Ziarah Kubur ke Makam Ulama
Masih dalam rangka sya’ban, berikut kami sampaikan artikel tentang ziarah kuburnya para ulama, dan ziarah kubur ke makam para ulama.

ilustrasi
Para salaf al-soleh pun ziarah ke kubur wali-wali Allah untuk ditunaikan hajat. Di antaranya :
1. Imam al Harabi- Sahabat Imam Ahmad, berkata “Kubur Ma’ruf al Karkhi al tiryaq yang mujarrab ( makbul bila berdoa disitu). Ibnu al Jawzi telah meriwayatkan cerita ini didalam Shifah al shofwah, al Zahabi juga meriwayatkannya didalam Siyar al A’lam Nubala.
2. Kubur Imam Harabi sendiripun makbul juga – diriwayatkan dalam Shifah al shofwah juga.
3.Manusia berdoa diturunkan hujan dikubur Abu Ayyub al Anshori- al Hilyah, Shifah al Shofwah, Siyar a’lam Nubala.
4. Al Daruquthni- Adalah kami bertabaruk di kubur Abi al fath al Qawsyi.
5.Imam Shafie r.a – Beliau ketika datang ke Baghdad beliau ziarah ke Pusara Imam Abi Hanifah , bertawassul dengannya agar ditunaikan hajat2 .- Khairat al Hissan fi manaqib al Nukman, Ibnu A’sakir juga telah meriwayatkan kisah Imam Shafie ini didalam Tarikh Baghdad dengan sanadnya .
6. Qadhi Al- Syarif Abi Ali al Hasyimi – menceritakan oleh Abu Muhammad al Tamimi-(merupakan guru Qadhi Ibnu Abi Yo’la) = “Daku telah menziarahi Kubur Imam Ahmad , sebab menemankan Al-Qadhi al- Syarif Abi Ali, Maka daku melihat beliau mencium ujung kaki kubur imam Ahmad?. Maka daku bertanya : Ada ke Athar (tentang perbuatan ini)??.. Maka beliau berkata: Imam Ahmad ni seorang yang besar ertinya buat diriku, daku tiada sangkaan bahwa Allah akan menyeksaku dengan sebab buat begini”. Kisah ini diriwayatkan oleh al Qodhi Abi Yo’la dalam kitab Thabaqot al Hanabilah – fi tarjamah mufti al Hanabilah fi Baghdad al Qaodhi al Syarif Abi Ali al Hasyimi – salah seorang perawi akidah Imam Ahmad.-
7.
أنهم قحطوا فجاء رجل الى قبر النبى صلى الله عليه وسلم وقال يا محمد استسق لأمتك فانهم قد هلكوا
“Bahawa mereka ditimpa kemarau, maka datang seorang lelaki kekubur Nabi s.a.w berkata: Ya Muhammad, turunkan hujan kepada umatmu sebab mereka sungguhnya telah binasa”
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dlm Musannaf 12/13-33 , al Bukhari dalam Tarikh 7/304, al Hafiz Abu Yo’la dalam al Irsyad 23, al Baihaqi dalam dalilu an Nubuwwah 7/47, Al Hafiz Ibnu Hajar dalam fathul baari 2/495 berkata: Isnadnya Sahih, Ibnu katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah 7/105 dan dalam Tafsir beliau 1/91 berkata: Isnadnya Sahih.
.
Sumber: http://pondoktampin.blogspot.com/
.
