Diusir dari Rumah Dinas
Berita ini adalah masalah klasik. Tidak hanya TNI AU saja yg mengalami. Hampir semua PNS, TNI, Polri (dll) mengalami masalah yg sama. Tidakkah mereka mempersiapkan hari tua-nya baik-baik?
Pendapat saya ni pasti tak populer bagi kalangan tertentu. Seorang pegawai (PNS, TNI, Polri) akan diberi rumah dinas, hanya ketika masih berdinas. Dia harus sadar bahwa itu bukan rumahnya. Mereka harus pindah ketika tak berdinas lagi. Rumah dinas adalah milik negara. Tidak pantaslah yang menempati merasa berhak seumur hidup.
Lahan rumah dinas itu terbatas. Dan rumah itu dibutuhkan pegawai yuniornya yang masih berdinas. Mereka pun butuh tempat tinggal. Jika para pensiunan (yg sdh tak berdinas lagi) kukuh tinggal di sana selamanya .. dengan alasan jasa2nya .. pastilah menyusahkan pegawai aktif.
JIka alasannya adalah ekonomi, maka sebenarnya sama saja. Bahkan pegawai aktif pastilah belum semapan ekonomi dari pada yg sudah lama berdinas. Sudah seharusnya orang-orang yang menempati rumah dinas menabung sejak masih aktif untuk mempersiapkan masa pensiunnya.
Di daerah kami sekarang, ada sistem yg bagus berkenaan dengan masalah rumah dinas ini. Di sini tak ada istilah rumah dinas gratis. Yang ada adalah apartemen (dan kompleks perumahan) milik perusahaan (atau negara) yang disewakan. Khusus untuk pegawai maka ada discount/ subsidi untuk sewa apartemen/ rumah itu yg menjadikannya sangat murah. Namun semuanya harus bayar. Ketika pegawai itu berhenti (pensiun) maka hak subsidi-nya terhapus. Maka dia harus membayar dengan harga normal.
Mungkin sistem ini baik diterapkan. Agar orang juga sadar bahwa rumah yg ditempatinya itu sama sekali bukan rumahnya.
Kamis, 31/07/2008 13:32 WIB
Diusir dari Rumah Dinas, Keluarga Purnawirawan TNI AU Demo
Didit Tri Kertapati – detikNews
(Foto: Didit Tri K/Detikcom)
Jakarta – Diusir dari rumah dinas, sekitar 80 purnawirawan TNI AU dan keluarganya berdemonstrasi di Kompleks Dwikora, Cilangkap, Depok. Mereka menolak pengusiran dari rumah dinas itu.
Pantauan detikcom, di Kompleks TNI AU Dwikora, Cilangkap, Depok, Kamis (30/7/2008), pukul 12.00 WIB, mereka berkumpul di lapangan kompleks itu. Mereka kemudian mengitari lapangan berukuran 60 x 30 meter persegi itu, dengan menyanyikan lagu-lagu perjuangan seperti ‘Maju Tak Gentar’.
Setelah mengitari lapangan, mereka menuju gerbang kompleks ke arah Jalan Raya Cimanggis, Depok. Dengan menggelar spanduk dan beberapa poster bertuliskan, ‘Dulu kami pejuang, sekarang kami dibuang’, dan ‘Hukum tidak boleh kalah dengan kekuasaan’, mereka kembali menyanyikan lagu-lagu perjuangan dan berorasi.
“Dulu, orang tua kita adalah pejuang! Sekarang kita diusir! Tolak pengosongan!” Ujar salah satu orator Ade Elsye sambil menangis.
“Tolak! Tolak!” sahut warga lainnya.
Menurut salah satu warga dan istri salah satu purnawirawan Hj Rasyid, mereka akan diusir dari rumah dinas oleh anggota TNI AU yang aktif. Dia juga mengatakan tidak tahu alasan mereka diusir.
“Ya hampir semua purnawiraan, hanya sedikit yang masih dinas,” kata Hj Rasyid.
Sementara Ketua RW 06 Cilangkap Syarki Puteh, mengatakan warganya tidak diajak berembuk untuk dipindahkan.
“Kita di sini mempertahankan rumah kita. Tanpa pernah diajak bicara, tanpa tedeng aling-aling, tahu-tahu yang berbicara adalah lembaran kertas yang mengusir kita,” tukas Syarki melalui pengeras suara.
Warga, imbuh dia, tetap bertahan terhadap pengusiran yang rencananya dilakukan hari ini. Demo itu bubar sekitar pukul 12.40 WIB.
(nwk/iy)
.
Sumber: http://www.detiknews.com/
Bapak Orgawam yang terhormat …
terima kasih atas komentarnya … mungkin bapak tidak merasakan … bagaimana perjuangan seorang TNI-AU … Bapak tau seberapa besar gaji seorang TNI-AU??? Apa yang mau ditabung jika saat itu tidak pernah ada sisa dari gaji yang diterima ??
Orang tua saya … menguliahkan saya dengan susah payah … agar kelak anaknya tidak disia-siakan oleh negara seperti orang tuanya sekarang?
Bukan jasa yang selalu orang tua kami agung2kan tapi lebih dari hati nurani pak. Jika untuk hidup sehari-hari saja sudah sulit, bagaimana bisa menabung untuk membeli rumah?
apa iya kami harus korupsi? nauzubillah min zalik … biar kami miskin … tapi kami masih punya nurani pak. haram hukumnya bagi kami untuk korupsi …
FYI aja pak … komplek halim perdana kusuma yang dekat dengan markas saja banyak yang kosong … masih bisa untuk menampung junior2 orang tua kami …
aaaaaah … orang hanya bisa melihat kami serakah … padahal rumah yang kami tempati tidaklah gratis; jika memang benar rumah dinas, segala sesuatu harus ditanggung bukan? tapi kami, PBB kami bayar, listrik kami bayar, PAM kami bayar; bahkan rumah yang kami tempati pun jika rusak, TNI-AU tidak pernah peduli, dan tidak mau tahu …
jadi … masih layak kah kami diusir ? Negara menjamin kami untuk memiliki rumah dinas … semua ada di dalam Undang-Undang, namun pelaksanaannya saja yang masih blur.
