Ahmadiyah: Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi

Ada berita menarik tentang Ahmadiyah. Telah banyak ulama menyatakannya sesat. Untuk membuktikannya cukup dengan melihat pendirinya, MIRZA GHULAM AHMAD. Jangan tergiur dengan permukaan yang tampak manis. Sedangkan dajjal pun membawa racun yg tampak madu. Jika terdengar adzan tampak sama, maka maksud Muhammad di dalam Muhammad arrasulullah di dalam ahmadiyah adalah Mirza Ghulam Ahmad. Jangan terjebak.

Ada bahasan cukup lengkap tentang ahmadiyah ni. Di sini.

Kiamat tidak akan tiba sebelum dibangkit para Dajjal pendusta yang jumlahnya hampir tiga puluh orang. Setiap mereka mendakwakan bahwa dirinya adalah Rasul Allah.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

16/04/2008 14:56 WIB

Ahmadiyah Tetap Akui Mirza Ghulam Ahmad Sebagai Nabi
Irwan Nugroho – detikcom

Jakarta – Setelah 3 bulan dipantau Bakor Pakem, Ahmadiyah tidak menjalankan 12 butir kesepakatan secara konsisten. Ahmadiyah ternyata masih mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi.

“Dari pemantauan itu, yang tidak sesuai dengan 12 butir pernyataan Ahmadiyah adalah soal adanya nabi setelah Muhammad. Padahal sudah dinyatakan oleh mereka bahwa Nabi Muhammad adalah nabi penutup,” kata Kepala Litbang dan Diklat Departemen Agama, Atho Mudzar.

Hal ini disampaikan Atho dalam jumpa pers usai rapat Bakorpakem Pusat di Kejagung, Jalan Sultan Hasanuddin, Jakarta Selatan, Rabu (16/4/2008).

Jadi mereka masih anggap Mirza Gulam Ahmad sebagai nabi? “Iya. Itulah temuan kita,” sahut Atho.

Menurut dia, temuan itu ditemukan setelah dilakukan konfirmasi kepada Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) di 33 kabupaten, 55 komunitas serta bertemu dengan 275 warga JAI dan dilakukan pemantauan oleh 33 orang tenaga pemantau dalam 3 bulan terakhir.

“Mereka masih menganggap Mirza sebagai nabi. Mereka tidak mengubah keyakinannya itu,” ujarnya.

Dikatakan Atho, dalam kenyataannya Ahmadiyah masih menggunakan tazkirah sebagai kitab suci dan dikutip dalam pidato-pidato.

Isinya diyakini kebenarannya dan Al Quran itu harus mengikuti dan menyesuaikan dengan tazkiroh. Misalnya, dalam tazkirah ada kenabian Mirza Ghulam Ahmad.

“Nah ayat-ayat Al Quran ditarik supaya membenarkan kenabian Mirza. Jadi ini menyimpang,” kata Atho yang juga menjabat sebagai ketua pemantau Ahmadiyah ini. ( aan / nrl )

http://www.detiknews.com/

.

Tulisan-tulisan berikut kuambil dari sumber-sumber yang membahas tentang firqoh ini.

Kamis, 2007 September 13

Ahmadiyah
pembahasan oleh Ustadzah Arum Ambianasari. S.Pd
disadur dari penjelasan Dr. Syed Rashid Ali

Pada tahun 1974, para ahli dan ulama Islam dari 124 negara mengadakan pertemuan di Makkah al-Mukarramah yng disponsori oleh Rabithah al-Alam al-Islami. Dicapai kesepakatan bulat bahwa Mirza Ghulam Ahmad Qadiani dan pengikut-pengikutnya (Ahmadiyyah Gerakan/Qadiani/Ahmadis/Mirzais/Lahoris) adalah INGKAR/MUNGKAR, KAFIR DAN MURTAD dari ISLAM. Selama 100 tahun, para ulama di MAKKAH al-MUKARRAMAH, al-MADINAH al-MUNAWWARAH, MESIR, INDO-PAKISTAN dan semua negara-negara Islam dan ARAB telah mengambil satu pandangan bahwa jemaat ini telah ingkar, Kafir dan murtad dari Islam.