Dari sumber yang laen,
1- Imam Ibn Idris as-Syafi’i sendiri permnah menyatakan: “Sesungguhnya aku telah bertabarruk dari Abu Hanifah (pendiri mazhab Hanafi .red) dan mendatangi kuburannya setiap hari. Jika aku memiliki hajat maka aku melakukan shalat dua rakaat dan lantas endatangi kuburannya dan meminta kepada Allah untuk mengabulkan doaku di sisi (kuburan)-nya. Maka tidak lama kemudian akan dikabulkan” (Lihat: Kitab Tarikh Baghdad jilid 1 halaman 123 dalam bab mengenai kuburan-kuburan yang berada di Baghdad)
2- As-Samhudi yang bermazhab Syafi’i menyatakan; “Terkadang orang bertawassul kepadanya (Nabi SAW .red) dengan meminta pertolongan berkaitan suatu perkara. Hal itu memberikan arti bahwa Rasul memiliki kemampuan untuk memenuhi permintaan dan memberikan syafaatnya kepada Tuhannya. Maka hal itu kembali kepada permohonan doanya. Walaupun terdapat perbedaan dari segi pengibaratannya. Kadangkala seseorang meminta; aku memohon kepadamu (wahai Rasul .red) untuk dapat menemanimu di sorga…tiada yang dikehendakinya malainkan bahwa Nabi SAW menjadi sebab dan pemberi syafaat” (Lihat: Kitab Wafa’ al-Wafa’ bi Akhbar Daarul Mustafa karya as-Samhudi Jilid 2 halaman 1374)
3- As-Syaukani az-Zaidi pernah menyatakan akan legalitas tawassul dalam kitab karyanya yang berjudul “Tuhfatudz Dzakiriin” dengan mengatakan: “Dan bertawassul kepada Allah melalui para nabi dan manusia saleh”. (Lihat: Kitab Tuhfatudz Dzakiriin halaman 37)
4- Abu Ali al-Khalal salah seorang tokoh mazhab Hambali pernah menyatakan: “Tiada perkara yang membuatku gunda kecuali aku pergi ke kuburan Musa bin Jakfar (salah seorang cucu Rasulullah yang dianggap salah seorang Imam oleh Syiah .Red) dan aku bertawasul kepadanya melainkan Allah akan memudahkannya bagiku sebagaimana yang kukehendaki” (Lihat: Kitab Tarikh Baghdad jilid 1 halaman 120 dalam bab kuburan-kuburan yang berada di Baghdad).
———-
4- Ad-Darami meriwayatkan: Penghuni Madinah mengalami paceklik yang sangat parah. Lantas mereka mengadu kepada Aisyah (ummul Mukminin). Lantas Aisyah mengatakan: “Lihatlah pusara Nabi! Jadikanlah ia (kuburan) sebagai penghubung menuju langit sehingga tidak ada lagi penghalang dengan langit. Lantas ia (perawi) mengatakan: Kemudian mereka (penduduk Madinah) melakukannya, kemudian turunlah hujan yang banyak hingga tumbulah rerumputan dan gemuklah onta-onta dipenuhi dengan lemak. Maka saat itu disebut dengan tahun “al-fatq” (sejahtera)”. (Lihat: Kitab “Sunan ad-Darami” 1/56)
5- Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang sahih. Dari riwayat Abu Salih as-Saman dari Malik ad-Dar –seorang bendahara Umar- yang berkata: Masyarakat mengalami paceklik pada zaman (kekhalifahan) Umar. Lantas seseorang datang ke makam Nabi seraya berkata: Ya Rasulullah mintakan hujan untuk umatmu, karena mereka hendak binasa. Kemudian datanglah seseorang dimimpi tidurnya dan berkata kepadanya: Datangilah Umar! Saif juga meriwayatkan hal tersebut dalam kitab al-Futuh; Sesungguhnya lelaki yang bermimpi tadi adalah Bilal bin al-Harits al-Muzni, salah seorang sahabat. (Lihat: Kitab “Fathul Bari” 2/577)
6- Dalam sebuah riwayat panjang tentang kisah Usman bin Hunaif (salah seorang sahabat mulia Rasul) yang disebutkan oleh at-Tabrani dari Abi Umamah bin Sahal bin Hunaif yang bersumber dari pamannya, Usman bin Hunaif. Disebutkan bahwa, suatu saat seorang lelaki telah beberapa kali mendatangi khalifah Usman bin Affan agar memenuhi hajatnya. Saat itu, Usman tidak menanggapi kedatangannya dan tidak pula memperhatikan hajatnya. Kemusian lelaki itu pergi dan ditengah jalan bertemu Usman bin Hunaif dan mengeluhkan hal yang dihadapinya kepadanya. Mendengar hal itu lantas Usman bin Hunaif mengatakan kepadanya: Ambillah bejana dan berwudhulah. Kemudian pergilah ke masjid (Nabi) dan shalatlah dua rakaat. Seusainya maka katakanlah:
