Syeikh Yusuf Qaradhawi: Maulid tidak Bid’ah
Syeikh Yusuf Qaradhawi Nilai Maulid tidak Bid’ah
Jumat, 28 Maret 2008 10:35
Doha, NU Online
Ulama berpengaruh di Timur Tengah Syeikh Yusuf Qaradhawi berpendapat bahwa peringatan maulid Nabi Muhammad SAW diperbolehkan dan sebagai perbuatan terpuji yang tidak dilarang dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Pendapat Qaradhawi ini disampaikan oleh Dr. Khalid Hindawi, yang merupakan orang dekatnya dalam acara Maulid Nabi yang diselenggarakan di KBRI Doha pada hari Sabtu (22/3) lalu.
”Syeikh Yusuf Qaradhowi pun mengeluarkan fatwa yang mendukung kegiatan Maulid Nabi sebagai suatu perbuatan terpuji dan di perbolehkan. Dan tidak dengan membid’ah-bid’ahkan yang tidak dilarang oleh qur’an dan sunnah,” katanya.
Selain itu Khalid juga menuturkan bahwa sungguh tidak bijaksana jika sesama muslim saling menghukumi, saling mengkafirkan dan saling merasa dirinya paling pintar dan benar sendiri dalam mensikapi perbedaan pendapat.
Acara maulid ini berlangsung meriah karena diisi dengan berbagai kegiatan sekaligus menjadi ajang silaturrahmi bagi warga Indonesia di Qatar. Beberapa lomba digelar. Terdapat 15 peserta MTQ, 12 peserta lomba adzan dan 6 kelompok nasyid yang mengikuti lomba yang merupakan utusan dari berbagai kelompok pengajian yang berada di Qatar.
Sementara itu, ibu-ibu dan masyarakat Indonesia di Qatar menggelar bazar makanan di halaman KBRI. Ratusan masyarakat Indonesia hadir berbondong-bondong dari berbagai kawasan di Qatar. Kontributor NU Online di Qatar Ahmad Sudjarad juga melaporkan masyarakat penganut Nasrani juga menghadiri bazaar dan menyatu tanpa melihat sekat-sekat keagamaan.
Puncak acara diisi dengan ceramah inti Maulid Nabi yang di sampaikan oleh Ust. Agus Mulyana, MA. Dalam ceramahnya ia menekankan tentang pentingnya meneladani kehidupan Rasulullah dalam berbagai aspeknya.
”Semakin jauhnya kita dengan masa kehidupan Nabi, maka semakin harusnya kita mencintai Beliau. Karenanya peringatan ini menjadi penting bagi pendidikan dan pemahaman generasi yang akan datang,” katanya.
Juga di tambahkan, bahwa pemahaman kita tentang Islam hendaknya terus di kembangkan melalui mengaji dan belajar. ”Jangan sampai antar sesama kita sendiri salah memahami tektualitas ajaran Islam yang Rahmatan lil ’alamin,” tandasnya. (mkf)
Sumber : http://www.nu.or.id/
weleh-weleh ini kan pendapat manusia,kan bisa tertolak. Dimana dalil yang membolehkan maulid nabi,tolong tunjukkan!!! kenapa membela hal-hal seperti ini?kalau memamng sunnah kenapa Rasulullah tidak mencontohkan?? apakah ada sunnah yang tercecer? ataukah kita menemukan pemahaman baru??padahal agama Islam itukan sudah sempurna,kenapa membuat ajaran dan ritual ibadah yang baru? lihat Surat Al-Maidah ayat 3.
–> Setuju bahwa pendapat manusia bisa tertolak. Termasuk pendapat yang anti maulid. Tidak semua yang tidak ada contoh Nabi saw otomatis sesat. Ada kaidah-kaidah pengambilan hukum dalam agama ini sebelum menentukan status hukum suatu amal (perbuatan).
Perlu diketahui, jumhur ulama menyetujui ttg maulid.
“Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam perkara baru yang baik maka baginya pahala dari perbuatan tersebut juga pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang sedikitpun pahala mereka, dan barang siapa merintis dalam Islam perkara baru yang buruk maka baginya dosa dari perbuatan tersebut juga dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dosa-dosa mereka sedikitpun” (H.R. Muslim) .
kalau Nabi SAW sendiri melakukan maulid, emank yg mau diperingati maulid siapa? kalaupun dgn alasan mmperingati kelahiran Nabi SAW sendiri, malah bisa timbul faham lain lagi. Semua ummat pasti akan melakukan maulid setiap hari untuk memperingati kelahiran dirinya sendiri, dengan alasan ikut sunnah Nabi katanya… krn itu Nabi tdk melakukan maulid. masih belum mengerti?
kang, kalo gak mau ngelakuin maulid ya udah gak usah ngusik yang ngelakuin…..
anda dengan terang menolak maulid, tapi anda dengan terang membaca mushaf al-Qur’an…
padahal pada zaman Nabi tidak ada mushaf yang tersusun seperti sekarang yang sudah dilengkapi dengan tanda baca…
jadi orang tu mbok ya legowo dengan perbedaan,,, jangan asal klaim…..
ibarat orang makan buah rambutan, anda tu gak bisa ngupasnya jadi langsung aja ditelen ma kulitnya,,,,
seperti itu juga ilmu,,,,
ingat ngendiko Abu Hasan Al-Asy’ari…
“barang siapa yang mengatakan ahli bid’ah pada saudara se-Islamnya, maka dia sendirilah yang ahli bid’ah”….
makanya kalo ngaji yang bener mas….
jangan cuma dari buku,,,,,
setuju banget….
mereka lah yang membuat perkara baru di dalam islam, dengan mendangkalkan pemikiran orang tentang islam.. padahal islam itu luas, bukan seperti yang mereka baca di buku2 mereka aja…
?jangan terlalu apriori dengan perayaan maulid kawan ,,,,,, aku dahulunya juda anti terhadap mawlid ,,,tapi setelah aku cari tahu kenapa guru-guru sdaya dahulu membidahkan acara itu,,, ternyata keterbatasan ilmu,,,,,terlalu banyak perkara agama yang baru yang serng kita lakukan yang kita taksadar melakunya.
————Tanwir———-
Hai Para Anti Maulid, kami akan tetap mengagungkan Rasullulah dengan Maulid..Kami tidak takut akan pendapat kalian, Lebih baik kami manjadi ahli bid’ah (karena menjalankan Maulid) dari pada mengikuti ucapan engkau, aku cinta ALLAH,rosul.
Para Ahli Maulid (para Habib) terang2an keras terhadap ahmadiyah, sampai dipenjara, sedangkan kalian para anti maulid, bisanya cuma protes, demo, ngritik, pasti dari satu partai tertentu, kita smua tau kok, partai yg anti maulid, kalian tak akan kami pilih, hai kalian para anti maulid, jangan cuma bengong ketika ahmadiyah merajalela, ketika majalah playboy ada, justru para ahli maulid yang keluar menentang, bukan kalian, hai antek antek yahudi, kalian mau menjauhkan kami dengan rasul, jahanam kalian hai anti maulid….!!!!
kalo dia islam yg baik mk dia tdk akan demons,dan tdk memasuki partai manapun,dan selama pemerintahx syah dan masih menegakkan sholat serta pr ulama blm meyebutx kafir mk kita hrs mentaatix selama tdk maksiat kpd dalill.keliatanx antum ini berbicara ala preman yg anti islam yg akan mengadu domba kaum muslimin. dan tak ada satu pun dalill yg anda tuturkan tuk mendukung ucapan tsb diatas .
hmmm.. kami sudah melakukannya turun temurun dari nenek moyang kami, perasaan kalian muncul setelah hilang, timbul lagi,, eh makin garang sekarang.. astagfirullah.. sungguh kami2 melihat wajah kalian tampak bid’ah yg sebenarnya…
yang Anti Maulid, TIDAK AKAN LAKU!!!
assalamu’alaikum..
saya mau menanggapi mas firman..
mas… saya sarankan kalau mau mengagungkan rasul Itiba’ saja…
jngan melakukan apa yang tdk dilakukan oleh beliau dan para sahabat seperti maulid..
lagipula kalau maulid itu baik.. pasti rasul dan para sahabat itu sudah melakukannya sebelum kita yang ada pada zaman serba modern ini…
maaf yaaaaahh..
saya hanya menanggapi.
barokallahu fiika
–> Ada banyak cara mengungkapkan rasa cinta. Itiba’.. itu pasti. Memuji & menyenandungkan shalawat adalah baik. Menulis karya sastra tentang riwayat dan kelahiran beliau adalah salah satunya. Inilah kitab Maulid itu.
Sedangkan di era rasul dan sahabat.. menulis hadits pun dilarang oleh baginda Nabi saw. JIka anda melarang menulis/membaca kitab maulid hanya karena hal baru, bagaimana dgn menulis/membaca hadits .. yang adalah hal baru pula. Bahkan ada tanda baca al qur’an populer sejak khalifah abasiyah. Ini hal baru juga.
wallahu a’lam.
kalian ini lucu mas2 yang cape deh…
orang mau memuliakan nabinya kok di salahin.. apa kalian udah emang merasa benar2 udah bener….
Untuk Mas Zahra,
Saya senang dengan anda yang santun, Namun Mas..
Benar jika ingin ingat rasul Itiba’ saja, saya setuju, namun pernahkan Ingat rosul dengan ribuan orang secara serempak mengucapkan Salam kepada Beliau dalam satu majelis…? Ndak ada Mas, itu terjadi cuma di acara Maulid…
Kalau Bid’ad, berarti Sultan Salaudin Al-Ayyubi itu raja bidah, dan akan masuk Neraka Dong….
