Kirgizstan.
The Islamic Sheikhdom in Kosovo said in a statement on its website that Friday will be the beginning of `Eid based on earlier astronomical calculations.
In Albania, the Islamic Sheikhdom told IOL that Muslims will celebrate `Eid el-Fitr as of Friday.
Islamic religious authorities in Romania, Bosnia and Montenegro made similar announcements based on earlier astronomical calculations.
Muslim minorities in Norway and Denmark decided to follow Saudi Arabia in celebrating `Eid Friday.
`Eid Al-Fitr is one of the two most important Islamic celebrations, together with `Eid Al-Adha.
After special prayers to mark the day, festivities and merriment start with visits to the homes of friends and relatives.
Traditionally, everyone wears new clothes for `Eid, and the children look forward to gifts.
Saturday, Sunday
But not all Muslims will start the celebration on Friday.
The Ministry of Waqfs in Morocco announced Saturday, October 13, to be the first day of `Eid.
Oman, a GCC country, announced that the holy fasting month of Ramadan will end Friday and that `Eid el-Fitr will start Saturday.
Religious authorities in Uzbekistan, Egypt, Yemen, Syria, Algeria, Ghana, South Africa, Kenya, Trinidad &Tobago, Barbados, Benin, Botswana and Tanzania made similar announcements.
Singapore, Bangladesh, Suriname, Brunei, South Korea will also observe `Eid Saturday.
The Keeper of the Rulers’ Seal, Engku Tan Sri Ibrahim Engku Ngah, confirmed that Malaysian Muslims will celebrate `Eid Saturday.
Sheikul Islam, who is appointed by the Thai King to be the leader of Thai Muslims, announced Thursday that the 7.5 million Thai Muslims will celebrate `Eid on Saturday.
The Imams Association in the Netherlands confirmed Saturday as the first day of `Eid.
The Council on Muslim Faith in France said `Eid will be celebrated Saturday because the new moon could not be sighted.
Germany, Australia, Ireland, Japan and Uzbekistan made similar announcements.
Earlier, the European Council for Fatwa and Research (ECFR) said, according to astronomical calculations, Friday, October 12, will be the last day of Ramadan and Saturday, October 13, will be the first day of `Eid.
The Islamic Society of North America also announced that `Eid Al-Fitr will fall Saturday in North America.
In Pakistan and India, the chairmen of the Moon Sighting Committees announced that the Shawwal moon was not sighted Friday and, therefore; `Eid will be on Sunday, October 14.
Moon sighting has always been a controversial issue among Muslim countries, and even scholars seem at odds over the issue.
While one group of scholars sees that Muslims in other regions and countries are to follow this sighting as long as these countries share one part of the night, another states that Muslims everywhere should abide by the lunar calendar of Saudi Arabia.
–> Terima kasih info-nya.
Any way… kami tidak mempermasalahkan dengan perbedaan hari raya, atau jumlah pengikut. Yang ditekankan sejak awal dari postingan kami adalah metode-nya (yang menggabungkan hisab dan rukyat), bukan pada hasil.
Sebagaimana tanggapan kami sebelumnya,
1. Hari raya di semua negara muslim, yang kami ketahui, ditentukan pada 11 Okt 2007, kamis malam. Itu artinya mereka tetap melakukan rukyat untuk memastikan kebenaran awal bulan, dan memakai hisab sebagai panduan. Tidak ada di semua negara muslim, sepengetahuan kami, yg melakukan hisab tanpa disertai rukyat.
2. Bahkan Arab Saudi hisabnya tgl 13 Okt 2007, tetapi kemudian dari rukyat, 1 syawal jatuh tgl 12 Okt 2007, kemudian diikuti oleh org2 seluruh negeri (dan yg berpendapat dengan rukyah global).
3. Penentuan hari raya dilakukan oleh pemerintah masing-masing setelah pengamatan. Bukan oleh ormas (seperti muhammadiyah, persis, NU, dll. walaupun mereka “merasa” punya massa banyak).
4. Artinya.. pendapat kami ternyata sesuai dengan apa yg dilakukan oleh negara2 muslim di seluruh dunia. Alhamdulillah.
Anyway … Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H. Mohon maaf lahir batin.