“ا
للهم إني أسألك و أتوجه إليك بنبينا محمد نبي الرحمة يا محمد إني أتوجه بك إلي ربي فتقضي لي حاجت
ي…”
(Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan mendatangi-Mu demi Nabi-Mu Muhammad yang sebagai Nabi pembawa Rahmat. Wahai Muhammad, aku menghadapkan wajahku kepadamu untuk memohon kepada Tuhanku. Maka kabulkanlah hajatku)
Lantas sebutkanlah hajatmu. Beranjaklah maka aku akan mengiringimu. Kemudian lelaki itu melakukan apa yang telah diberitahukan kepadanya. Selang beberapa saat, lantas ia kembali mendatangi pintu rumah Usman. Usmanpun mempersilahkannya masuk dan duduk di satu kursi dengannya, seraya berkata: Apakah gerangan hajatmu? Lantas ia menyebutkan hajatnya, dan Usmanpun segera memenuhinya. Lantas ia berkata kepadanya: Aku tidak ingat terhadap hajatmu melainkan baru beberapa saat yang lalu saja. Iapun kembali mengatakan: Jika engkau memiliki hajat maka sebutkanlah (kepadaku)! Setelah itu, lelaki itu keluar meninggalkan rumah Usman bin Affan dan kembali bertemu Usman bin Hunaif seraya berkata: Semoga Allah membalas kebaikanmu!? Dia (Usman bin Affan) awalnya tidak melihat dan memperhatikan hajatku sehingga engkau telah berbicaranya kepadanya tentangku. Lantas Usman bin Hunaif berkata: Demi Allah, aku tidak pernah berbicara tentang kamu kepadanya. Tetapi aku telah melihat Rasulullah SAW didatangi dan dikeluhi oleh seorang yang terkena musibah penyakit (info: ini mengisaratkan pada hadis tentang sahabat yang mendatangi Rasul karena kehilangan penglihatannya yang diriwayatkan dalam kitab “Musnad Ahmad” 4/138, “Sunan at-Turmudzi” 5/569 hadis ke-3578, “Sunan Ibnu Majah” 1/441 dan “Mustadrak as-Shohihain” 1/313) kehilangan kekuatan penglihatannya, lantas Nabi bersabda kepadanya: Bersabarlah! Lelaki itu menjawab: Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki penggandeng dan itu sangat menyulitkanku. Lantas Nabi bersabda: Ambillah bejana dan berwudhulah, kemudian shalatlah dua rakaat. Lantas bacalah doa-doa berikut…. berkata Ibnu Hunaif: Demi Allah, kami tidak akan meninggalkan (cara tawassul itu). Percakapan itu begitu panjang sehingga datanglah seorang lelaki yang seakan dia tidak mengidap satu penyakit. (Lihat: Kitab “Mu’jam at-Tabrani” 9/30 nomer 8311, “al-Mu’jam as-Shoghir” 1/183, dikatakan hadis ini sahih)
.
Sumber: http://salafyindonesia.wordpress.com/
Wallahu a’lam.
AFWAN ya akhi…
sepertinya sy kurang sependapat dlm hal ini,krna bagai manapun orang yg bertabarruk ujung2 nya mrk berlbh2an dlm amalanya,dan sangat sekali membuka peluang kesyirikan,dengan si fulan minta kepada ahli kubur dan bukan kepada ALLAH,dan ini jelas definisinya bahwa di menomer 2 kan ALLAH,Kalau begitu bukan kah haram hukumnya meminta berkah dari kubur2,bahkan dari kubur nabi sekalipun,sadarilah sisi itu ya akhi…
–> Alangkah jauhnya tabaruk dengan syirik. Apakah para ulama salaf di atas berlaku syirik? Ehm … saya lebih mengikut ke pendapat para ulama salaf.
sepertinya kalian mengajarkan kesyirikan,bagaimana tidak..?orang yg tabarruk tdk lebih akhirnya mintanya kepada ahli kubur,bukan kepada Allah,lihatlah orang2 sekarang mereka telah nyata berbuat itu di kuburan wali2,dan akhirnya hikmah dari ziarah kubur yg sejatinya agar kita mengingat mati,jdi berubah melakukan permohonan ke pada selain Allah, maaf mas orgawam.. sepertinya saya sependapat dgn apa yg di katakan oleh orang awam di atas..