MODUS OPERANDI:

Pengikut-pengikut Mirza Ghulam Ahmad menyebut diri mereka sendiri dengan ‘AHMADI MUSLIM’. Mereka berdakwah di daerah-daerah terpencil dimana orang Islam tak pernah mendengar nama Mirza Ghulam atau Qadianisme atau Gerakan Ahmadiyyah. Dengan berpura-pura sebagai orang muslim SUNNI dan menggunakan sumber dayanya yang besar sekali, dengan menawarkan insentif finansiil dan harta benda lainnya, mereka menjerumuskan jamaah islam yang miskin di belahan-belahan dunia terutana di Afrika tengah dan Barat, Negara-negara Timur jauh, republik-republik di asia tengah. Ummat muslim di wilayah ini pada umumnya adalah mengikuti ahlusunnah wal jamaah yang tidak pernah mendengar mengenai MIRZA GHULAM atau AHMADI atau gerakan AHMADIYYAH dan karenanya tidak sadar bahwa seluruh umat telah menyatakan bahwa jemaat ini KAFIR dan murtad dari ISLAM. Demikianlah mereka Berubah dari Muslim Sunni menjadi MUSLIM AHMADI.

Pertanyaan: JIKA JEMAAT KAUM AHMADI ADALAH MUSLIM SUNNI, MENGAPA MEREKA MENYEBUT DIRINYA MUSLIM AHMADI???

SIAPAKAH MIRZA GHULAM AHMAD QADIANI ?

Mirza Ghulam Ahmad lahir dalam keluarga Muslim di suatu desa di India Utara yaitu Qadian tahun 1839. Ia mendapat pendidikan agama di rumah. Ia juga menderita berbagai penyakit fisik dan mental serta berkebiasaan memakai OPIUM and ANGGUR BERLAKOHOL. Dibawah penjajahan Inggris di India, ia menjual keimanannya demi mendapatkan keuntungan harta Ia mengklaim diri sebagai Messiah yang dijanjikan, Mahdi, Nabi dan Nabi Muhammad SAW yang datang untuk kedua kalinya dalam bentuk Mirza untuk menyiarkan Islam. Dikatakannya bahwa ia telah menerima WHYU dan menyebut/menyatakan BRAHEEN-e-AHMADIYYAH sebagai KITABULLAH.

Penjajah Inggris dibuat pusing di India karena adanya semangat Jehad di kalangan Muslim dan dalam anjuran dan dakwahnya, Mirza Ghulam Ahmad menul;is buku-buku dan pamflet-pamflet yang membatalakan/MENCABUT JIHAD serta menganjurkan KESETIAAN KEPADA PENJAJAH INGGRIS SEBAGAI RUKUN IMAN. Mirza Ghulam mendirikan Gerakan AHMADIYYAH tahunn 1889 dan menamakan pengikutnya sebagai AHMADI MUSLIM. Ia memberi label kepada umat yang tidak menerimanya dan tidak menerima kenabiannya sebagai HARAM JADAH (BASTARDS). Mirza Ghulam Ahmad meninggal tahun 1908 namun gerakan Ahmadiyyah terus berlanjut, awalnya dibawah “Petunjuk” para Majikannya yaitu penjajah Inggris dan sekarang disokong oleh Amerika Serikat dan negara-negara anti Islam lainnya.

KEYAKINAN NON-ISLAMI DARI MIRZA GHULAM AHMAD:

Mirza Ghulam Ahmad menulis 80 b uku selama hidupnya, yang memberikan pemahaman luar biasa kedalam jiwa manusia serta menerangkan perjalanan keimanannya dari Islam menjadi Murtad dan Ingkar (Apostacy and Infidility). ‘ROOHANI KHAZAIN’ adalah judul dari kumpulan seluruh buku-buku yang ditulis oleh Mirza Ghulam, yang dicetak oleh Kantor Pusat Gerakan Ahmadiyyah Movement di London.
Mirza terlahir dalam keluarga Ilam. Buku-buku pada wal ia menulis menganduk keyakinan yang sama dengan sesama Islam Sunni. Namun dengan berjalannya waktu, kepercayaannya mengalami perubahan dramatis dan tulisan-tulisannya menjadi semakin mengarah ke BID’AH dan sangat tidak Islami. Namun demikian dalam usaha membuktikan bahwa Mirza Ghulam besrta jemaat Ahmadi adalah juga Muslim Sunni, literatur-literatur propaganda Gerakan Ahmadiyyah biasanya mengutip buku-buku yang diterbitkan terdahulu. Jemaat Ahmadi kebanyakan akan berbicara mengenai Kitab suci Al Quran dan Hadist-hadist yang menaruh Mirza Ghulam Ahmad dalam posisi senagai latar belakang dan biasanya mempresentasikannya sebagai Reformer atau Mujaddid atau Mahdi atau Messiah, tergantung pada jenis dan masa orang yang menjadi sasaran dakwahnya. Klaim Mirza Ghulam Ahmad tentang kenabian tidak dibicarakan.