Makasih Mas
ada kah jaminan sultan selamat dr neraka yg melakukan upacara mengatas namakan agama diluar ketetapan/ dalill.
–> maaf .. tak ada jaminan surga, tak ada jaminan neraka. Itu berlaku bagi semua orang. Termasuk yg pro maulid, termasuk yang anti maulid. Jadi .. argumen anda sangat tidak pass. Bisa dibalik,
.
wong Habib Luthfi aja yang masih keturunan Kanjeng Nabi SAW juga melakukan maulid, kok anda gak mau maulidan….
Kalo anda mengatakan maulid nabi Muhammad Saw. adalah bid’ah, dari mana anda ketahui hal itu. Lagi pula darimana kita bisa menghargai dan menhormati seorang pemimpin besar dunia wal akherat yang telah merubah dari zaman jahiliyah ke jaman yang terang benderang kalo anda sendiri tidak mau memperingati kelahirannya? Dengan acara maulid bukan kah dari situ kita banyak mengetahui dan memahami akan perjalanan seorang Rosull yang mulia sehingga menimbulkan rasa cinta dan kasih sayang kepadanya? Apakah dengan menimbulkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap Rosul yang mulia itu bid’ah? Tolong dipikirkan dahulu sebelum meponis sesuatu itu bid’ah.
Kalau menurut saya, Rasullulah melakukan maulid, terbukti dengan berpuasanya beliau pada hari senin hari kelahiran beliau, Beliau manusia Agung, dan yang maha Agung adalah Allah, beliau ndak mau ngerepotin ummatnya, kalau kalau ummatnya merayakan hari kelahiran beliau, tapi beliau cukup merayakan hari kelahiran beliau dengan puasa senin dan kamis…masa sih hari lahir Indonesia kita rayakan lha hari Manusia yang akan membawa kita ke surga tidak kita rayakan ?..saya akan rayakan mas, karena ingin ingat Beliau, dan membentuk pribadi penerus seperti beliau…
gak lebih…Naudzubilla Mindzalik kalau saya memuja dan menyembah Beliau apalagi sampai menuhankan Beliau
jga lh setiap prktaan yg qt keluarkan,krna sesuatu prkataan yg qt kluarkan akn di minta pertnggung jwbnya oleh alloh.
dn jka mmng itu prbuatn baik knp tdk untuk mlkuknnya hal trsebut…….
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Islam mengajarkan kita untuk belajar, menerima hal-hal baru selama itu tidak merugikan dan tidak berdosa untuk dilakukan, … setahu saya, kalo memang Rasulullah SAW melarang kita untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah beliau lakukan, berarti berinternet juga bid’ah dong (Karena Rasulallah SAW dulu gak pernah internetan), seperti yg para anti maulid lakukan sekarang … gimana?
Kenapa koq ada yang anti sama Maulid … harusnya Anti Korupsi, Anti Pornografi, baru namanya muslim yang taat, jangan bisanya cuma saling menyalahkan dengan sesama muslim.
Atau cobalah untuk belajar lagi dengan mencari kitab-kitab yang kalian belum pernah baca, setelah faham lalu imani dan taatlah kepada Tuhan mu.
Yang jelas menurut saya, Maulid adalah ajang silaturrahmi dengan sesama muslim yang laen … “yang tidak boleh itu adalah memaksakan diri untuk maulid dengan cara berhutang” … semoga saya tidak keliru … Wallahua’lam.
Kami maulid karena kami cinta Rasul yang hanya ingat akan umatnya… kami cinta beliau…
“Ya Nabi salam alaika…”
“Ya Rasul salam alaika…”
“Ya Habib salam alaika…”
“Sholawatullah alaika…”
yg mau tau penjelasannya, coba lihat surat maryam….yg gak mau buka Quran jangan tanya??
maulid kan isinya bacaan shalawat (QS al Ahzab 56) dan kisah kelahiran nabi sebagai penguat hati (QS Al Huud 120).
”Syeikh Yusuf Qaradhowi pun mengeluarkan fatwa yang mendukung kegiatan Maulid Nabi sebagai suatu perbuatan terpuji dan di perbolehkan. Dan tidak dengan membid’ah-bid’ahkan yang tidak dilarang oleh qur’an dan sunnah,” katanya.
Tidak di ragukan lagi manhaj Yusuf Qaradhowi, dan semua kibarulama di timur tengah telah mencap meraka Ahlul Bi’dah, lihat saja pendapatnya sangat tidak mencerminkan seorang ululalbab (seorang yang berilmu) kalau dia mengatakan tidak dilarang oleh qur’an dan sunnah,” katanya. benar karena tidak satu dalilpun ada dalam Al’quran dan Hadist yang melarang merayakan maulid, jadi kita bisa saja menambah Shalat wajib Azhar menjadi lima Rakaat, juga boleh dikomandankan adzan sebelum shlat
idul Id, atau shalat sunnat lainya, dan boleh juga setelah shalat tidak mengkhiri salam KARENA SEMUA INI TIDAK ADA DALIL BAIK AL’QURAN DAN HADIST YANG MELARANG. kalau hanya sekedar mencari yang larangan baik dalam Al’qur’am dan Hadis sanagat banyak sekali maka dari itu bukan suatu tolak ukur, yang sebagai tolak ukur hanay 2 yang kita pengang dalam menentukan ibadah dalam islam
1. APAKAH ITU DI PERINTAHKAN.
2. DAN APAKAH ITU ADA CONTOHNYA DARI RASUL DAN PARA SAHABAT.
Ini yang harus kita teliti dan menyandarkan bagaiman segala amalan ibadah itu dikerjakan dan di pahami sebagai mana pemahan para sahabat, di luar dari itu jelas mereka bukan Manhaj Salaf, walaupu mereka mengaku ulama, karena tidak semua ulama berada dalam kebenaran
–> Karena ada tanggapan di bawah yang panjang lebar, maka terpaksa kami memberikan tanggapan pada tulisan anda.
Sebenarnya .. masalah bid’ah ini telah dibahas panjang lebar di blog ini. Jadi kami malas menanggapinya. Kami kecewa, karena masalah hanya berputar-putar dan kembali di masalah definisi bid’ah ini saja, bahkan ketika ada artikel/tulisan/topik yang lain.
Jika ingin membahas masalah bid’ah itself, ketikkan di search (kanan atas). Tanggapi dan diskusikan ttg masalah ini di salah satu tulisan kami tentang bid’ah di sana ..
Atau .. jika ingin menanggapi topik ini. Tunjukkan saja bid’ahnya di mana, kesesatannya di mana. Jika hanya karena tak ada perintah saja, maka dalil anda lemah sekali. Ada banyak perkara baru (yang wajib, sunnat dan mubah, yang mempunyai nilai pahala, sehingga merupakan ibadah) di zaman ini. Sebagai contoh, Anda pun SESAT tiap hari shalat (ibadah) pakai celana panjang (tidak ada contoh Nabi saw).
Dari contoh anda .. tampak sekali anda tak dapat membedakan antara ibadah wajib dengan ibadah sunnah, atau antara perkara wajib dengan perkara mubah. dst. Anda mencampur adukkannya.
maaf kl tak berkenan.
Tolong mari kita pahami dialog di bawah ini dengan hati yang lapang :
Cara Memahami Bid`ah ( maaf sangat panjang )
Selepas sholat maghrib, seperti biasanya Haji Yunus melakukan dialog dengan para jama’ah. Malam itu kebetulan terang bulan, dan udara pun tidak terlalu dingin. Suasana nyaman itu mendadak menjadi panas akibat pertanyaan seorang jama’ah.
“Pak Haji, ijinkan saya bertanya soal bid’ah.” demikian pertanyaan Ace, nama anak muda itu. Jama’ah tersentak kaget. Sudah beberapa tahun ini masalah sensitif tersebut tidak disinggung dalam Masjid Jami’ di desa tersebut. Haji Yunus memang ingin menjaga keutuhan dan kekompakan ummat Islam di desa itu.
“Silahkan,” jawab Haji Yunus dengan senyum khasnya. “Ada baiknya setelah sekian lama kita menahan diri dan bersikap toleran terhadap sesama, ada baiknya kalau sekarang kita dialogkan dengan toleran dan terbuka pula masalah ini. Biar kita terus dapat memelihara suasana persaudaraan di kampung ini.”
Ace kemudian mulai bertanya, “saya sering membaca buku agama yang mewanti-wanti soal bid’ah. Baca Qunut bid’ah, Mauludan itu bid’ah, tahlilan itu bid’ah bahkan berzikir dg tasbih juga bid’ah. Padahal konon setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka! Mohon pencerahan pak Haji!”
“Anakku,” sapa pak Haji dengan penuh kasih sayang. “Sekitar lima belas abad yang lampau, Rasulullah saw bersabda, ‘Sebaik-baiknya perkataan/berita adalah Kitabullah dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk dari Muhammad. Sementara itu, sejelek-jelek urusan adalah membuat-buat hal yang baru (muhdastatuha) dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.” [Lihat misalnya Shahih Muslim, Hadis Nomor [HN] 1.435; Sunan al-Nasa’i, HN 1560; Sunan Ibn Majah, HN 44 dengan sedikit perbedaan redaksi]
“Berarti benar dong…bid’ah itu sesat!” cetus Mursalin, jama’ah yang semula hanya duduk di pojokan Masjid, kini mulai maju ke depan mendekati sang Ustadz.
“Benar! Namun masalahnya apakah yang disebut bid’ah itu? apakah semua urusan yang belum ada pada jaman Nabi disebut bid’ah? Saya ke kantor pakai Honda, tetangga saya pakai Toyota, lalu Nabi pakai Onta. Apa ini juga bid’ah?” balas Burhanuddin, pegawai jawatan kereta api. Ada nada emosi di suaranya.