–> Terima kasih tanggapannya. Kita melihat dari sisi yg berbeda. Anda lihat dari sisi pensiunan, saya melihat dari sisi junior. Jika yg senior/ pensiunan pun tak bisa menabung, apa lagi junior-nya .. mereka dari korps yg sama, dgn perjuangan yg sama, gaji yang sama .. bahkan harus ditambah kontrak rumah sendiri karena rumah dinasnya tidak bisa ditempati. Berapa beaya kontrak rumah yg harus dikeluarkan, n bea transport yang lebih jauh (mungkin) … pertanyaan yg sama, apakah mereka ini hrs korupsi juga?
Saya tetap bersimpati thd para pensiun .. mmg berat .. apalagi gaji yg kecil. Namun janganlah hal ini dijadikan alasan pembenaran untuk melakukan sesuatu yg tak benar.
Maaf kalau tak berkenan. Maaf kalau ada salah. Wallahu a’lam.
Assalamualaikum Pak sekedar menanggapi kalimat bapak “Namun janganlah hal ini dijadikan alasan pembenaran untuk melakukan sesuatu yang tak benar”
Kami warga Dwikora, menggugat TNI-AU atas tanah yang mereka klaim sebagai milik TNI-AU.
Saya copy & paste dari artikel Republika Online: http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/09/02/18/32034-pasukan-tni-au-duduki-kompleks-dwikora
Namun, TNI AU tidak memberikan jawaban pasti atas gugatan warga itu. Maka, hampir lebih dari 30 tahun mereka memperjuangkan status perumahan tersebut. Statusnya pun makin menguat mengantongi surat hibah dan atas persetujuan tiga ahli waris keluarga WL Gerald Tugo Fiber, selaku pemilik tanah Dwikora, dalam pertemuan September 2008. lalu, ditetapkan dalam surat dari Pengadilan Negeri Cianjur No 35/PDT-P/2008/PNCJ.
Dengan surat yang tercatat dalam EigendomVerponding No. 74, perumahan yang berdiri di tanah seluas 228.400 M2 itu resmi menjadi milik warga. Sedangkan, surat tanah yang dipegang oleh TNI AU sejak tahun 1999 dianggap tidak sah karena pemilik tanah tidak pernah memberikan suratnya kepada siapapun.
Dan sampai sekarang masih berjalan sidang, belum ada keputusan apa pun. Yang kami inginkan selama proses hukum berjalan, mari sama-sama menghormati proses hukum itu sendiri. Tapi mereka, seperti mencari celah. Dengan mendatangi rumah dan minta untuk segera melakukan pengosongan.
Belum lagi jika kami para penghuni lama pulang lewat dari pukul 22:00 WIB, portal di depan pos penjagaan lama dibukanya. Lalu kami diminta meninggalkan KTP. Buat apa semua ini? ini modus agar kami tidak betah tinggal di perumahan itu.
Jika kalaupun kami kalah … kami akan keluar dengan legowo.
Jadi gak usahlah TNI AU itu bertindak arogan. Dan yang ada di perumahan hanyalah boneka-boneka dari pimpinan mereka.
kenapa negara harus dibenturkan dengan realita peliknya kehidupan? Jika negara benar-benar amanat dalam mengatur kemakmuran rakyatnya,maka keributan bisa diminimalisir. Jasa para pahlawan harusnya dibayar selayak mungkin. Karena nyawa taruhannya! Aturlah pemukiman yang layak dan sesuai dengan kebutuhan masing2 angkata (Pahlawan dan calon Pahlawan)Insya Allah aman sentosa negeri ini. AMIN…! G nyambug kali ya…… hehehe… 🙂
Saya seorang PNS juga, mohon maaf bukan berarti ingin menggurui, namun saya hanya ingin sharing pengalaman saja. Pas awal bekerja dengan penghasilan yang harus disyukuri namun pas-pasan (pas butuh pas ada), saya berusaha untuk menghemat sana-sini.
Akhirnya saya sambil berangkat menuju kereta api saya berfikir untuk mencoba merubah pola pikir, dari pada menghemat sana-sini dan setiap keluar rumah keluar duit, bagaimana ya kalo setiap keluar rumah ada harapan dapat duit (yang halal lho pak). Ya secepat kilat saya langsung merealisasikan niat saya, rencana awal saya mau jualan gorengan, keknya uang mengalir terus tuh… tapi capek juga pulang kerja jualan gorengan.
Waktu itu masih bujang, jadi tidak terlalu berfikir beban kerluarga yang banyak. Realisasi gorengan tidak terjadi, tapi saya menjual produk yang digoreng juga, yaitu kripik sledri yang pernah diajarkan kakak waktu lebaran, walau cowok bisa masak juga lho…
Sejak itu, alhamdulillah penghasilan tambahan menjadi daya tarik tersendiri, walaupun waktu itu jumlahnya tidak terlalu banyak, dah alhamdulillah juga saat ini Allah telah karuniakan tempat tinggal yang layak untuk seorang pegawai negeri yang sebagian saya peroleh dari hasil jualan terutama saat ini jualan di internet seperti buku, blackberry, informasi laptop, dll
Salam dahsyat
hartono (rajawali_cheasindo@yahoo.com)