(SETYA: Kalau Anda/netter baca semua posting Sdr Nadri, gejala ini terlihat dan terbukti semuanya)
Berikut adalah beberapa rangkuman buku-buku Mirza Ghulam Ahmad yang menjadi dasar sehingga ia beserta pengikut-pengikutnya dinyatakan Kafir, Ingkar dan Murtad dari Islam:

(SETYA: Saya muhon maaf kepada Sdr Nadri, saya telah meminta buku-buku dan informasi lain untuk saya pelajari, tetapi tidak ditanggapi bahkan ada kesan menyembunyikan informasi, maka sumber lain akan saya gunakan dalam posting saya).

Mirza Ghulam menyatakan (Rangkuman dari Izala-e-Auham, Roohani Khazain, vol 3 pp.114-472):
Rasulullah Mohammed(pbuh) tidak memahami makna Surah AlZilzal.

Nabi-nabi lain juga telah membuat kesalahan dan berbohong. (Mirza mencoba mambuat justifikasi pernyataannya yang salah dan kenabiannya yang tidak terpenuhi – Author)

Wahyu yang diterima Hazrath Mohammad juga ternyata salah.

Wahyu-wahyu ternyata juga tidak memberitahu Hazrath Mohammad (pbuh) mengenai Ibne Maryam, Dajjal, Khare Dajjal, Yajoog Majoog (Yajuj dan Ma’juj) dan Daabatul Ardh.

Braheen-e-Ahmadiyya dinyatakan sebagai Kitabullah (the Book of God) dalam berbagai buku lainnya yang ditulis Ghulam misalnya: Roohani Khazain vol.22 p.502.

” ‘Inna Anzalnaahu Qariiban min alQadian wa bil Haq anzalnaahu. (Ing.) No doubt we have sent him (Mirza) near Qadian and with truth we have sent him’; (Ind.) Telah jelas bahwa kami telah mengirimkannya (Mirza) dekat Qadian dan dengan benar kami telah mengirimkannya ‘; . . . pernyataan wahyu yang telah diterbitkan dalam Braheene Ahmadiyyah ini telah jelas dan keras menyatakan bahwa nama Qadian telah disebut secara jelas dalam Quran atau Hadits sebagai pernyataan kenabian.”

(SETYA: Coba periksa ‘tenses’ yang sengaja dalam Quran dibuat past tense–dalam bahasa arab disebut madhi yang berarti suatu kejadian yang sudah lewat atau lampau pada waktu al Quran disampaikan/diwahyukan—Seandainya akar kata nazala tersebut dibuat untuk perkiraan, masa datang, atau masa kini, Allah akan mengatakan “Unazzilu” sebagai ganti “Anzalna”.)

(SETYA: Allah mewahyukan Qur’an dalam bahasa arab dengan akurasi yang luar biasa, seandainya ditulis dalam bahasa apapun, maka al Quran akan menjadi suatu maha karya yang luar biasa dalam hal akurasi maupun isinya–seperti halnya yang telah ditulis dalam bahasa Arab.)

Nama Mekah, Medinah dan Qadian disebutkan beturut-turut dalam Alquranul Karim.

Quran banyak mengandung kata-kata jorok. (Mirza mencoba menghalalkan bahasanya jorok yang digunakannya terhadap lawan-lawannya.)

Mirza Ghulam Ahamad mengklaim bahwa:

Ia adalah penjelmaan kedua dari Nabi Muhamad(pbuh) dan ia lebih baik dan superior dibandingkan kedatangannya yang pertama. (Roohani Khazain vol 16 pp.272)

Nabi Muhammad (pbuh) telah datang lagi kedunia ini sebagai Mirza Ghulam Ahmad untuk menyiarkan Islam.(Roohani Khazain vol.17 p.249)

Kaum Ahmadi tidak boleh membedakan antara Mirza G.A dengan Hazrat Muhammad sebab “Setiap orang yang memperbedakan aantara saya dengan Mustafa (pbuh) belum melihat saya dan tidak mengenal saya.” (Roohani Khazain vol 16 pp.171)