“Sabar…sabar…”Haji Yunus berusaha menenangkan jama’ah yang mulai merasakan ‘hot’nya suasana. “Kita harus lihat dulu konteks hadis tersebut. Nabi sebenarnya saat itu sedang membuat perbandingan antara hal yang baik dengan hal yang buruk. Hal yang baik adalah berpegang kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi. Sedangkan hal yang buruk adalah melakukan sebuah perbuatan yang tidak ada dasarnya dalam kedua sumber itu.”
“Tetapi…pak Ustadz…” Burhanuddin mencoba memotong keterangan ustadz.
“Nah, anda sudah berbuat bid’ah saat ini. Tidak sekalipun Nabi memotong perbincangan sahabatnya atau perkataan orang kafir. Ini adalah contoh paling jelas dan nyata dari perbuatan bid’ah. Dengarkanlah dulu penjelasan saya sampai selesai.
Setelah tiba giliran anda silahkan berkomentar.” tegur sang ustadz dengan lembut.
“Maaf..ustadz….silahkan diteruskan…” Burhanuddin menyadari kekhilafannya. Kadangkala merasa diri benar telah menimbulkan hawa nafsu dan setan berhasil membangkitkan nafsu tersebut.
“Saya ulangi, perbuatan bid’ah adalah perbuatan yang tidak ada dasarnya dalam kedua sumber utama kita tersebut. Namun ini baru setengah cerita. Bukankah seperti disebut ananda Burhanuddin tadi terdapat banyak urusan kita sehari-hari yang berbeda dengan yang dialami Nabi akibat perbedaan ruang dan waktu serta berkembangnya tekhnologi. Apakah ini juga tergolong bid’ah? Tidakkah menjadi mundur rasanya kalau kita harus memutar jarum sejarah lima belas abad ke belakang untuk mengikuti semua hal yang ada di jaman Nabi termasuk soal keduniawian? Tidak realistis rasanya kalau kita harus naik onta di desa ini hanya karena tidak ingin jatuh pada perbuatan bid’ah. Untuk itu perlu dipahami konteks bid’ah tersebut.”
Jama’ah makin mendekat berdesak-desakan menunggu keterangan Haji Yunus selanjutnya.
“Jama’ah sekalian….Syarh Sunan al-Nasa’i li al-Suyuti memberikan keterangan apa yang dimakud dengan “muhdastatuha” dalam hadis yang saya bacakan di atas. Disebut muhdastatuha kalau kita membuat-buat urusan dalam masalah Syari’at atau dasar-dasar agama (ushul). Dalam Syarh Shaih Muslim, Imam Nawawi menjelaskan lebih lanjut bahwa para ulama mengatakan bid’ah itu ada lima macam: wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah.”
“Yang wajib adalah mengatur argumentasi berhadapan dengan para pelaku bid’ah. Yang mandub (sunnah) adalah menulis buku-buku agama mengenai hal ini dan membangun sekolah-sekolah. Ini tidak ada dasarnya dalam agama namun diwajibkan atau disunnahkan melakukannya. Yang dianggap mubah adalah beraneka ragam makanan sedangkan makruh dan haram sudah nyata dan jelas contohnya. Jadi kata bid’ah dalam hadis di atas dipahami oleh Suyuti dan Nawawi sebagai kata umum yang maksudnya khusus. Kekhususannya terletak pada persoalan pokok-pokok syari’at (ushul) bukan masalah cabang (furu’).
“Jika kita menganggap hadis itu tidak berlaku khusus maka semua yang baru (termasuk tekhnis pelaksanaan ibadah) juga akan jatuh pada bid’ah. Kedua kitab Syarh tersebut juga mengutip ucapan Umar bin Khattab soal sholat tarawih di masanya sebagai ‘bid’ah yang baik’ (ttg ucapan Umar ini lihat Shahih Bukhari, HN 1871). Dengan demikian Umar tidak menganggap perbuatan dia melanggar hadis tersebut, karena sesungguhnya yang di-“modifikasi” oleh Umar bukan ketentuan atau pokok utama sholatnya, melainkan tekhnisnya. Mohon dicatat, penjelasan mengenai hadis ini bukan dari saya tetapi dari dua kitab syarh hadis dan keduanya saling menguatkan satu sama lain”
“Kita juga harus berhati-hati dalam menerima sejumlah hadis masalah bid’ah ini. Sebagai contoh, hadis mengenai bid’ah yang tercantum dalam Sunan al-Tirmizi, HN 2701 salah satu rawinya bernama Kasirin bin Abdullah. Imam Syafi’i menganggap dia sebagai pendusta, Imam Ahmad menganggap ia munkar, dan Yahya menganggapnya lemah. Hadis masalah bid’ah dalam Sunan Ibn Majah, HN 48 diriwayatkan oleh Muhammad bin Mihshanin. Tentang dia, Yahya bin Ma’yan mengatakan dia pendusta, Bukhari mengatakan dia munkar, dan Abu Hatim al-Razi mengatakan dia majhul. Ibn Majah meriwayatkan hadis dalam masalah ini [HN 49], diriwayatkan oleh dua perawi bermasalah. Abu Zar’ah al-Razi mengatakan bahwa Bisyru bin Mansur tidak dikenal, Zahabi mengatakan Abi Zaid itu majhul. Kedua hadis Ibn Majah ini tidak dapat tertolong karena hanya diriwayatkan oleh Ibn Majah sendiri, yaitu “Allah menolak amalan pelaku bid’ah, baik sholatnya, puasanya…dst. Namun Saya tidak bilang semua hadis ttg bid’ah itu lemah lho….”
“Pak Haji, bisa tolong membuat batasan masalah pokok agama itu apa saja dan masalah cabang atau furu’ itu yang bagaimana” tanya Ace yang sebelumnya sibuk mencatat nomor hadis dan kitab hadis yg disebutkan Haji Yunus.
“Yang disebut asal/pokok/dasar Agama adalah ibadah mahdhah yang didasarkan oleh nash al-Qur’an dan Hadis yang qat’i. Dia berkategori Syari’ah, bukan fiqh. Kalau sebuah amalan didasarkan pada dalil yang ternyata dilalahnya (petunjuknya) bersifat zanni maka boleh jadi amalan tersebut akan berbeda satu dengan lainnya. Ini disebabkan zanni al-dalalah memang membuka peluang terjadinya perbedaan pendapat. Sementara kalau dilalah atau dalalahnya bersifat qat’i maka dia masuk kategori Syari’ah dan setiap hal yang menyimpang dari ketentuan ini dianggap bid’ah. Jadi, sebelum menuduh bid’ah terhadap amalan saudara kita, mari kita periksa dulu apakah ada larangan dari Nabi yang bersifat qat’i (tidak mengandung penafsiran atau takwil lain) terhadap amalan tersebut?”
“Jikalau tidak ada larangan, namun dia melanggar ma’lum minad din bid dharurah (ketentuan agama yang telah menjadi aksioma), maka dia jatuh pada bid’ah. Kalau tidak ada larangan, dan tidak ada ketentuan syari’at yang dilanggar, amalan tersebut statusnya mubah, bukannya bid’ah!”
“Contohnya pak Kiyai….”
“Baik, ini adalah contoh praktisnya:
Apakah ada larangan memakai alat untuk berzikir (kita kenal dg tasbih atau rosario utk agama lain) ? Meskipun Nabi tidak pernah mencontohkannya, bukan berarti tidak boleh! Adalah benar dalam masalah ibadah berlaku kaidah, ‘asal sesuatu dalam ibadah itu haram kecuali ada dalil yg membolehkan atau mewajibkan’. Nah, apakah memakai tasbih itu termasuk ibadah mahdhah atau tidak? Indikasinya adalah apakah zikir kita tetap sah kalau tidak pakai tasbih? tentu saja tetap sah, karena yang disebut ibadah adalah zikirnya, bukan cara menghitung 33 atau 99nya. Tasbih memang dipakai dalam zikir tetapi dia hanya masalah tekhnis. Seseorang bisa jatuh pada bid’ah kalau menganggap wajib hukumnya memakai tasbih untuk berzikir. Tetapi kalau memandang tasbih hanya sebagai alat tekhnis saja, tentu tidakmasalah.
“Ini yang saya maksud dengan membedakan mana ibadah inti dan mana tekhnis ibadah; mana ibadah mahdah dan mana ibadah ghaira mahdhah.” Contoh lain, haji itu wukuf di padang Arafah. Ini ketentuan Syari’ah; bukan fiqh. Kalau anda wukufnya di Mina, maka anda berbuat bid’ah.”
“Contoh lain….Nabi menyuruh kita melihat bulan untuk berpuasa. Sekarang kita lihatnya pakai teropong? Apakah ini bid’ah? Fungsi teropong kan hanya membantu saja (tekhnis/alat bantu). Jadi, sama dg tasbih.”
“Soal merayakan Maulid bagaimana?” tanya Mursalin.
“Sama saja…gunakan kriteria atau batasan yang saya jelaskan di atas.Anda bisa menilai sendiri. Pertama, adakah nash yang melarang atau menyuruh kita merayakan maulid Nabi?”
“Tidak ada” jawab jama’ah serempak.
“Apakah maulid nabi bagian dari ibadah inti atau ibadah mahdhah?
Apakah kita berdosa kalau meninggalkannya?”
“Tidak….” jama’ah menjawab lagi.
“Apakah hukumnya wajib menyelenggarakan maulid Nabi?”
“Tidak!!!”