[…] tulisan kami tentang awal bulan syawal 1428 H kemarin (Hisab & Rukyat), penemuan ini pastilah memakai ilmu hisab sebagai panduan, dan dengan pengamatan langsung.. . Juga penemuan ini pastilah memakai konsep bumi mengelilingi matahari (BMM), astronom […]
Assalaamualaikum wr wb..
Saya kutip kalimat yang Anda tuliskan pada posting di atas :
“Menurut pendapat kami, awal bulan tidak ditentukan berdasarkan rumus/kriteria wujudul hilal atau rumus apapun, tetapi atas dasar penampakan hilal sewaktu dirukyat (dilihat di lapangan), sebagaimana petunjuk baginda Nabi saw.”
Mohon maaf, saya di sini cukup memberikan pandangan mengenai cara Anda dalam membuat kalimat di atas. Menurut hemat saya, logika kalimat di atas bisa dimaknai kontraproduktif, yakni seolah2 metode yang menggunakan rumus/kriteria wujudul hilal itu tidak berdasarkan petunjuk baginda Nabi SAW. Mohon maaf lagi, terus terang saya agak menyayangkan susunan kalimat ini yang bisa memunculkan kesan pendiskreditan.
Jika Anda ingin tetap menggunakan kalimat di atas, seharusnya Anda dapat secara proporsional menjelaskan argumentasi Anda berdasarkan dalil2 yang kuat mengenai wujudul hilal terkait dengan kalimat ini, atau setidak-tidaknya anda merujuk ke link yang terkait dengan itu.
Link ke blog Pak Mutoha, menurut saya belum cukup karena posisinya tidak menunjukkan bahwa Anda sedang menerangkan argumentasi Anda tentang wujudul hilal
My comment is : membahas hal-hal khilafiyah, apalagi di ruang publik seperti ini, memang harus sangat hati-hati, termasuk dalam hal pemilihan dan penyusunan kata-kata dalam kalimat, karena saya yakin tujuan Anda adalah untuk kebaikan. Kecenderungan Anda terhadap salah satu pendapat seharusnya tetap tidak mengurangi kecermatan dan kehati2an dalam pemilihan kata dalam posting Anda..
Wallahu a’lam.. mohon maaf jika tidak berkenan
http://heartofalfikr.wordpress.com
–> Wa’alaikum salam wrwb. Salam kenal mas alfikr.
Mohon maaf jika kalimat itu membawa kesan pendiskreditan. Namun bukan itu maksud kami. Wujudul hilal dll adalah salah satu kriteria hisab. Kami tidak anti hisab. Namun menurut hemat kami, hisab adalah alat bantu. Penentuan awal bulan tetap berdasarkan penampakan hilal, sebagaimana dalil pada akhir posting.
Kritik yang kami coba ungkapan. Setelah ilmu hisab berkembang sedemikian canggih, janganlah terjebak bahwa hasil perhitungan itu diyakini sebagai kebenaran mutlak. Ini ilmu sangat bermanfaat untuk membantu rukyat, tetapi bukan untuk menentukan awal bulan itu sendiri.
Any way.. terima kasih kritikannya. Semoga kesuksesan bersama kita.
saya melihat artikel ini cukup tertarik meskipun ini sudah terlambat beberapa bulan, memang benar teori harus dibuktikan, kalo kita menghitung suatu benda yang dapat diukur, maka kita akan melakukan percobaan apakah perhitungan itu benar dengan percobaan yang ada. kalo di dunia IPA perhitungan ada yang mengikuti hasil eksperimen dan ada juga yang eksperimen mengikuti hasil perhitungan agar tidak melenceng dari standar.
Tapi kalo bulan baru kita kasih rumus agar dapat dihitung,tp pada saat perhitungannya melenceng 30 menit aja dari kenyataan, apakah bulan bisa diputar ulang biar sama dengan rumus perhitungan yang kita buat. kita mau mengikuti yang mana perhitungan yang melenceng atau kah kekuasaan ALLAH SWT yang menerbitkan bulan baru dengan perbedaan tersebut.
Manusia punya tanggung jawab masing-masing, Imam sangat besar tanggung jawabnya terhadap umat. Semoga para Imam bisa dengan bijak memberikan contoh seperti Suri Teladan Kita Nabi Muhammad saw.Amin.
Penetapan 1 Syawal 1428 H apa tanggal 12 atau 13 Oktober 2007 menjadi menarik dengan banyak nya komentar dari berbagai pihak.