WAHYU Mirza mengatakan padanya: Muhammadarrosuulullah waladziina ma’ahu ashiddahuu ‘ala alkuffar rohmau bainahum’ dalam wahyu ini Allah telah menamakanku Muhammad dan Rasuulullah.” (Roohani Khazain vol 18 pp.207)

Orang yang telah menjadi anggota jemaat Mirza telah menjadi para SAHABAT Rasulullah. (Roohani Khazain vol 16 pp.258-259)

Oleh karena Mirza Ghulam Ahmad tidak lain adalah Nabi Muhammad SAW sendiri, maka apabila Seorang Ahmadi menyebutkan KALIMAH THOYYIBAH, dengan kata-kata Muhammadur Rasuulullah, berarti yang dimaksudkan adalah Mirza Ghulam Ahmad Qadiani.

Dari Mirza bin Chiragh Bibi terhadap Jesus bin Mary (Maryam):

Mirza Ghulam Ahmad adalah anak Chiragh Bibi namun ia mengklaim bahwa ia adalah Isa ibnu Maryam (Jesus anak Maria). Dikatakannya bahwa mula-mula Allah mengubahnya menjadi Maryam selama dua tahun. Setelah dua tahun, Tuhan membuatnya mengandung dengan meniupkan ruh Isa kedalamnya; ia tetap mengandung selama 10 bulan, setelah itu Tuahn mengubahnya lagi menjadi Isa. Inilah kejadian bagaimana ia menjadi Mayam juga Isa ibnu Maryam. (Rooahni Khazain vol 19 pp. 87-89)

[SETYA: Sangat nyleneh luar biasa]

Mirza Ghulam Ahmad mengklaim bahwa:

Ia adalah Masul Masih yakni ia memiliki sifat-sifat yang menyerupai Jesus anak Maria (Roohani Khazain vol 1 p. 593).

Hazrat Isa/Jesus (pbuh) adalah anak Yusuf Najjar (Roohani Khazain vol 3 pp. 254).

Hazrat Isa/Jesus telah mati dan tidak akan datang lagi. (Rooahni Khazain vol.3 p.402)

Jesus (Hazrat Isa) adalah pembohong besar, berkebiasaan mengeluarkan kata-kata jorok, tukang minum alkohol, gendut dan jahat, bukan orang beriman ataupun pencarikebenaran, ia adalah seorang yang sombong dan sok penting yang menklaim keabadian (Roohani Khazain vol 9 p.387, vol.11 p.289).

“Kenyataannya adalah bahwa Hazrat Isa tidak melakukan mukjizat apapun (Roohani Khazain vol 11 p. 290-291)

“Tiga orang nenek Isa adalah PEZINA dan PELACUR, asal muasal darah dan jasad Jesus >Hazrat Isa pernah gila karena penyakit ayan (epilepsi).(Roohani Khazain 11 p.291)
Seharusnya Isa tidak usah lahir kedunia ini….(Roohani Khazain vol 9 p. 417)

Saya lebih baik dari Isa bin Maryam…….(Roohani Khazain vol 1 p.593)

Saya memiliki sifat-sifat seperti Jesus……… hakekat saya dan Jesus begitu serupa seolah memiliki atom-atom yang sama atau dua biji dari pohon yang sama.” (Roohani Khazain vol.1 p.593)

Mirza pernah menyombongkan diri bahwa:

Quran adalah Kitabullah dan kata-katanya berasal dari mulut saya.” (Iklan tanggal 15 Maret 1897, Roohani Khazain vol 22 p. 87)

Aku percaya bahwa WAHYU-ku adalah sebagaimana dalam Al Quran dan Taurat (Roohani Khazain vol.17 p.454)

Dasar dari klaim kami bukanlah Quran dan Hadits dan WAHYU yang datang kepada kita. Ya, untuk mendukungnya kami juga mengutip Hadits-2 tersebut yang menurut Al Quran TIDAK BERTENTANGAN DENGAN WAHYU SAYA. SELEBIHNYA DARI HADITS-2 ITU, SAYA BUANG SEPERTI KERTAS-2 BEKAS.(Roohani Khazain vol 19 p.140)

Baitul Dzikr (Mesjid dekat Baitul Fikr, ruangan dimana Mirza Ghulam Ahmad biasa duduk dan menulis buku) adalah seperti Ka’bah al Haram, Wa man dakholahu kaan amina (dan siapapun yang memasukinya telah selamat).” (Roohani Khazain vol. 1 p.666-667)