–> Alangkah jauhnya tabaruk dengan syirik. Ehm .. anda ini aneh, yg bernama orang awam di atas ini kan anda sendiri. Kelihatan dari sini lhoo ..mas.
sampean itu ada2 aja mas,meskipun yg jdikan contoh2/dalil2 pada artikel sampean,tp kayanya ga cocok buat sy,karan akan menjerumuskan bagi orang yg ta berilmu kepada perbuatan syirik,ojo mewariskan dosa mas….nnt ngga jdi msk surga gara2 itu,kan sampean sendiri yang rugi
–> Saya menyampaikan fakta yang diperbuat para ulama. Jika itu anda katakan syirik, maka anda telah katakan para ulama itu melakukan syirik. Ehm … saya lebih memilih pendapat para ulama salaf dari pada pendapat anda.
Anyway .. anda tak perlu berganti2 nama kok pak/ mas “orang awam”/ akhuka/ wong bioso .. tak papa kok.
Salam kenal…
Akan bertahan sampai kapan ziarah kubur seperti ini ?? Jika telah tiba saatnya mungkin terjadi bahkan kubur junjungan Nabi Besar Muhammad SAW pun diratakan dengan tanah karena bisa jadi jalan kemusyrikan…. Berarti itu sudah sampai pada “kejayaan” umat Islam mendekati akhir jaman, kejayaan yang seperti buih di lautan… Dan kebenaran yang haq seperti satu bulu putih diantara berjuta-juta bulu hitam. Kejayaan dimana Al-Qur’an dan Sunnah yang harus tunduk pada akal “muslim”, bukan akal muslim yang tunduk pada wahyu….
Toh, ziarah kubur bukan sekedar mengingat mati..
Biarlah ziarah kubur dibilang musyrik, karena tangan yang menunjuk hanya satu, empat jari yang lain menunjuk dirinya sendiri. Memang terlalu dalam realita jika dipandang dengan logika yang sebatas alam nyata… dan setinggi apapun logika manusia takkan mampu menggapai realita. Seperti ziarah kubur pun akal kita tidak sampai bisa menerangkan untuk saudara-saudara kita yang tidak percaya (bahkan memusyrikkan), seperti Nabi SAW yang ditantang logika kafirin jahiliyah untuk mempercepat azab jikalau azab dari Allah SWT memang ada. Apakah akan tiba saatnya nanti minta batu dari surga, baru logika percaya kalau ada surga. Akal orang-orang muslim semakin liar, kehebatan akal Yahudi tetapi berbaju muslim… Memang kita harus bersyukur karena diberi akal, yang bahkan kita tidak minta tetapi Allah SWT tetap memberi juga, maka caranya bersyukur hanyalah menggunakan akal untuk tunduk pada AlQur’an dan Sunnah..
Caraku berdoa dan berdzikir pun langsung meminta pada Allah SWT. Tetapi juga aku memahami, bahwa ada etika meminta dengan cara bertawassul, sebagai salah satu bentuk kedhoifan kita sebagai makhluk. Bertawassul melalui orang-orang yang dekat pada Allah SWT, itu semua dalam rangka taqorruban Ilallah… Kalau kita menyalahkan tawassul, sama juga menyalahkan Allah SWT (naudzubillahimindzalik..) yang juga bertawassul, sebab Allah SWT sendiri juga bertawassul dalam menciptakan isi bumi dan alam semesta. Padahal bisa saja Allah SWT menciptakan manusia tanpa tawassul rahim ibu. Bisa saja Allah SWT mencabut nyawa makhluk-Nya tanpa tawassul malaikat Izrail AS. Bisa saja Allah SWT menurunkan wahyu kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW tanpa tawassul malaikat Jibril. Itu etika..