Dengan Negara Kita Indonesia yang membujur dari Sabang sampai Merauke memungkinkan masuk nya hilal dalam Wilayah Indonesia.
Dalam hal ini kalau hilal nya terjadi diluar Wilayah Indonesia, kita tidak meributkan seperti 1 Ramadhan 1428 H, begitu 1 Syawal 1428 H hilal nya terjadi dalam Wilayah Indonesia baru menjadi masalah.
Kalau berpedoman dengan Jakarta mungkin tanggal 12 Oktober 2007 sudah tampak hilal tapi sebagian Wilayah Timur Indonesia belum.
Begitu juga kalau berpedoman pada Wilayah Timur Indonesia yang baru tanggal 13 Oktober 2007 tampak hilal, tapi sebetulnya sebagian Wilayah Barat Indonesia telah tampak sehari sebelumnya.
Dalam hal ini saya mengusulkan untuk 1 Syawal 1429 H sebagai berikut :
1. Dengan membujurnya Wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke ada terobosan bersama untuk menetapkan 1 Syawal yang berbeda dalam Wilayah Indonesia (misal kalau terjadinya hilal di Selat Makassar maka Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali dan NTB duluan satu hari lebaran nya Wilayah yang di timur.
2. Kalau seluruh Wilayah Indonesia harus lebaran dengan hari & tanggal yang sama maka perlu kesepakatan bahwa baik hisab maupun ru’yat dilakukan di Papua saja tepatnya di Jayapura dan Merauke baik hisab maupun ru’yat walaupun hilal sehari sebelumnya telah terlihat untuk ekstrim nya di Maluku.
3. Begitu juga kalau seluruh Wilayah Indonesia perlu penetapan 1 Ramadhan pada hari & tanggal yang sama maka yang menjadi acuan adalah hisab maupun ru’yat di Sabang walaupun dari Jawa & Kalimantan ke timur belum terjadi hilal.
4. Jadi dengan acuan Awal Ramadhan di Sabang dan Awal Syawal di Merauke atau Jayapura maka Puasa di Bulan Ramadhan kita genapkan 30 Hari saja.
Dunia memang 1 peta.
-Namun, dunia terbagi ke dalam zona-zona waktu setiap garis bujurnya.
-Sehingga, mengakibatkan adanya GARIS TANGGAL MASEHI yang membelah bumi menjadi 2 (dua) bagian.
-Ada yang sudah masuk tanggal 1 Oktober 2008 ada yang masih tanggal 30 September 2008.
-Silahkan Abil lihat di peta Dunia.
-GARIS TANGGAL MASEHI ini disebut sebagai: INTERNATIONAL DATE LINE (IDL).
-Ini yang menjadi permasalahan dalam penanggalan (baik Masehi maupun Hijriyah)
-Oleh karena itu, ditetapkanlah saat waktu Maghrib (ketika Ghurub Matahari) setiap awal bulan selalu ditandai kemunculan HILAL BULAN SABIT KECIL di satu kota.
-Inilah yang menjadi dasar fundamental bahwa 1 kota berlakuk 1 hilal.
-Jika kita buat peta Dunia dengan kemungkinan terlihatnya HILAL di 1 kota , maka kita bisa menyimpulkan bahwa dari 1 kota ke kota lainnya akan terbentuk deret susunan yang teratur. Artinya dari GARIS TANGGAL HIJRIYAH ke sebelah barat akan sudah bisa melihat HILAL. Namun, dari GARIS TANGGAL HIJRIYAH ke timur belum bisa melihat HILAL.
-Daerah yang telah menlihat HILAL pada saat Maghrib di suatu kota, maka daerah tersebut sudah masuk tanggal 1 Syawal 1429 Hijriyah. Namun, daerah yang belum dapat meluhat HILAL, daerah tersebut belum masuk 1 Syawal 1429 Hijriyah.
-Ingat, definisi HILAL adalah: Bulan Sabit awal yang hanya dapat terlihat di ufuk barat ketika matahari tenggelam dan hanya terlihat pada saat Maghrib saja.
-BANYAK BELAJARLAH MENGENAI KAJIAN ASTRONOMI.
-Jika menggunakan Rukyat Global, maka akan kacau penanggalan Hijriyah.