“Bagus…anda sudah bisa menyimpulkan sendiri kan….Nah, contoh bid’ah yg nyata adalah menambah atau mengurangi jumlah rakaat dalam sholat. Karena ada perintah Nabi, “Shollu kama raytumuni ushalli”
“Bagaimana dengan masalah melafazkan niat atau ushalli dalam sholatustadz?” tanya pak Haji Ya’qub, seorang juragan ayam di desa itu.
“Yang diperintah itu adalah berniat. Di sini tidak ada perbedaan pendapat. Perbedaan mulai timbul: apakah niatnya itu kita lafazkan atau cukup dalam hati. Sama-sama tidak ada nash qat’i dalam hal ini, sehingga dia bukan masalah dasar atau pokok agama. Apalagi lafaz niatnya itu dibacanya sebelum takbiratul ihram. Sholat itu dimulai dari takbiratul ihram; apapun tindakan, ucapan atau pikiran anda sebelum anda takbiratul ihram sholat anda tetap sah. karena sholat dihitung dari saat anda mengucapkan takbiratul ihram.”
“Bukankah ada hadis yg menyebutkan bahwa ketika sholat nabi langsungmengucap Allahu Akbar, tanpa membaca ushalli.” tanya pak Haji Ya’qubpenasaran.
“Benar…selama kita tidak menganggap bacaan ushalli itu wajib dibaca dan bagian dari sholat maka itu masuk kategori tekhnis ibadah. Lebih tepat lagi tekhnis berniat dalam sholat. Dalam hal Nabi langsung membaca takbir, berarti Nabi saat berniat sholat sudah mantap menyatukan antara ucapan, perbuatan, pikiran, motivasi dan kepasrahan. Lalu bagaimana dengan mereka yang perlu berkonsenstrasi memusatkan perhatiannya dg melafazkan niat? Saya memandang ini bukan bid’ah, Wa Allahu A’lam. Yang jelas melafazkan niat bukan bagian dari ibadah sholat; itu dilakukan SEBELUM takbir. Lha wong anda sebelum takbir aja gossip boleh kok….”
“Masak mau sholat nge-gossip dulu ustadz?” tanya Burhanuddin
“Maksud saya, contoh ekstremnya demikian. Nge-gossip sebelum takbir tidak akan membatalkan sholat anda. Lha wong sholatnya belum dimulai, kok sudah batal. Nah daripada antum pada nge-gossip kan lebih baik berkonsentrasi dg segala cara agar sholatnya khusyu’.”
Tanpa terasa…waktu isya’ telah tiba. Haji Yunus menutup dialog kali ini dengan menyatakan: “Apa yang saya sampaikan ini tentu belum sempurna dan belum memuaskanantum semua. Saya mohon ampun kepada Allah atas kekhilafan dan kekurangan saya. Semoga Allah senantiasa menunjuki kita ke jalan yang lurus.”
Terima kasih semoga dapat dipahami.Aminn….
banyak2lah memohon ampun kepada ALLAH,sudah tidak mempunyai ilmu JAHIL lagi alias goblok !!!!!!
bijaksanalah wahai kawan-kawanku sesama muslim…….
banyaklah membaca dan bertanya…
santunlah dalam berbicara
mari beristighfar…
mohon petunjuk kepada Allah,
Agar Allah menunjuki kita cara berfikir yang benar…
stop mencaci..
kalau cinta Nabi, marilah lebih banyak mempelajari Sunnah-Sunnah beliau..
hindari ‘ujub pada diri sendiri ataupun kelompoknya, bahwa saya atau kami sudah banyak berjasa melakukan ini dan itu
masya Allah…
jangan pula anda mudah membid’ahkan sesuatu kalau tidak tahu ‘ilmunya, jangan juga anda terlalu merasa aman dari bid’ah !
ingat ! Kekasih kita semua Rosulullah dalam beberapa hadits beliau pernah memperingatkan kita tentang bahayanya bid’ah ! bijaksanalah kita dalam menerima nasihat saudara kita sesama Muslim, do’akanlah dengan do’a yang baik…siapa tahu ada baiknya…mari bersholawat..mari mencintai Nabi Muhammad SAW, mari berkata-kata yang santun dalam berda’wah…mari bersemangat membela Islam…mari banyak mendengar dan sikapi dengan bijak, mari berdo’a dengan suara yang lirih…semoga hati kita semua Allah sinari dengan Hikmah…..aaaamiiiiiiin
Semoga Allah cucurkan Hidayah dan Taufiq-Nya kepada kita…aaaaaaaaaaaaaaaaaamiiiiiiiiiiiiiiiin
akhi semuanya…orang kafir pada ketawa lihat tingkah laku kita…salin mencerce dan saling menghina.
–> saya tak melihat ada saling cerca dan hina di sini.
Boleh OOT sedikit, ya.
Saya pernah membaca dokumen fatwa MUI yang di dalamnya terdapat kata “menimbang fatwa dari Bapak Yusuf Qaradhawi”. Ini artinya Syeikh Yusuf Qaradhawi adalah seorang Alim yang menjadi rujukan Ulama Indonesia.
Beliau memang dianggap sesat oleh Kibar Ulama Arab Saudi (bukan seluruh Timur Tengah seperti klaim Muhammad Fery S Azis di atas). Tapi memang seperti yang kita tahu, Kibar Ulama Arab Saudi selalu menganggap sesat pada semua Muslim yang tak sepemikiran.
Catatan : Saya menyebut Syeikh Yusuf Qaradhawi sebagai “Alim” dan bukan “Ulama” untuk meluruskan kesalah kaprahan di Indonesia yang menyebut seorang berilmu tinggi dalam Islam sebagai Ulama. Padahal Ulama adalah bentuk jamak. Kalau orangnya hanya satu disebutnya Alim, kalau orangnya dua atau lebih baru disebut Ulama.
maulid adalah salah satu perwujudan dari penghormatan umat kepada Nabi..
kalo misalnya kita semua akhirnya sepakat tentang “salah”nya
– memuji Nabi,
– menguraikan keluhuran pribadi beliau lewat karya sastra semisal puisi atau syair,
– mengenang zaman2 kehidupan beliau (demikian lah inti maulid yg sering diamalkan kami)
maka seyogyanya hal semisal itu juga diberlakukan terhadap tokoh2 lain..
bupati datang tidak usah disambut,kalo mau datang ya datang aja..
demikian pula halnya jika tokoh yg kita hormati semisal tokoh ormas, pemain bola, orang yg kita kagumi pemikirannya..
demikian pula halnya ketika Syeikh ibn Baz atau syeihk Utsaimin memasuki Mesjidil Haram, tidak perlu melakukan penghormatan dengan berdiri atau memandang beliau dengan pandangan kagum.. kedatangan beliau tidak usah ditoleh2..
hari kelahiran beliau itu tidak usah dirayakan..
tidak perlu ada perayaan mengenang jasa2 beliau itu..
tidak perlu menulis biografi beliau-beliau itu dengan penuh sanjungan pujian..
tidak perlu menyebut2 keistimewaan/kelebihan beliau2 itu, meskipun benar adanya..
saya menyebut demikian karena perayaan mengenang jasa2 Syeikh Muhammad bin AbdulWahhab pencetus Wahabi plus perayaan kelahiran beliau ini pernah dilakukan oleh pengikut wahabi dan dihadiri oleh Syeikh bin Baz di Riyadh arab saudi..
kalo warisan Rasulullah berupa ilmu, hadits, cara berfikir dll, sementara di sisi lain pribadi beliaunya “dibuang”, beliau tidak usah dipuji2 dengan syair, beliaunya tidak diziarahi, beliau tidak didoakan..
plus sekalian makam beliau tidak usah dirawat/dibersihkan.. klo kubahnya hancur dimakan usia ya biarkan saja..
misalnya..
sepertinya sangat mirip dengan orang yg tidak tau terimakasih..
Seorang ustadz pernah menulis bahwasanya merayakan Maulid boleh saja dan bukan bidah, hanya sayangnya ada sekelompok masyarakat yang merayakannya secara berlebihan dengan membuat ritual/upacara yang bersifat baku.
Saya setuju dengan beliau. Tak ada yang salah jika disekitar hari maulid umat Islam berkumpul di masjid, mendengar pengajian dan ceramah, lalu juga mengadakan acara seperti bazar atau perlombaan Islami. Hanya sayangnya, saya lihat ada juga saudara-saudara kita yang terlalu berlebihan dalam merayakan maulid, seperti mewajibkan keramas di malam maulid, mewajibkan membaca zikir-zikir tertentu, membuat upacara/ritual yang hukumnya wajib dilaksanakan, dan lain sebagainya. Terus terang, untuk hal yang seperti ini, saya menganggapnya sebagai bidah.
Maka dari itu, jika kita ingin merayakan maulid, sebaiknya kita merayakannya tidak secara berlebihan.
mas Hardiono,
siapakah yg mewajibkan ini dan itu dalam perayaan maulid?
dia ini mewajibkan umat Islam apa hanya mewajibkan dirinya sendiri?
kalo mewajibkan dirinya sendiri, saya kira tidak ada salahnya juga.. banyak orang2 yg seperti itu, termasuk saya..
saya mewajibkan diri saya sudah ada di kantor jam 7.20 tiap hari..
saya mewajibkan diri saya mengamalkan bacaan dzikir setelah shalat fardhu..
ada juga yg mewajibkan keluarganya shalat magrib isya subuh berjamaah tiap hari..
bagaimana hal2 tsb menurut anda??
terbiasa, rutin dan disiplin..
itu intinya menurut saya..
agak susah masuk akal jika kita menilai apa niat seseorang dari aktifitas lahirnya..
Assalamualaikum mas Wawan.