Aku sendiri berusaha sekuat mungkin tidak terjebak pada perselisihan umat Islam yang sudah sejak berabad lalu dan global mendunia. Biarlah kebenaran pemahamanku untuk aku sendiri dan kebenaran pemahaman mereka untuk mereka sendiri. Aku tidak menyalahkan dan menghakimi mereka dengan pemahamanku, aku lihat mereka sebagai sama-sama saudara yang bersyahadat sama dan berkiblat sama.
Maaf terlalu banyak menulis, dan apabila ada salah kata yang mungkin menyakiti hati sesama saudara muslim, ini semua hanya sebentuk reaksi pemahaman pribadi. Setelah ini, tidak lagi kami dengar tuduhan2 musyrik dan kami menjauhkan diri dari perdebatan dengan sesama saudara muslim yang bisa melemahkan umat Islam.. Biarlah kami dianggap bodoh, tertutup, dan takut berdebat.. Sebab diterus2kan tidak akan ada habisnya. Subhanallah, Maha Suci Allah dengan segala firman-Nya..
Yang jelas aku salut dengan keberanian saudara menulis seperti ini, di tengah semakin ramainya hembusan angin perpecahan yang dimulai sejak berabad lalu, dan dengan masalah yang itu-itu juga…
–> Salam kenal juga mas … thanks tanggapannya. Benar kata anda, .. “kebenaran pemahamanku untuk aku sendiri dan kebenaran pemahaman mereka untuk mereka sendiri”. Hanya Allah yg memberi petunjuk.
Namun ketika kita hidup bermasyarakat .. bahkan dengan (calon) istri sekalipun, maka pasti akan ada perbedaan pendapat. Maka kita harus dapat menyuarakan argumen-argumen atas tindakan dan keyakinan kita. Dengan demikian orang mengakui kebenaran yg kita yakini. Jika kita salah, semoga orang lain akan memperingatkan. Kita hanya mengajak (amar ma’ruf nahi munkar), Allah sendiri yg memberi petunjuk.
Semoga Allah selalu meridloi kita. Amien.
Ass.wr.wb.Inilah penyakit umat Islam sekarang ini, mudah mengkafirkan orang lain padahal dirinya sendiri yang kafir.Bagi saya kafir tidaknya itu ada di dalam hati masing2 yang tahu, orang lain hanya melihat fisiknyua aja tidak tahu apa dalm hati.Yang gayanya shalat sampai ratusan kali kalo hatinya tidak percaya Allah apa tidak termasuk syirik?Jangan mudh mengkafirkan orang lain apalagi saudara muslim kita sendiri karean ucapan itu doa dan doa bila dikabuklkan dan saudara kita jadi kafir beneran apa kita tidak takut azab buat kita?Pahamilah, selamilah, baru benahilah bila memang melnceng, jangan pandai2an sok suci sok paham agama tapi hati kita sendiri yang kafir.Ingat mas yang balik ke Allah bvukan raga kita tapi Roh kita yang suci bukan roh yang sok suci.
Ass.wr.wb.Melanjutkan komentar saya dahulu: Begitu juga ziarah kubur.Orang ziarah dibilang musrik,shalat sunnah 2 rakaat di kubur dibilang bid’2h dan musrik,padahal maklsud dalam hati si peziarah kesitu memang berdoa pada Allah dan mengenang kemuliaann orang yang meninggal sampai menangis,dibilang musyrik.Lha kalo ziarah diharamkan mengapa makam nabi sendiri dibuat semegah itu,itu maksudnya bukti sejarah bahwa nabi itu ada dan memang benar.Lha sekarang orang tua kita sendiri juga bagian sejarah kita, wajar kalo kita membuat sebagai tanda pengenal ( makam) untuk mengenang jasa beliau yang telah melahirkan kita,mendoakan beliau.Saya mau tanya, mas bila kita tidak pernah lahir bisakah kita punya kesempatan masuk surga?Itu aja jawab mas, olah rasa dan mata hati anda jangabn pakai akal anda.Lha wong kita tidak kenal langsung Rasulullah aja selalu mnegenang beliau, lha leluhur kitya yang langsung kenal kita kok mau mengenang dibilang musrik ha ha ah a.