-Misal, di kota Mekkah saat Maghrib sudah melihat hilal. Jika, menggunakan Rukyat Global, maka kota Kairo Mesir masih menunjukkan jam 17.00 Sore (waktu 1 jam sebelum Maghrib). Apakah langsung BUKA PUASA dan menyatakan bahwa di Kairo Mesir sudah 1 Syawal. Lalu, puasanya bagaimana ????????????????
-Begitu pula di kota London Inggris (jam 15.00 waktu Ashar-> tgl Masehi = 29 September 2008), di kota Washington DC Amerika Serikat (jam 9.00 Pagi -> tgl Masehi 29 September 2008), di kota-kota Kanada (jam 8.00 Pagi -> tgl Masehi = 29 September 2008), di kota Alaska (jam 6.00 Pagi -> tgl Masehi = 29 September 2008), di Midway Island (jam 5.00 Pagi -> tgl Masehi = 29 September 2008), di Brisbine (jam 1.00 Malam -> tgl Masehi = 30 September 2008), di Tokyo Jepang (jam 0.00 Malam -> tgl Masehi = 30 September 2008), di Jakarta Indonesia (jam 22.00 Malam-> tgl Masehi = 29 September 2008 )
-Perhatikan pula, konversi waktu dan tanggal setiap kota setiap zona waktu yang ada !!!!
-Waktu Shalat adalah waktu kota. Matahari kita hanya ada satu. Bulan juga ada satu. Jadi, lokasi geografis tempat pengamatan juga perlu diperhitungkan.
-Hizbut Tahrir menurut saya tidak ilmiyah. Karena konsep Rukyat Global yang tidak memperhitungkan Garis Tanggal Lunar Bulan.
-Hizbut Tahrir telah mencampurkan antara Kalender Masehi dengan Kalender Hijriyah
-Hendaknya kita seluruhnya mempertemukan semua ORMAS ISLAM di seluruh dunia, para ahli astronomi, dan ahli falaq hisab untuk membuat kesepakatan internasional.
-Perbedaan tanggal Islam bukan hanya antara Hisab dan Rukyat saja, tetapi antara Hisab sendiri ada perbedaan. Hisab Muhamadiyah dengan hisah NU dengan hisab Persis dengan yg lainnya. Rukyat juga ada perbedaan. Antara Rukyat NU, Rukyat pemerintah, dengan Rukyat Hizbut Tahrir.
-Sementara saat ini “HARUS” ikut Pemerintah Republik Indonesia. Karena di Pemerintah ada Majelis Ulama Indonesia (MUI), Menteri Agama, dan berbagai Ormas ISLAM.
Cara koreksi hilal gampang kok. Silahkan mulai hitung malam pertama, kedua, ketiga, dst. Nanti tiba pada malam ke 15 purnama. Jika tepat anda melihat purnama, berarti penetapan hilal sudah tepat. Jika masih malam ke 14 hitungan kita padahal purnama muncul, berarti penetapan hilal tidak akurat. Cara ini saya pergunakan setiap bulan qamariyah, bukan cuma Ramadlan saja. Misalnya untuk hilal Sya’ban. kita hitung sampai 15, karena disana ada puasa sunnah, nisfu-Sya’ban. Gampang kok.
[…] penemuan baru lagi di bidang astronomi. Jadi teringat tentang tulisan kami tentang awal bulan syawal 1428 H kemarin (Hisab & Rukyat), penemuan ini pastilahmemakai ilmu hisab sebagai panduan, dan dengan […]
[…] penemuan baru lagi di bidang astronomi. Jadi teringat tentang tulisan kami tentang awal bulan syawal 1428 H kemarin (Hisab & Rukyat), penemuan ini pastilahmemakai ilmu hisab sebagai panduan, dan dengan […]
[…] penemuan baru lagi di bidang astronomi. Jadi teringat tentang tulisan kami tentang awal bulan syawal 1428 H kemarin (Hisab & Rukyat), penemuan ini pastilahmemakai ilmu hisab sebagai panduan, dan dengan […]
[…] penemuan baru lagi di bidang astronomi. Jadi teringat tentang tulisan kami tentang awal bulan syawal 1428 H kemarin (Hisab & Rukyat), penemuan ini pastilahmemakai ilmu hisab sebagai panduan, dan dengan […]