Kata “Wajib” dalam bahasa Indonesia itu terbagi dua. Yang pertama adalah wajib secara syar’i yang mana bila kita tidak melakukannya maka kita akan berdosa, contohnya sholat lima waktu. Yang kedua adalah wajib yang tidak berhubungan dengan syariah yang mana jika kita tidak melakukannya kita tidak berdosa, meskipun kita bisa mendapat sanksi, contohnya datang ke kantor tepat waktu.
Lalu, apakah kebiasaan baik anda yang selalu berzikir setelah sholat fardhu adalah bidah atau bukan ?, itu tergantung pada bagaimana anda memandang zikir ini. Jika anda berzikir semata-mata hanya untuk mendapat tambahan pahala, itu bagus. Tapi jika anda berpendapat bahwa jika tidak berzikir setelah sholat fardhu anda akan berdosa, sebenarnya ini sudah bidah, karena merubah hukum dalam Islam, dari sunnah menjadi wajib, atau dari mu’bah menjadi wajib adalah bidah.
Kembali ke masalah maulid. Adakah orang-orang yang mewajibkan -secara syar’i- untuk menjalankan ritual-ritual tertentu dalam maulid ?. Jawabannya, meskipun baru segelintir, tapi mereka memang ada. Mungkin anda belum mengetahuinya karena mereka tak ada di sekitar anda, tapi di pelosok/daerah ada saja orang yang melalukan ritual tertentu misalnya keramas/mandi junub, atau melakukan upacara tertentu dengan anggapan bahwa ritual tersebut adalah syarat sah-nya merayakan maulid.
Adapun maksud saya menulis komentar tersebut di atas semata-mata hanya karena saya tidak ingin perayaan mauild yang sebenarnya bukan bidah akhirnya benar-benar menjadi ritual bidah.
Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan.
–> Yang di maksud maulid (peringatan/perayaan/majelis..dsb) adalah yang seperti di sini. Inilah yang terjadi di masyarakat pada umumnya.
Jika ada penyimpangan seperti yang anda maksud .. tentu saja itu adalah penyimpangan (Walau untuk tradisi mandi kramas masih bisa diperdebatkan .. sebagaimana tradisi padusan/mandi menjelang bulan puasa). Penyimpangan lebih baik dibahas dalam bahasan tersendiri,.. karena bukan itu yg dimaksud di dalam maulid di sini.
to Hardiono,
kalo ada oknum yg menyimpang (misalnya), apakah konsep juga berhak divonis menyimpang?
jika ada pelaku maulidan pulang maulidan ugal2an di jalan raya, salahkah acara maulidnya?
jika ada peziarah yg menyimpang, apakah masuk akal jika konsep ziarahnya yg disalahkan dan harus dilarang?
jika pelaku bom adalah orang bercelana cingkerang dan janggutan, apakah semua cingkrang dan janggutan layak disebut teroris?
اللهم صل على حبيبك سيدنا محمد وعلى اله
perdebatan setuju dan tidak setuju, mendukung dan tidak mendukung semacam ini ila yaumil qiyamah nggak bakalan usai…
nggak ada untungnya
mau adu dalil adu argumen juga faktany perbedaan itu telah ada, dan paham yang satu tak dapat menafikan paham yang lain…
teruslah mempermasalahkan wahai kita yang suka mempermasalahkan dan yang membela teruslah membela.teruslah mendirikan hujah dan dalil masing-masing didiklah generasi penerus kita dengan faham kita masing-masing supaya perdebatan semacam ini tidak putus dan terus berlangsung…semoga menjadi jihad kita semua amien…
ironi kan ?
و صلى الله على سيدنا محمد عبدك ورسولك النبي الامي وعلى اله وصحبه وسلم اجمعين
biar kalian tahu semua nie
aisyah r.a berkata :
janganlah mengada adakan sesuatu yang baru dLm urusan agama….
karna itu adalah bid’ah.
bid’ah itu sesat…
klw mslah tentang internet,honda dLL itu tax pa2…
khn cma di biLang dLm urusan agama…..
mas, kalo ngaji yang bener….
pernah ngaji nahwu sharaf gak????
bukak bab BADAL, biar anda tahu maka “Kullu” pertama dan “Kullu” yang kedua….
terus dalam ushul fiqh, pada dasarnya segala sesuatu itu asalnya boleh,,,
tapi dilihat manfaat dan madharatnya, baru menentukan hukumnya…..
biar kalian tahu semua nie….
aisyah r.a berkata:
janganlah kalian mengada adakan sesuatu yang baru dalam urusan agama
karna itu adalah bid’ah.
bid’ah itu sesat….
klw misaLnya pakai honda, pesawat itu tidak apa-apa
kan dibilang cuman dalam urusan agama….
mengerti Lo semua nya…..
siska ..
kenal Aisyah RA darimana ?? ..
waliulloh songo .. nyebar agama Islam pake wayang,kesenian daerah dsb .. tuh gimana ??
sampean kenal islam darimana ,, dari Aisyah RA langsung ??,,
belajar lagi dah .. belajar hadits dari baca buku aja sok tau sok tue ..
hihihi.. mbak asiyah ecek2 nih pasti….
hahahahahahahaha…. cuma hadist itu aja yg di hafal, padahal masih banyak hadist2 lainnya…
to siska,
PERTAMA,
kalo bid’ah itu sesat terus bagaimana kedudukan hadis :
““Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam perkara baru yang baik maka baginya pahala dari perbuatan tersebut juga pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang sedikitpun pahala mereka, dan barang siapa merintis dalam Islam perkara baru yang buruk maka baginya dosa dari perbuatan tersebut juga dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dosa-dosa mereka sedikitpun” (H.R. Muslim)”
bagaimana????
kalo ‘Aisyah menyebut bid’ah seperti yg anda kutip, bagaimana pula kedudukan ‘Aisyah dalam riwayat berikut :
“penduduk Madinah pernah dilanda kekeringan yg sangat parah. Mereka mengadu kepada ‘Aisyah. ‘Aisyah berkata, ‘pandangilah makam Nabi SAW dan buatlah jendela melalui makam itu menuju langit, sehingga tidak ada batas antara makam itu dan langit’.
kemudian mreka melaksanakan saran ‘Aisyah tersebut. Tidak lama kemudian hujan turun, hingga……”
‘Aisyah pun pelaku bidah, tapi temasuk bidah hasanah (menurut definisi kami).
bagaimana menurut anda? sesat kah ‘Aisyah??
mba,
kalo anda mngutip hadis satu terus melupakan hadis lain, ya tentu saja kesimpulan anda akan rancu..
KEDUA,
begini, saya akan coba menceritakan secara singkat asal muasal diskusi tentang bid’ah itu,
semua berawal dari gugatan kelompok anda bahwa amalan semisal tahlilan itu adalah hal yg baru alias bidah, padahal SEMUA BIDAH ITU SESAT, hadisnya adalah kulli bidatin dolalah..
dengan demikian pendapat ahli semisal S.Umar, I.Syafii, dan Imam2 lain yg membagi ada bidah baik ada bidah sesat juga ikut GUGUR..
gugatan itu kami tangkis, bahwa kalo semua yg baru sesat maka mobil, internet, pesawat pun bidah sesat pula kah?
kelompok anda ngotot, dan menjawab bahwa “kalo itu sih bidah dunia, ga papa, yg sesat itu adalah bidah agama”
jawaban itu kami tangkis lagi,
“lho bukannya semua yg baru itu bidah tanpa kecuali dan tanpa pembagian, sekarang kok dibagi juga?? ada bidah dunia dan bidah agama??”
“kalian tidak terima ada bidah hasanah ada bidah sesat, tapi malah membuat terminologi baru, ada bidah dunia dan bidah agama”
perhatikanlah, siapakah dalam diskusi itu yg ANEH??
Nabi mengakui secara tidak langsung adanya bidah baik dalm beberapa hadis, para ulama pun membagi ada bidah hasanah (yg tidak bertentangan dgn syariat) dan bidah sesat (yg tidak sesuai syariat)..
tidak dibagi menjadi bidah dunia dan bidah agama sebagaimana kelompok anda bagi..
pembagian kelompok anda ini baru2 aja ada nya, dan baru kelompok anda yg membagi demikian..
kami sih oke oke aja anda membagi demikian, itu hak anda berpendapat..
kami hormati..
KETIGA,
koment anda :
“klw misaLnya pakai honda, pesawat itu tidak apa-apa
kan dibilang cuman dalam urusan agama…”
maka komentar saya :
kalau honda itu saya pake ke mesjid sebagai sarana ibadah gimana? kan udah masuk urusan agama nih..
apa termasuk bidah sesat juga?
kalau pesawa itu saya pake buat berangkat ibadah haji, gimana?
kan sudah masuk wilayah urusan agama kan?
haram juga kah???
jawab aja dulu ya, jangan lari2 ke masalah lain dulu..
ada yg bilang maulid itu bid’ah dengan alasan gak ada di jaman nabi sekarang ana mao tanya sama antum muka antum ada gak di jaman nabi gak ada kan ? muka antum tuh bid’ah.lagian kalo gak seneng jangan protes diem aja lo berisik amat.
kami di majlis mengadakan maulid itu isi nya sholawat dan dzikir (kepada nabi muhammad saw dan allah swt)
apa itu sesat?
buat yang anti Maulid, lebih baik anda menyadarkan para pelacur, penjudi, pemabuk untuk kembali ke jalan Allah. Dari pada anda mempermasalahkan BIDA’H dan akhirnya saling mencaci. Ingat Saudaraku yang ANTI MAULID kaum non muslim akan tertawa dan bertepuk tangan melihat kita sesama muslim saling mencaci. anda ga Maulid itu amalan anda, Kami yang Maulid ya.. Amalan Kami. Buat Mas Firman Istighfar ya Mas…, Saya juga sama seperti mas. Sanggupkah Anda wahai para Anti Maulid untuk terjun ketempat hiburan malam, untuk menyadarkan mereka dan kembali ke jalan Allah.
wahai para pelaku bidah maulid nabi..anda2 ini munafiq,,anda begitu mengagungkan maulid nabi,tapi pada kehidupan keseharian anda jauh dari bimbingan nabi,anda tidk suka dengan sunnah2 beliau,,nanti mas,,anda2 akan menyesal,,karena kebodohan anda,menjadikan anda sombong dan angkuh,,
–> sunnah-sunnah Nabi saw yang manakah yang tidak disukai para pelaku maulid nabi..??
to Fahri,
dalam koment anda, anda menuduh pelaku maulid Nabi dengan sebutan munafik, tapi tahukan anda bahwa 8 – 14 Maret 1980, diadakan Perayaan Maulid Muhammad ibn Abdul Wahhab di Riyadh Arab Saudi, sang pendiri Wahhabi , dihadiri syeikh2 Wahhabi antara lain Syeikh Ibn Baz..
anti maulid Nabi, tapi pro maulid pendiri wahhabi..