Surah (17:1) dari Al Quran: ‘Segala puji bagi A;;ah yang telah mengambil Hambanya pada Malam Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, adalah riil dan penerapan leter lijk dari Masjid yang dibuat oleh ayah Mirza Ghulam Ahmad……(Kumpulan iklan vol.3 p.286)

[PS: Menurut Mirza Ghulam Ahmad, Quran adalah kata-2 yang keluar dari mulutnya, Masjidnya seperti Ka’bah al Haram dan Masjidil Aqsa ada di Qadian dan bukan di Jerusalem.}

Mirza mengumumkan:

“Saya adalah Adam, saya adalah Nuh, saya adalah Ibrahim (Abraham), saya adalah Ishak (Isaac), saya adalah Ja’kub (jacob), saya adalah Ismail, saya adalah Musa, saya adalah Jesus anak Maria, saya adalah Muhammad SAW …..(Roohani Khazain vol 22, p.521)

(SETYA: Ini tak kurang anehnya, orang waras tak akan mengatakan hal ini).
“Tuhan yang sebenarnya adalah yang telah mengirimkan rasulnya di Qadian.(Roohani Khazain vol.18 p.231)
(SETYA: Mirza mengklaim diri seorang RASUL)

Mirza mengumumkan bahwa:

“Kecuali Anak Pelacur, yang hatinya telah ditutup oleh Allah, orang-orang telah menerimaku dan mempercayai Kenabianku.” (Aina-e-Kamalate Islam, Roohani Khazain vol 5 p.547)

“. . . . . Yang tidak mempercayai Mirza Ghulam Ahmad Qadiani, tidak taat kepada Allah dan Rasul dan akan masuk neraka.” (Iklan oleh Mirza Ghulam Ahmad tanggal 25 Mei 1900)

Saya adalah “Benih yang tumbuh sendiri/tertanam secara mandiri” pada Pemerintah Inggris. “Pemerintah (Inggris) harus sungguh-sungguh menaruh perhatian pada BENIH YANG TUMBUH SENDIRI INI . . . . .harus menginstruksikan agar pejabat pejabatnya memperlakukan SAYA dan JAMAAH SAYA dengan sangat ramah dan berpihak pada kami. Keluarga kami tidak pernah ragu menumpahkan darah seperti Penguasa Inggris dan tidak berhenti menyerahkan jiwanya, demikian pula saat ini tidak pernah ragu.” (Roohani Khazain vol.13 p.350)

“Sejak kecil sampai sekarang setelah berumur 65 tahun, saya telah melakukan dengan pena dan lidah saya, tugas-tugas penting dalam mengubah hati umat Muslim kedalam cinta kasih & niat baik serta simpati terhadap Pemerintah Inggris dan melenyapkan ide dan semangat Jihad dari hati orang-orang (Islam) bodoh itu. ” (Kitab-ul-Bariyah, Roohani Khazain vol 13 p.350)

” . . . . Untuk Pemerintah Inggris, Saya telah menerbitkan dan membagikan 50,000 leaflet di negara ini (India) dan negara-negara Islam lainnya (melawan Jihad). . . . sebagai hasilnya, ratusan ribu orang telah menghentikan ide dan semangat Jihad yang kotor itu.” (Roohani Khazain vol 15 p.114)
Saudara/i sesama Islam!

Ini adalah kepercayaan dan keimanan sebenarnya dari Mirza Ghulam Ahmad Qadiani beserta Ahmadiyah/Jamaat Qadiani, namun propaganda-propagandanya akan selalu berusaha membuktikan bahwa mereka adalah umat Muslim Sunni. Ratusan ribu orang umat Muslim telah kehilangan keimanannya ditangan orang-orang Qadiani/Ahmadi karena tidak tahu banyak mengenai Mirza Ghulam atau Gerakan Ahmadiyah.

Penguasa-penguasa di sangat takut akan KEBANGKITAN ISLAM, serta SEMANGAT JIHAD dari kaum Muslimin. Mereka tahu bahwa dengan adanya MUSLIM YANG MEMELUK QADIANI/ AHMADI, berarti berkurang lagi satu umat Muslim. Tiap orang Ahmadi harus percaya bahwa JIHAD ADALAH HARAM. Dengan demikian Gerakan Ahmadiyyah Movement adalah agen Anti Kekuatan Islam dalam rangka membuang keimanan ummat atas nama Islam.

