Liqo’, Kaderisasi PKS

Kaderisasi yang berkelanjutan dalam tubuh partai yang cukup baik adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Akar kekuatan pengkaderannya yang bertumpu pada kekuatan anggotanya di dalam lingkaran-lingkaran pengajian (baik kecil maupun besar) dan dibina secara berkesinambungan, yang disebut dengan Liqo’. Di dalam liqo’, mereka memiliki tingkatan-tingkatan, dan untuk masuk tiap tingkatan itu juga melalui suatu ujian atau pelatihan. Kata liqo itu sendiri berasal dari bahasa arab, artinya pertemuan. Liqo dalam hal ini berarti pengajian dengan anggota sedikit (sekitar 5 -10 org), membentuk lingkaran. Kalau anggota berlebih maka dibagi dua atau lebih.

Jauh sebelum berdirinya PKS, aktifis dakwah penggerak PKS membentuk sebuah jaringan dakwah. Salah satu kegiatannya adalah liqo’, yang membahas agenda2 dakwah dalam satu kelompok halaqoh itu, dan yang paling banyak tentang materi2 keislaman yang disampaikan secara bertahap.

Perekrutan kader dilakukan antara lain melalui acara kegiatan kerohanian sekolah (SMA) atau kerohanian kemahasiswaan. Hampir dapat dipastikan kegiatan ekstra rohis di SMA adalah perekrutan kader baru untuk siswa. Di perguruan tinggi, kegiatan ekstra kerohanian atau asistensi kuliah agama, boleh dikatakan merupakan proses pembinaan kader baru. Kader-kader baru ini dibina oleh seniornya/murrobi dengan liqo’ itu.

Liqo’ dilaksanakan berjenjang dan membentuk sel-sel, seperti jaringan telepon seluler atau bisnis MLM. Ada mad’u (murid/yunior) dan murabbi (guru/senior), setiap mad’u menjadi murabbi pada Liqa lain level bawahnya. Alumni punya mad’u beberapa mahasiswa, mahasiswa tingkat 3 punya mad’u bbrp mhs tingkat 1, mahasiswa tingkat 1 punya mad’u beberapa siswa ditempat SMA dia. Dan setiap anggota “Liqa” tidak di perkenankan pindah2 “Liqa” tempat “Liqa” lain tanpa ijin.

Liqo itu sendiri tidak bertujuan mencetak ahli syariah, tetapi lebih kepada membentuk wawasan dan kepribadian yang Islami, dengan visi dan pemahaman (madzab) agama sesuai dengan si empunya kader (dalam hal ini PKS).

Pengajian Liqo pada dasarnya sama dengan pengajian lainnya, bedanya adalah di liqo ada acara share, bicara keakraban. Juga muatan materi dan misi yang dibawa dari pengajian tersebut. Muatan liqo bisa dikatakan syumul (menyeluruh), bukan hanya kajian2 tentang syariah, akidah, akhlak, tapi juga muamalah, politik bahkan ekonomi jadi agenda juga. Materi dibuat terstruktur berjenjang. (Materi2 dapat dilihat diberbagai halaman web site)

Dalam liqo aktifitas murid (ibadah, akhlak) itu menjadi pantauan dari ustadz. Murid tidak dilepas begitu saja. Sepekan sekali amalan2 yg dikerjakan murid jadi bahan renungan dan evaluasi bersama bagi para peserta liqo yg lainnya. Dengan demikian ikatan batin antar para peserta dalam satu liqo lebih dekat, demikian juga antara murrobi dan mutarabi. Ukhuwah sangat terasa. Inilah yang membedakan dengan pengajian. Pengajian biasa tidak ada acara share atau curhat.

Tambahan, sistem Liqo ini tidak membedakan jenis kelamin, cuma tempat liqo laki-laki berbeda dengan perempuan. Sistem sel menyebabkan kadang antar kader yunior tidak kenal sama lain, karena waktu atau tempat liqonya berbeda.

Kemudian selain itu, dalam masalah keilmuan, PKS mengasah kadernya melalui program2 tatsqif, yaitu taklim umum yang biasanya diisi oleh ustadz yang punya keilmuan yang dalam. Inilah untuk para murrobi, dan kader yang lebih senior. Program tatsqif ini pun dilakukan 2 minggu sekali, sebulan sekali, tergantung penyelenggara. Dengan demikian para murobbi pun ditingkatkan untuk menimba ilmu lebih luas lagi seperti mengikut tatsqif, mabit, dll.

Wallahu a’lam.

Dari berbagai sumber.

Ada kesan2 pribadi tentang Liqo’ ini, di sini