NU Jatim Pecah

Gara-gara Pilkada Gubernur di Jawa Timur, NU di ambang pecah. Memang Jatim adalah basis NU terbesar. Dan calon-calon Gub/Wagub itu adalah kader NU. Namun tampaknya organisasi (yg katanya) terbesar di Indonesia ini tak (pernah) dewasa dalam berpolitik .. anut grubyug. Mudah sekali diombang-ambingkan.

Apa lagi calon-calon yang kader NU itu ternyata adalah para petualang politik. Kofifah yg dulu dari PKB, sekr menyeberang ke PPP. Apa lagi gus Ipul .. tak usah lagi disebut .. berapa kali dia menyeberang parpol. Sampai dijuluki sebagai kutu loncat. Itu pun dia masih mencengkeram GP Anshor yg entah sejak kapan digenggamnya. Bahkan salah seorang ketua cabangnya tertangkap korupsi di bawah kepemimpinannya. Sekarang dia mengusung PKS hanya untuk jadi wakil gubernur.

Memprihatinkan .. PB, PW, PC-PC NU, dan organisasi-organisasi underbouw (IPNU, Muslimat, dll .. untuk Anshor, itu jelas pasti) hanya dijadikan alat untuk kampanye. Tergantung pesanan atasan. Setelah pilkada nanti, yang tersisa pastilah hanya rasa permusuhan di antara pengurus .. dan di antara massa. Jagonya kalah rek. Setelah itu … yang ada adalah perpecahan. Tampaknya para petinggi NU (dan underbouw-nya) tak menyadari ini, atau menyadari tapi tidak peduli …  karena godaan kekuasaan yg begitu besar.

Udah lah gus, udahlah mbah kyai .. ga usah ikut2an kampanye.

.

Bibit Perpecahan NU di Jatim Mulai Terasakan?
Minggu, 10 Agustus 2008 – 20:13 wib

KEDIRI – Bibit perpecahan di tubuh Nahdlatul Ulama (NU) atas pencalonan Syaifullah Yusuf dan Khofifah Indar Parawangsa mulai muncul. Sejumlah Pengurus Cabang (PC) NU di Jatim yang menolak instruksi Ketua Umum Hasyim Muzadi untuk mendukung Kaji mulai melakukan perlawanan.

Bertempat di kediaman Pengasuh Ponpes Lirboyo Kediri KH Idris Marzuki, sejumlah PCNU dari berbagai daerah melakukan konsolidasi untuk memenangkan Karsa. Pertemuan tertutup yang diikuti belasan PCNU itu membahas instruksi Hasyim Muzadi yang dinilai menyimpang dari aturan organisasi dan memicu terjadinya perpecahan.

Ketua PCNU Surabaya Syaiful Muslim yang hadir dalam konsolidasi itu mengatakan sudah bukan saatnya lagi Hasyim Muzadi memanfaatkan posisinya untuk mengarahkan sikap politik Nahdliyin. Sebagai organisasi nonpolitik, seharusnya Hasyim tidak memberikan rekomendasi politik atas calon gubernur yang didukung.

“Tidak seharusnya Pak Hasyim bersikap demikian. Sikap ini akan memicu perpecahan di kalangan NU sendiri,” ujarnya.

Jika sikap tersebut terus-menerus dilakukan oleh Hasyim, Syaiful khawatir hal itu akan mempengaruhi kepercayaan umat kepada pimpinan. Risiko inilah yang menurutnya jauh lebih mahal daripada sebuah kepentingan pilgub. Hal inilah yang menurut Syaiful tengah terjadi di kalangan NU. Sejumlah PCNU dan warga mulai menyatakan prihatin atas pola kepemimpinan Hasyim yang sama sekali tidak demokratis dalam membawa organisasi.

Karena itulah ia bersama sejumlah PCNU di Jatim seperti Pamekasan, Bondowoso, Malang, dan lainnya berusaha meminta pendapat dari KH Idris Marzuki selaku jajaran Syuriah NU dan representasi kiai sepuh. Dia dan pengurus NU lainnya juga meminta pandangan KH Idris Marzuki tentang calon gubernur yang akan didukung.

Hal senada disampaikan Sekretaris Jenderal Pagar Nusa Mujtahidurridhlo. Dia berpendapat sikap Hasyim Muzadi sangat tidak pantas dilakukan oleh Ketua Umum NU. Seharusnya lembaga itu bisa mengayomi kedua pihak sebagai kader NU. Jika memang secara organisatoris Hasyim menggunakan jabatannya untuk memenangkan Kaji, Mujtahidurridhlo juga tidak akan segan untuk memobilisir seluruh anggota Pagar Nusa di Jatim untuk memenangkan Karsa.

“Saya sangat kecewa dengan sikap Pak Hasyim yang seperti ini. Biar Ketua NU melawan Sekjen Pagar Nusa,” ancamnya.

Sementara itu Syaifullah Yusuf mengaku datang ke Lirboyo atas permintaan KH Idris Marzuki. Dia diminta mengklarifikasi sejumlah isu tentang kedekatannya dengan Muhammadiyah kepada PCNU yang hadir. Selain itu, dia juga mengaku telah menerima dukungan tertulis dari sejumlah kiai sepuh dan ponpes di Kediri atas pilgub putaran kedua ini.

“Saya sangat berterima kasih atas dukungan terbuka yang disampaikan Pondok Ploso, Lirboyo, dan Sidogiri. Ini menunjukkan kepercayaan kiai sepuh kepada Karsa masih kuat,” terangnya.

Menariknya, selain dihadiri oleh perwakilan PCNU di Jatim, konsolidasi tersebut juga dihadiri oleh putra Ali Maschan Moesa Achmad Syaukhi. Meski enggan memberikan komentar atas kedatangannya tersebut, dia mengaku mewakili ayahnya untuk menghadiri pertemuan itu. (Hari Tri Wasono/Sindo/mbs)

.

Sumber: http://pilkada.okezone.com/