SEMOGA ALLAH MENJAGA IMAN SETIAP MUSLIM DARI GODAAN-GODAAN KEJAHATAN. AMIIN.

(SETYA: Saya akan menyampaikan hujah-hujah Mirza Ghulam Ahmad yang aneh, tidak masuk akal dan lucu yang lainya. Dari jawaban Sdr. Nadri kepada saya sebelumnya, banyak informasi yang disembunyikan. Bahkan Sdr. sengaja BERBOHONG dengan mengatakan sebaliknya dari beberapa hal yang saya tanyakan. Ada hal “nyleneh” yang dipercayai oleh ummat “Islam Mainstream” pada saat ini seperti halnya Mukjizat (Kejadian Luarbiasa atas Pertolongan Allah) yang terjadi pada Isa/Jesus. Namun dalam klaim Mirza, saya menemukan puluhan hal yang LUAR BIASA NYLENEHNYA yang diumumkannya lewat dari seratus tahun yang lampau. Kalau Sdr Nadri hendak jujur dan bermaksud menyampaikan Ahmadiah yang sebenarnya, janganlah ditutup-tutupi ajaran-ajannya. Apalagi dengan “menangkis dari sana-sini dan menembak kemana-mana” seperti telah saya sarankan. Sdr menyerang kepercayaan sifatnya masih “khilafiah”/diperdebatkan, namun dalam hal lain kepercayaan yang anda anut jauh lebih banyak menimbulkan perdebatan. Mudah-mudahan Allah memberi petunjuk kepada Sdr dan kita semua. Amiin).

BAHAN DIKIRIM OLEH SEORANG NETTER YANG DIAMBIL DARI TULISAN:
Dr Syed Rashid Ali
P O BOX 11560
DIBBA al-FUJAIRAH
UNITED ARAB EMIRATES
T.No. (9719) 444022 FAX (9719) 442846

(http://alhafeez.org/rashid/indonesia2.htm)
http://mataatthilbab.blogspot.com/

.

Diambil dari sumber (diskusi)yang lain,
http://forum.nu.or.id/viewtopic.php?f=4&t=17

Pada 15 Januari 2008 lalu, hanya berbekal 12 pernyataan dari pihak Ahmadiyah Rapat Badan Koordinasi Pengkaji Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakor Pakem) pusat menyatakan tidak melarang Ahmadiyah, dan memberi kesempatan 3 bulan kepada Ahmadiyah untuk membuktikan pernyataannya bahwa ajarannya sama dengan Islam. Padahal, aliran ini sudah dipandang sesat oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI) sejak tahun 1974. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun telah melarangnya sejak 1980, yang ditegaskan kembali pada 2005. Keputusan Bakor Pakem tersebut sudah terbaca dari awal. Sebab, jauh hari sebelumnya (7/1/2008), Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel), Wisnu Subroto, mengatakan: ’Pemerintah tidak setuju Ahmadiyah dibubarkan/ dilarang’. Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Fatwa MUI KH Ma’ruf Amin mengatakan bahwa 12 pernyataan yang dibuat oleh Ahmadiyah hanyalah retorika, dan fatwa MUI tentang kesesatan Ahmadiyah tetap berlaku.


Mencermati Pernyataan Ahmadiyah

Ajarannya Ahmadiyah tertulis dalam berbagai bukunya. Lalu, apakah 12 pernyataan yang disampaikan itu dapat menggambarkan hakikat ajaran Ahmadiyah sesungguhnya? Apakah pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang ada didalam buku-buku mereka? Karenanya, penting mencermati isi pernyataan tersebut, khususnya yang sangat substansial.

Ahmadiyah mengakui Muhammad SAW sebagai Rasulullah (butir 1). Namun, penting dicatat bahwa sekalipun mereka mengakui Muhammad SAW sebagai Rasul namun didalam ‘kitab suci’ mereka (Tadzkirah) diserukan bahwa yang harus diikuti adalah Mirza Ghulam Ahmad; yang diutus sebagai Rasul dengan membawa agama kebenaran dan dimenangkan diatas semua agama adalah Mirza Ghulam Ahmad; yang menjadi ‘al mukhothob’ (yang diseru) dalam ayat-ayat al-Quran yang dimasukkan kedalam Tadzkirah adalah Mirza (Haqiqatul Wahyi, hal. 71 dan kandungan umum Tadzkirah).