Siapa sebenarnya yg munafik?
dalam koment anda, anda menuduh pelaku maulid Nabi tidak suka dengan Sunnah Nabi, pertanyaan saya adalah :
“Sunnah2 Nabi SAW yg manakah yg tidak kami sukai? mohon disebutkan”
enak bener mas sampean bilang munafik ma orang lain,,,,, buktikan kalau sampean gak munafik…..
anda membaca mushaf al-Qur’an, padahal pada zaman Nabi SAW, tidak ada mushaf yang seperti sekarang ini…. pa lagi sekarang dah ditambah tanda baca, pada masa Nabi tanda baca itu gak ada mas….
gak taunya anda sendiri yang ahli bid’ah….
makanya ngaji tu jangan cuma dari ustadz ma buku,,,,
tapi dari Para Ulama dan Kitab-Kitabnya….
Yah kita bisa maklum orang yang belajar mengajinya cuma setengah lalu sudah merasa pintar ya kaya gini ini. Memponis itu ini bid’ah. Padahal dia sendiri tidak mengerti bid’ah sesungguhnya itu apa? Wahai orang-orang yang ga setujudengan perayaan maulid dan terus mengumandangkan kalau hal itu bid’ah kami mohon belajarlah dulu, galilah ilmu seluas-luasnya agar anda mengerti permasalahan bid’ah tersebut. Wasalam
hahahaha
wahai ANTI MAULID
nanti kalau di sana jangan nyesel ya…?
orang yang melakukan maulid . membaca kitab maulid itu amalan nya sampe ke Rasulullah
memangnya kami melakukan maulid itu hanya main main ?
kita juga disana menuntut ilmu . bershalawat rasulullah memangnya dalam kitab maulid itu isinya apa? komik?
bidah itu ada dua BAHLUL hasanah &sayyiah (dolalah)
makanya ngaji jangan kitab ushul bidah aja
WAHABI lo ikutin
SEKARANG GUE TANYA SAMA ANTUM
kalau anak antum lahiran aqiqahnya emangnya dibacakan apa kalau bukan kitab MAULID? masa lo bacain koran kompas
wahai saudaraku yang cinta MAULID teruslah pegang ajaran kita ini
SHOLLU ALAAA MUHAMMAD
Saya perihatin dengan orang yang mengatakan maulid itu bid’ah, haram, gak boleh, maulid itu gak ada tuntunan’nya dari zaman nabi?
orang yang mengomentari maulid itu bid’ah pembahasanya hanya berkutek di masalah bid’ah saja tanpa menjelaskan lebih jelas lagi tentang bid’ah.
sejak dahulu zaman khulafaur rasyidin sampai ke zaman tabi’in, bid’ah itu sudah ada. jadi jangan didefinisikan bid’ah secara baku, karena bid’ah itu sendiri mempunyai definisi yang luas.
“Barang siapa membuat – buat hal baru yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikit pun dari pahalanya, dan barang siapa membuat buat hal baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari dosanya.”(Shahih Muslim hadits No.1017.Demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn Khuzaimah,Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban).
Hadits ini menjelaskan makna Bid’ah Hasanah dan Bid’ah Dhalalah.
para ulama telah membagi bid’ah menjadi beberapa bagian, Pendapat para Imam dan Muhadditsin mengenai Bid’ah, berikut :
Al Muhaddits Al Imam Muhammad bin Idris Assyafii rahimahullah (Imam Syafii):
Berkata Imam Syafii bahwa bid’ah terbagi 2, yaitu Bid’ah Mahmudah (terpuji) dan Bid’ah Madzmumah (tercela), maka yang sejalan dengan sunnah maka ia terpuji, dan yang tidak selaras dengan sunnah adalah tercela, beliau berdalil dengan ucapan Umar bin Khattab ra mengenai shalat tarawih : “inilah sebaik baik bid’ah”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 86-87)
Al Imam Al Hafidh Muhammad bin Ahmad Al Qurtubiy rahimahullah :
“Menanggapi ucapan ini (ucapan Imam Syafii), maka kukatakan (Imam Qurtubi berkata) bahwa makna hadits Nabi saw yang berbunyi : “seburuk – buruk permasalahan adalah hal yang baru, dan semua bid’ah adalah dhalalah” (wa syarrul umuuri muhdatsaatuha wa kullu bid’atin dhalaalah), yang dimaksud adalah hal – hal yang tidak sejalan dengan Alqur’an dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu ‘anhum, sungguh telah diperjelas mengenai hal ini oleh hadits lainnya : “Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya” (Shahih Muslim hadits No.1017) dan hadits ini merupakan inti penjelasan mengenai bid’ah yang baik dan bid’ah yang sesat. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)
Hujjatul Islam Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawiy rahimahullah(Imam Nawawi):
Penjelasan mengenai hadits : “Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat – buat hal baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya”. Hadits ini merupakan anjuran untuk membuat kebiasaan – kebiasaan yang baik, dan ancaman untuk membuat kebiasaan yang buruk, dan pada hadits ini terdapat pengecualian dari sabda beliau saw : “semua yang baru adalah Bid’ah, dan semua yang bid’ah adalah sesat”, sungguh yang dimaksudkan adalah hal baru yang buruk dan bid’ah yang tercela”. (Syarh Annawawi ‘ala Shahih Muslim juz 7 hal 104-105)
Dan berkata pula Imam Nawawi : “Bahwa Ulama membagi bid’ah menjadi 5, yaitu bid’ah yang wajib, bid’ah yang mandub, bid’ah yang mubah, bid’ah yang makruh dan bid’ah yang haram.
Bid’ah yang wajib contohnya adalah mencantumkan dalil – dalil pada ucapan – ucapan yang menentang kemungkaran. Contoh bid’ah yang mandub (mendapat pahala bila dilakukan dan tak mendapat dosa bila ditinggalkan) adalah membuat buku – buku ilmu syariah, membangun majelis taklim dan pesantren. Dan Bid’ah yang mubah adalah bermacam – macam dari jenis makanan, dan Bid’ah makruh dan haram sudah jelas diketahui. Demikianlah makna pengecualian dan kekhususan dari makna yang umum,sebagaimana ucapan Umar ra atas jamaah tarawih bahwa “inilah sebaik – sebaiknya bid’ah”. (Syarah Imam Nawawi ala Shahih Muslim Juz 6 hal 154-155)
Mengenai ucapan Al Hafidh Al Imam Assyaukaniy, beliau tidak melarang hal yang baru, namun harus ada sandaran dalil secara logika atau naqli-nya, maka bila orang yang bicara hal baru itu punya sandaran logika atau sandaran naqli-nya, maka terimalah, sebagaimana ucapan beliau :
“Hadits – hadits ini merupakan kaidah – kaidah dasar agama karena mencakup hukum – hukum yang tak terbatas, betapa jelas dan terangnya dalil ini dalam menjatuhkan perbuatan para fuqaha dalam pembagian Bid’ah kepada berbagai bagian dan mengkhususkan penolakan pada sebagiannya (penolakan terhadap Bid’ah yang baik) dengan tanpa mengkhususkan (menunjukkan) hujjah dari dalil akal ataupun dalil tulisan (Alqur’an / hadits),
Maka bila kau dengar orang berkata : “ini adalah bid’ah hasanah”, dengan kau pada posisi ingin melarangnya, dengan bertopang pada dalil bahwa keseluruhan Bid’ah adalah sesat dan yang semacamnya sebagaimana sabda Nabi saw “semua Bid’ah adalah sesat” dan (kau) meminta alasan pengkhususan (secara aqli dan naqli) mengenai hal Bid’ah yang menjadi pertentangan dalam penentuannya (apakah itu bid’ah yang baik atau bid’ah yang sesat) setelah ada kesepakatan bahwa hal itu Bid’ah (hal baru), maka bila ia membawa dalilnya (tentang Bid’ah hasanah) yang dikenalkannya maka terimalah, bila ia tak bisa membawakan dalilnya (secara logika atau ayat dan hadits) maka sungguh kau telah menaruh batu dimulutnya dan kau selesai dari perdebatan” (Naylul Awthaar Juz 2 hal 69-70).
Jelaslah bahwa ucapan Imam Assyaukaniy menerima Bid’ah hasanah yang disertai dalil Aqli (Aqliy = logika) atau Naqli (Naqli = dalil Alqur’an atau hadits). Bila orang yang mengucapkan pada sesuatu itu Bid’ah hasanah namun ia TIDAK bisa mengemukakan alasan secara logika (bahwa itu baik dan tidak melanggar syariah), atau tak ada sandaran naqli-nya (sandaran dalil hadits atau ayat yang bisa jadi penguat) maka pernyataan tertolak. Bila ia mampu mengemukakan dalil logikanya, atau dalil Naqli-nya maka terimalah. Jelas – jelas beliau mengakui Bid’ah hasanah.