Ass.wr.wb.Lanjutan komen diatas: terkadang kita selalu mendewakan ilmu syariat yang sebagian besar substansinya olah lahir (fisik : shalat,zakat,puasa) dimana substansi fisdik tersebut tidak kekal dan melupakan ilmu ruhaniah /olah qalbu ( ma’rifat) padahal yang lebih suci dan agung yang akan kembali ke Allah ya ruh kita,sehingga orang yang bergerak tanpa dilandasi hati tyang suci ya akan rusak, ya seperti Islam sekarang ini beradu argumen tentang kebenaran syariat meninggalkan qalbu ya akhirnya bunuh2 an sesama Muslim sendiri,padahal yang membunuh dan terbunuh meyakini 5 hal : sahadat,shalat,puasa,zakat,dan haji.Bagaimana ini?Muslimkah kiat?Kafirkah kita?atau memang tak berkeTuhanan?Mari dijawab dengan akal dan dilandasi dengan hati nurani yang paling dalam.
Sepertinya semuanya sepakat kalau ziarah qubur itu boleh dan disunnahkan. Tapi tidak bersepakat dalam tata caranya. Jadi tinggal kita cari tahu dan selidiki tata cara “ihdinas shirothal mustaqim..shirothalladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdubi ‘alaihim waladhdholin..” Sampai akhirnya kita temukan rahasia makna Alif Lam Mim Dza likal kitabula raiba fihi hudan lilmuttaqin Alladzina yu’minnu bil ghoibi…(Al-Baqarah 1-2)
Inilah indahnya Islam.Berdebat,berdebat dan berdebat yang masing2 pny dalil dan argumen sendiri2.Seru buanget.Tp sesudahnya saling ma’af2an(tradisi pesantren jawa timur).Dan makanpun satu tempat rame2 seakan tdk pernah ada perdebatan sengit yang terjadi.Mungkin bisa buat contoh?.
Hukum ziarah kubur adalah sunah, kata hadits,artinya kurang lebih – Dulu pernah ku larang ziarah kubur tapi sekarang berziarahlah –
Ziarah kubur pada permulaan Islam dilarang Rosul karena pada saat itu IMAN kaum muslimin masih lemah sehingga sangat membahayakan aqidah mereka, yakni berbuat syirik.Kemudian pada perkembangannya diperbolehkan, karena di rasa umat Islam sudah mantap dalam aqidahnya.
Nah sekarang pertanyaan saya, bagaimana keadaan aqidah kaum muslimin sekarang ?
Kalo dirasa melenceng dari aqidah maka kewajiban ulamalah meluruskannya termasuk juga bisa kita.
Kemudian, berziarah ke makam wali apakah sangat dianjurkan ? saya jawab ya, karena para wali / ulama mempunyai kedudukan yang mulya di sisi Allah, baik ia hidup ataupun sudah meninggal.Al ulama` warosatul anbiya – Ulama adalah pewaris para nabi – sabdanya yang lain – Inna min `ibadillahi `ibaadan yaghbituhumul anbiyaa`u wasysyuhadaa`u – Sesungguhnya dari hamba Allah, ada hamba yang para nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka – Shohabat bertanya, siapa mereka ya rosuulallah agar kami dapat mencintai mereka ? Jawab nabi, mereka adalah kaum yang mencintai dengan nur Allah tanpa karena harta dan nasab.Wajah mereka bersinar dan mereka di atas mimbar2 dari nur mereka tidak takut apabila seluruh manusia ketakutan dan mereka tidak bersedih ketika seluruh manusia bersedih. HR. Nasa`i dan ibnu khabban dalam shohehnya. kemudian nabi membaca ayat – Alaa inna auliyaa`illahi laa khaofun `alaihim walaa hum yakhzanuun – Ketahuilah bahwa para wali Allah, tidak ada ketakutan atas mereka dan juga tidak bersedih – .