Butir ke-2 pernyataan itu menyebutkan bahwa Muhammad Rasulullah adalah khatamun nabiyin (nabi penutup). Tetapi, keyakinan yang lengkap terdapat didalam buku resmi mereka: ‘Nabi Muhammad merupakan nabi penutup yang membawa syariat, tetapi bukan penutup nabi-nabi yang tidak membawa syariat. Jadi, tetap terbuka diutusnya nabi setelah Nabi Muhammad’ (Ahmadiyah, Apa dan Mengapa. Syafi’i R. Batuah. Cetakan XVIII. Peberbitan Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1986, hal. 7) dan khatamun nabiyyin yang mereka yakini artinya nabi yang paling sempurna, cincin para nabi (Tiga Masalah Penting, H. Mahmud Ahmad Chema, H. A. Penerbit Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1987, hal. 25-26). Bahkan, dalam terjemahan bahasa Inggris buku Tadzkirah (tahun 2006) yang dikeluarkan Pimpinan Pusat Ahmadiyah di London kata khatam dalam ‘khathamun nabiyyin’ dimaknai dengan seal (segel, materei) bukan penutup. Jadi, butir ke-2 ini hanya mengungkapkan sepotong dari keyakinan sebenarnya. bersambung

Butir 3 menyatakan ‘Diantara keyakinan kami bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang guru, mursyid, pembawa berita dan peringatan serta pengemban mubasysyirat, … ‘. Butir ini menyatakan ‘diantara keyakinan kami’. Ada keyakinan mereka yang tidak disebutkan di butir pernyataan ini, yaitu Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi mereka. Di dalam Tadzkirah antara lain dinyatakan, “Dialah Tuhan yang mengutus rasulNya, Mirza Ghulam Ahmad, dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya atas semua agama (Tadzkirah, hal. 621). Dalam Kata Pengantar Tadzkirah edisi Inggris disebutkan:

‘Mirza Ghulam Ahmad affirmed that his claim to prophethood, as explained by him, was in accord with the Holy Quran and the true Hadits’ [Mirza Ghulam Ahmad menegaskan bahwa klaimnya terhadap kenabian, seperti yang ia jelaskan, sesuai dengan petunjuk al-Quran dan hadits shahih] (Tadzkirah, edisi Inggris, Pimpinan Pusat Ahmadiyah London, 2006, hal. 7).

Butir 5 menyatakan ‘ … tidak ada wahyu syariat setelah al-Quranul Karim …’. Disini hanya disebut ‘wahyu syariat’ karena memang mereka meyakini Mirza tidak membawa syariat baru. Namun, buku Ahmadiyah tetap menyebutkan tentang keyakinan ada wahyu selain ‘wahyu syariat’ yang turun kepada Mirza (Kami Orang Islam, PB Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1984, hal. 22). Bahkan, banyak teks dalam buku Tadzkirah yang menyatakan bahwa wahyu diturunkan kepada Mirza Ghulam Ahmad (Tadzkirah: 519, 637; Haqiqatul Wahyi: 88; Al-istifta`: 83).

“Buku Tadzkirah bukanlah kitab suci Ahmadiyah, melainkan catatan pengalaman rohani Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad …” (butir 6). Tapi, nama lengkap buku itu adalah:
تَذْكِرَةُ يَعْنِى وَحْيٌ مُقَدَّسٌ رُؤْيَا وَ كُشُوْفَ حَضْرَتِ مَسِيْح مَوْعُوْدِ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ
(Tadzkirah, yakni wahyu suci, mimpi, kasyaf Hadhrat al-Masih yang dijanjikan/masih maw’ud atasnya shalawat dan salam).

Bahkan dalam ayat-ayat dalam Tadzkirah bertebaran perkataan yang diawali ‘menurut wahyu’, baik dalam bahasa Urdu, Persia, atau Arab. Mirza sendiri mengakui wahyu pertama yang turun adalah ‘Yah, Ahmad, barokallohu fika’ (Wahai, Ahmad, Allah telah memberikan berkah kepadamu) dan Allah SWT berbicara langsung dengan Mirza (Tadzkirah: 43-70).