Namun tentunya bukan membuat agama baru atau syariat baru yang bertentangan dengan syariah dan sunnah Rasul saw, atau menghalalkan apa – apa yang sudah diharamkan oleh Rasul saw atau sebaliknya. Inilah makna hadits beliau saw : “Barangsiapa yang membuat – buat hal baru yang berupa keburukan…(dst)”, inilah yang disebut Bid’ah Dhalalah.
jadi jelas bahwa bid’ah itu mempunyai pemabagian dalam setiap katagori bid’ah masing – masing.
saya jadi teringat dengan nukilan artikel Ustadz Zarnuzi Ghufron “Ketua LMI-PCINU Yaman, dalam web NU, mengatakan Di antara orang yang mengatakan maulid adalah bid’ah adalah karena acara maulid tidak pernah ada di zaman Nabi, sahabat atau kurun salaf. Pendapat ini muncul dari orang yang tidak faham bagaimana cara mengeluarkan hukum(istimbat) dari Al-Quran dan as-Sunah. Sesuatu yang tidak dilakukan Nabi atau Sahabat –dalam term ulama usul fiqih disebut at-tark – dan tidak ada keterangan apakah hal tersebut diperintah atau dilarang maka menurut ulama ushul fiqih hal tersebut tidak bisa dijadikan dalil, baik untuk melarang atau mewajibkan.
tentang maulid, karena hakikat maulid itu sangat bermanfaat dalam mengenang Jasa Rasulullah Saw terhadap umat muslim ini, karena Rasul Saw – lah kita bisa mengenal agama Islam yang kita pegang ini
Didalam shahih Bukhari bahwa pada setiap hari senin Abu Lahab mendapatkan keringanan azdab kubur dikarenakan pada hari tersebut Abu Lahab memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibah, karena gembiranya mendengar berita kelahiran Nabi Saw. Kisah ini diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dalam kitab “An Nikah”, Al Hafizh Ibnu Hajar As Qalani juga di meriwayatkannya dalam “Fathul Bari” . Maknanya : jika seorang kafir yang di cela dengan “Tabbat Yada” yang kekal di neraka, itu saja setiap hari senin diringankan azabnya karena senangnya atas kelahiran Nabi Muhammad Saw, maka bagaimana keyakinan kita sepanjang hidup kita selalu senang atas kelahiran Nabi Muhammad Saw, Sudah tentu Berkah & baik buat kita
pendapat para imam tentang maulid “dinukil dari Kenalilah Aqidahmu karya Al Habib Munzir bin Fuad Al musawa (2009:63), berikut :
Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber-akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis No.1832 dengan sanad Shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300). Dan telah diriwayatkan bahwa telah ber-Akikah untuknya, kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin di perbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yang telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah untuk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman – teman dan saudara – saudara, menjamu dengan makanan – makanan
dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.
Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab di perlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (Shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yang Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dengan muslim ummat Muhammad saw yang gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan-Nya dengan sebab anugerah-Nya.
Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia di zaman kita ini adalah perbuatan yang di perbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dengan kelahiran Nabi saw.
Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah :
Berkata ”tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pada malamnya dengan berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yang sangat besar”.
Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah : Dalam syarahnya maulid Ibn Hajar berkata : ”ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran Nabi saw”
Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah Dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: ”Maka Allah akan menurunkan Rahmat-Nya kepada orang yang menjadikan hari kelahiran
Nabi saw sebagai hari besar”.
bahwa melihat paradigma bid’ah yang di definisikan jangan dilihat secara sempit, kalau kita melihat secara dangkal dan sempit maka tidak menutup kemungkinan pasti dengan mudahnya mengatakan itu bid’ah, ini bid’ah.
saya ulang kembali perkataan saya maulid itu sangat baik dalam mengenang jasa rasul SAW, maka bagaimana keyakinan kita sepanjang hidup kita selalu senang atas kelahiran Nabi Muhammad Saw, Sudah tentu Berkah & baik buat kita, seperti yang dikatakan HM Cholil Nafis (11/03/2008) MA “Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masa’il (LBM) PBNU”,Jika Abu Lahab yang non-muslim dan Al-Qur’an jelas mencelanya, diringankan siksanya lantaran ungkapan kegembiraan atas kelahiran Rasulullah SAW, maka bagaimana dengan orang yang beragama Islam yang gembira dengan kelahiran Rasulullah SAW ?
sekiranya sungguh bermanfaat maulid itu bagi kaum muslimin sabagai bentuk ungkapan (ta’bir) rasa gembira dan senang kita atas kelahiran baginda Nabi SAW.
Referensi : Kenalilah Aqidahmu.2009.karya Al Habib Munzir bin Fuad Almusawa.dan sumber lainnya
Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad
Robbiy Sholly ‘Alaih….
Assalaamu’alaikum Wr Wb.
Saya sangat heran di antara sesama muslim itu ada yang saling merasa:
1) pintar sehingga pendapat mereka yang benar
2) sholeh sehingga amal mereka sendiri yang bakal diterima oleh Allah SWT dan amal orang yang tidak sejalan dianggap bid’ah
3) paling benar, hanya pendapat dan amalannya sendiri yang benar amalan orang lain salah.
Kenapa sesama muslim itu tidak saling berkasih sayang, jangan saling mencaci, menganggap amalan orang lain salah.
Wahai kaum muslimin…mbok Anda itu jangan saling berbantah-bantah soal amalan sesama mulsim. Apakah Anda yakin bahwa AMAL Anda akan diterima oleh Allah? dasarnya apa? Yang maha tahu hanyalah Allah! Sekalipun Anda merasa amal yang Anda lakukan sesuai dengan tuntunan rasulullah SAW (menurut Anda), apakah Anda yakin bakal diterima oleh Allah SWT? Allah yang maha tahu hati dan niat setiap manusia!
Saran saya:
1. Mari kita menjadi muslim yang pandai dan cerdas
2. Janganlah saling menuduh amalah orang lain salah, amalan sendiri yang benar.
3. Mari kita saling belajar supaya menjadi umat muslim yang pandai dan cerdas.
4. Janganlah selalu mengemukakan perbedaan. Ada yang membaca al-fatehah dan surat tanpa bismillah karena itulah yang benar dan yang membaca dengan bismillah tidak benar. Mengapa tidak mengambil jalan tengah yang baik, bukankah bismillah itu ayat al quran? apakah haram membaca ayat alquran dalam shalat? Ada yang tidak melakukan yasinan dan tahlian karena menurutnya bid’ah. Bukankah bacaan yasinan dan tahlil itu ayat2 al quran? Apakah ada larangan orang membaca ayat2 alquran? JANGANLAH melarang soal kapan ayat2 itu dibaca… ayat alquran itu sunah dibaca kapan saja, kecuali pada saat di WC kan? ada yang tidak suka (bahkan melarang) membaca shalawat di masjid sebelum shalat krn dianggap bid’ah. bukankah membaca shalawat nabi diperingtahkan oleh Allah di dalam alquran? Mestinya yang perlu diperbaiki adalah:
> Membaca alquran dengan bacaan yang benar sesuai qiraah sab’ah
> Jangan membaca alquran pakai huruf latin (atau dari kiri ke kanan) karena alquran itu ditulis dalam bahasa arab dibaca dari kanan ke kiri.
> kalau mau belajar agama harus mencari guru yang shalih dan ikhlas, jangan hanya membaca buku, karena belajar dari buku saja bisa menyesatkan.
Sekali lagi kenapa ada sebagian muslim yang menganggap bid’ah orang membaca yasin dan kalimat2 tayyibah dalam tahlilal dan shalawatan? mestinya yang bid’ah adalah jika membaca yasin dan kalimah2 tayyibah dan shalawat secara tidak benar (misalnya karena memakai huruf latih) atau karena tidak pernah belajar membaca alquran dengan benar. BUkan membid’ahkan amalannya!!! Sekali lagi yang bid’ah mestinya bacaan yang salah, karena saya yakin Nabi tidak pernah membaca alquran dan shalawat dengan bacaan yang salah dan memakai huruf latin!!!!!!!!!!!
Dus kesimpulannya, JANGANLAH SESAMA MUSLIM SALING BERDEBAT SOAL BID’AH! Apakah Anda merasa orang paling shaleh???? Sebaiknya mari kita saling belajar dan membuat umat Islam menjadi pandai dan cerdas sehingga tidak mudah dibodohi orang (umat) lain.
Wahai saudara2ku sesama muslim, akhirilah perdebatan tentang bid’ah! Tak ada gunanya, hanya akan menimbulkan rasa kebencian sesama muslim. Saling mengolok2 sesama muslim. Padahal yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah yang paling taqwa? Siapakah yang paling taqwa? Apakah kiai? ustadz? mereka yang menganggap dirinya suci dan benar dalam mengamalkan agama? Kalau Anda bisa menjawab “ya” berarti Anda telah melakukan perbuatan syirik! karena menganggap diri Anda Tuhan. Karena yang tahu ketaqwaan seseorang hanyalah Allah SWT.
Yang bisa kita lakukan sebagai hamba adalah memperbanyak ibadah!!! Dengan shalat (wajib dan sunah), puasa (wajib dan sunah), zakat (bagi yang mampu), sodakoh, haji (bagi yang mampu), membaca alquran, membaca shalawat Nabi, berbuat baik kepada sesama manusia dan ciptaan Allah, dll amalan sholeh… KAPAN dan DI MANA SAJA (Ingat…kapan saja dan di mana saja) kecuali di TEMPAT dan WAKTU yang memang ada NASnya DILARANG! Karena kita tidak tahu ibadah mana yang diterima oleh Allah SWT, maka yang bisa kita lakukan adalah memperbanyak amal…(menurut ahli statistik, dengan memperbanyak amal yang langgeng berarti memperbesar peluang amalan kita diterima oleh Allah SWT dan memperbesar peluang kita untuk masuk surga.