Pada satu sisi, ajaran seperti ini disebut oleh Rasulullah saw. sebagai dusta. Pada masa Nabi Muhammad saw. ada seseorang yang bernama Musailamah yang mengaku Nabi. Kemudian Rasulullah saw. berkhutbah:
أَمَّا بَعْدُ فَفِي شَأْنِ هَذَا الرَّجُلِ الَّذِي قَدْ أَكْثَرْتُمْ فِيهِ وَإِنَّهُ كَذَّابٌ مِنْ ثَلاَثِينَ كَذَّابًا يَخْرُجُونَ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ

Amma ba‘du. Terkait dengan laki-laki yang banyak kalian bicarakan itu, sesungguhnya dia itu pendusta besar (kadzdzâb); salah satu dari tiga puluh pendusta yang akan datang sebelum Hari Kiamat. (HR al-Bukhari dan Ahmad).

Suatu waktu, Musailamah al-Kadzdzâb mengirim surat kepada Nabi Muhammad saw. yang disampaikan oleh dua utusannya. Rasul saw. bertanya kepada keduanya, “Apakah kalian bersaksi bahwa aku adalah Rasulullah?” Mereka menjawab, “Kami bersaksi bahwa Musailamah adalah Rasulullah.” Rasulullah Muhammad saw. pun berkata, “Kalau saja aku dibolehkan membunuh utusan, niscaya aku akan memenggal leher kalian berdua.” (HR Ahmad).

Pada sisi lain, terdapat perbedaan sangat prinsip antara isi pernyataan dengan apa yang tertulis dalam buku-buku mereka. Jadi, kaum Muslim sejatinya waspada dan tidak mudah untuk menerima penjelasan yang hanya 12 butir lagi singkat tersebut.

Aspek Politis

Inggris memiliki peran strategis membidani lahirnya Ahmadiyah. Sejak awal kelahirannya, aliran ini sesungguhnya bermotif untuk menangkal semangat jihad di tubuh kaum Muslim dalam melawan Inggris saat itu (Maryam Jameelah, Islam and Modernism, 1968, Lahore-Mohammad Yusuf Khan, hlm. 54).

Pada tahun 1876 M Mirza Ghulam Ahmad mengaku pertama kali menerima wahyu. Pada 1889 M, di India, Mirza menobatkan dirinya sebagai nabi dan rasul sekaligus sebagai al-Masih al-Maw‘ûd (al-Masih yang Dijanjikan). Pada masa tersebut, India sedang diduduki Inggris. Pada saat yang sama, Inggris dan Prancis sedang gigih untuk menghancurkan Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki. Pada tahun 1865 Menteri Luar Negeri Inggris Lord Clardon mengatakan, “Sesungguhnya satu-satunya jalan untuk melakukan reformasi pemerintahan Utsmani adalah dengan memusnahkannya dari muka bumi secara keseluruhan” (Ismail Yagha, Ad-Dawlah al-Utsmaniyyah, hlm. 159).

Dalam kondisi seperti itulah, pada 1889 M lahir Ahmadiyah di India. Gerakan ini tumbuh dan berkembang berkat rencana penjajah Inggris di India. Mirza telah menghapuskan kewajiban jihad demi bangsa-bangsa kafir. Dia sangat memuji orang-orang Inggris dan menyerukan para pengikutnya untuk membantu penjajah Inggris di manapun mereka berada (Utsman Abdul Mun‘im, ‘Aqîdât Khatam an-Nubuwwah, hlm. 209).

Ahmadiyah bahkan mengklaim Kekhalifahan. Makna ‘Khilâfah ‘ala Minhâj an-Nubuwwah (HR Ahmad) diyakini sebagai Khilafah Ahmadiyah. “Bagian akhir dari hadis di atas merujuk pada kedatangan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Al-Masih al-Maw‘ûd dan Mahdi as. Sesudah itu adalah awal era baru Khilafat. Peristiwa ini terjadi pada 27 Mei 1908 ketika orang-orang yang beriman secara sepenuh hati mengadakan sumpah setia di tangan Hadhrat Maulana Nuruddin r.a., seorang keturunan dari Hadhrat Umar bin Khaththab ra. Kejayaan masa depan Islam kini terikat pada Khilafat Ahmadiyah.” (Kebangkitan Khilafat Islam, Luthfur Rahman Mahmud–USA, Makalah 27/8/2006, dimuat dalam situs resmi Ahmadiyah Indonesia).

Berdasarkan realitas tadi, sadar atau tidak, Ahmadiyah merupakan gerakan untuk membelokkan hakikat Khilafah Islamiyah sesuai dengan arah politik Inggris.

.

wallahu a’lam.