Selain itu, saya yakin bahwa agama itu bersifat kontekstual. Lihat saja sejarah turunnya alQuran dan riwayat hadits…kebanyakan ada penyebabnya.. itu artinya agama itu kontekstual sesuai kondisi dan zaman. Oleh karena pengamalan agama mestinya tidak bersifat LETERLEK! Ijtihad para ulama untuk memperbanyak amal ibadah berupa bacaan ayat-ayat alQuran dan shalawat dalam bentuk yasinan, tahlilan, dzikir, shalawatan, berdo’a bersama, sadakoh, dll. adalah contoh implementasi pengamalan agama secara kontekstual.
Coba bandingkan mana yang lebih baik:
1. Habis shalat berjamaah, iman dan makmum saling diam dan langsung bubar. Tidak ada proses pembelajaran.
Apakah Anda menganggap ini yang PALING BENAR?
2. Habis shalat berjamaah, iman dan makmum berdzikir bersama kemudian berdoa dipimpin imam. Makmum yang tadinya tidak bisa berdzikir dan berdoa, karena sering berjamaah dan mendengar bacaan2 dzikir dan doa menjadi pandai berdzikir dan berdoa. Setelah selesai makum dan imam saling bersalaman (jabat tangan sesama muslim akan menghapus dosa-dosa kecil keduanya). Terjadi proses pembelajaran.
Apakah Anda menganggap ini SALAH?
Para ulama dahulu (khususnya di Indonesia), mereka di dalam berdakwah tidak banyak bicara, tetapi lebih banyak memberi contoh dan praktik. Termasuk di dalam shalat berjamaah terjadi proses pembelajaran melalui dzikir dan berdoa bresama.
Beda dengan sekarang banyak yang katanya “dakwah” kemana2 baca dalil ini itu, padahal baca alQuran saja masih pake tulisan latin dan grothal grathul (bhs Jawa, Indonesianya gagap)! dalil2 yang disampaikan juga hanya dari membaca buku2 terjemahan. Memang sekarang banyak yang pengin buru-buru berdakwah. Alasanya haditz “Sampaikan dariku meski hanya satu ayat”! Pake dalil itu leterlek dan keburu2….
Yah, kesimpulannya memang kita harus menjadi muslim yang pandai dan cerdas PLUS bijaksana (ini khususnya bagi para da’i). Para ulama dulu itu juga sangat bijaksana dalam berdakwah. Beda dengan sekarang banyak yang katanya “berdakwah” tetapi kurang bijaksana dengan menyalah-nyalahkan ini itu, padahal yang disalahkan bukan sesuatu yang mestinya disalahkan, sementara yang seharusnya disalahkan tidak dibetulkan.
Betapa indahnya jika di Indonesia (bahkan di dunia) tidak ada perdebatan soal bid’ah,
yang ada saling menghargai dan saling belajar sesama muslim.
Contohnya:
Bagi yang tidak suka amalan dzikir dan doa bersama sehabis shalat berjamaah: kalo di tempat sendiri atau berkumpul orang2 yang sepemahaman ya silakan begitu, teta[i ketika berjamaah di tempat berjamaan mereka yang mengamalkan dzikir dan berdoa bersama ya ikut bergabung. Kan tidak ada ruginya. Jangan malah mengolok2. Sebaliknya juga demikian. Mereka yang selalu mengamalkan dzikir dan berdoa sehabis shalat, ketika berjamaah di tempat mereka yang tidak sepakat dzikir dan berdoa sehabis shalat, kan masih bisa dzikir dan berdoa sendiri. Gak ada ruginya. Pahala berjamaah masih tetap dipreoleh. Pahala berdzikir dan berdoa juga diperoleh! Insyaa Allah!
Saya yakin umat islam akan kuat dan kokoh dan mampu menangkal segala penindasan dari para penentang Islam dan musuh umat Islam. Jika kita sesama muslim saling menghargai, tidak saling mengolok2.
Terima kasih.
Wassalaamu’alaikum Wr WB.
Assalamualaikum.
Coba akhi buka laman ini:
http://www.kajian.net/kajian-audio/Ceramah/Badrusalam/Ilmu%20Ushul%20Bida%27.
Dibahas mengenai ilmu Ushul Bid’ah.
Semoga bisa menambah wawasan.
wassalam
sesutu yg di niat kn baik mka baik pula hasilnya,maka bgitu pula dengan qt memperingti maulid nabi krna semata2 qt melakkn di jln alloh.mka sy tidk stuju dengan orng yg mngtkn maulid itu bid’ah,krna di dlm alquran tidk ad lrngn untuk mempringti maulid nabi.
dn yg pling utma,sesuatu perbedaan jgn di jdi kn hal yg dpt mmech blhkn umat muslim….
ttpi di jdikn ajng untuk mmpererat tli prsaudaraan
kalau ada orang yang korupsi uaang terus diNIATKAN KEBAIKAN(ibadah)
, misalnya di pake nyumbang ke masjid GIMANA ya pak abdul?
–> sebuah contoh yg nggak klop mas.. contoh anda jelas melanggar syariah, korupsi itu perbuatan haram. Kl anda fair.. tunjukkan saja perbuatan yg menyebabkan haramnya maulid ini .. itu baru analogi yg setara.
Saudara Muflih mengqiyaskan niat maulid Nabi dengan niat kebaikan dari uang korupsi adalah qiyas yang batil.
Apakah artinya Anda akan mengatakan bahwa maulid Nabi hukumnya sama dengan uang korupsi ? Semoga Alloh memberi hidayah kepada Anda jika demikian……
Ass Wr Wb
Makin jelas mana yg lbh patuh pada Alqur’an dan Haadist Sohih mana yg lebih patuh pada mayoritas umat, padajal kebenaran tidak bisa diukur dari kuantitas dalam Islam…
berterimakasihlah msh ada saudara kita yg mengingatkan bahaya bid’ah dg sgl resikonyam. Coba renungkan apa jadinya Islam ini bila tdk ada yg mengingatkan, kini campur-aduk antara ajaran Islam dan Hindu makin berkurang. Upacara ruwatan , upacara labuhan, upacaraa larung samudera, acara ruwahan dg kolak dan ketan makin ditinggalkan, jimat, patung , pusaka, kendit, makin ditinggalkan demikian pula minta barokah pada Orang yg sdh meninggal, kpd makam keramat, batu hingga pohon tua dll makin ditinggalkan karena memang bukan ajaran islam dan tidak membawa keberkahan…dan kalau memang patuh sama Allah dan Rosulnya seharusnya tidak akan berani melawan dalil Alquw;an dan Hadist Sohih…tidak boleh juga memelintir arti hingga bias demi nafsu ingin pendapatnya diterima ..bahaya yg mempropagandakan hingga diikuti oleh umat yg taktahu apa-apa sekadar taqlik buta jauh bahaya ….jangan terkecoh dengan hadist yg tidak sohih……Istighfar dan berusahalah untuk memperbaiki ibadah yg tidak sesuai dg Alqur’an dan Hadist Sohih….Ingat sgl apa yg enkau lakukan akan ada pertanggungjawaban di akherat kelak…dari pada mengajarkan yg tidak dicontohkan Rosululloh lbh baik mengajarkan yg jelas-jelas ada tuntunan Rosululloh….Ingat bhw Nabi muhammad SAW diutus ke dunia ini taklain untuk memurnikan ajaran Tauhid yg sudah irusak oleh umat sebelumnya. Takheran bila Nabi begitu tegas dlm menjada agar tauhid tidak dirusak, sampai-sampai Beliu pun tdk mau diistimewakan , hingga takboleh ada gambar Beliau lantaran sbg antisipasi agar umatnya tdk mensekutukan Allah. …….dan cobalah tanya bagaimana sesungguhnya sikap kita mencintai Rosul itu terutama kpd para Jemaaah Haji yg sdh merasakan Shollat di MAsjid Nabawi, betapa amalan yg melenceng spt mengelus-elus makan Rosululloh, hingga memandang berlama-lama ke kuburan Nabi pun dilarangm yg disunahkan ya Shollat Sunah ,,,namun demikian msh tetap banyak yg melanggar…dan itu artinya memang untuk memperyahankan kemurnian akidah Islam harus dg perjuangan dan dengan landasan Ilmu. membiarkan para ahli bid’ah mempropadandakan ilmunya apalagi mengajak mengamalkan ttm di Madinah akn berisko dilaknat, Umat hingga Malaikat….
Jangan lah demikian …Jangan Kau Nodai ajaran Tauhid Nabi Kita Muhammad SAW dg bbg ritual yg tk dicontohkan Tosululloh yg lambat-laun justru akan merugikan Islam secara keseluruhan,,,,, ….percayalah Allah Maha Pengampun , perbaiki sgl kesalahan….mumpung ini bulan Suci Ramadhan……Wass Wr Wb
–> www. baginda Nabi saw tidak merisaukan umatnya akan kembali musyrik sebagaimana yang digembar-gemborkan. Lihat hadits kiri atas blog ini. Penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati, itu justru yg dikhawatirkan baginda Nabi saw. Kemudian baginda Nabi saw juga memperingatkan akan datangnya suatu kaum yg tampak seperti sebaik-baik umat, namun mereka adalah bala tentara dajjal,
Berhati-hatilah, jangan sampai anda termasuk dari mereka.