tersebut dalam kitab karangan Syeh Muhammad Amin Al-Kurdi, Wadzuhuurul karoomati `alal auliyaa`i ja`izun `aklan wa waaqi`un naqlan…….wahiya tsabitah lahum filhayaati waba`dal mauti.kamaa dzahaba ilaihi jumhuur ahli sunnati walaisa fi madzhab minal madzaahibil arba`ah qaulun binafyihaa ba`dal maut bal dzuhuuruhaa khina`idzin aulaa liannan nafsa khina`idzin shofiyah minal akdaari, artinya adanya karomah para wali itu boleh, berdasarkan dalil akli maupun naqli…..Karomah itu tetap ada bagi para wali pada saat hidupnya atau setelah wafatnya, seperti pandapat golongan ahli sunah dan tidak ada satupun madzhab dari empat madzhab yang menolak adanya karomah para wali.
Qoola ba`dul masyaayih innallaha yuwakkilu biqobril waliyyi malakan yaqdil khawaa`ij wa taarotan yakhrujul waliyyu min qobrihi wayaqdiihaa binafsih. Artinya, Sebagian masyayih (para syeh ) berkata Sesungguhnya Allah mewakilkan malaikat pada kubur wali,untuk menyampaikan hajat2 (kepada Allah) dan sesekali wali keluar dari kuburnya untuk menyampaikan hajat2/keperluan2 dengan dirinya sendiri.
Lalu pertanyaannya bagi yang menolak itu akan mengatakan, mana mungkin orang mati bisa bangun walaupun rohnya, jawab saya ,bisa, sesuai idzin Allah. Coba Anda perhatikan di Al-qur`an ada ayat yang mempunyai arti kurang lebih (maaf saya agak lupa, di tafsir al muhtasir untuk mahasiswa di sini)berbunyi, janganlah kamu katakan orang2 yang berjihad itu meninggal bahkan mereka itu hidup-jadi walau mereka wafat karena jihad tapi sesungguhnya mereka hidup, bahkan makan dan minum ,keluar masuk surga terserah mereka – seperti saat ia hidup ( ini penjelasan dalam tafsir).
jadi bisa dikatakan bahwa …………lihat lanjutannya.
Jadi bisa dikatakan bahwa kita bertawasul dengan mereka yaitu para nabi dan ulama boleh-boleh saja mengingat kedudukan mereka di sisi Allah yang mulya.baik kedudukan tatkala masih hidup atau setelah wafatnya, dengan cara menyebut nama mereka tatkala kita berdoa/ meminta kepada Allah, dan bukan meminta kepada mereka ( para nabi ataupun wali ).
Terdapat keterangan juga berbunyi, Wa ammaa na`iimul anbiyaa`i alaihim asholaatu wasalaam fi qubuurihim annahum ahyaaun yusolluuna wa waroda fi sohaahil akhadits annahum yahajjuun – Dan adapun nikmat qubur untuk para nabi alaihim solaatu wassalaam, bahwa mereka hidup dalam quburnya serta sholat. Dan telah datang keterangan di banyak hadits shoheh bahwa mereka menunaikan haji – namun bagi kita yang berjiwa kotor ini tidak dapat melihatnya, bukankah nabi saat isro mi`roj sebelum naik ke langit beliau sholat bersama nabi2 yang di utus sebelumnya?
Lalu bagaimana dengan hadits – idza maata ibna aadam inkoto`a amaluhu illa…..- Apabila anak cucu adam mati maka terputuslah amalnya kecuali…….,Maknanya adalah -inqito`u tsawaabil amal laa nafsal amal jam`an baenal adillah – yang terputus adalah pahala amalnya si mayit itu bukan amalnya itu sendiri, ini ditunjukkan dari banyak dalil. Maksudnya para nabi dan ulama atau orang2 yang diberi kemulyaan oleh Allah, masih bisa beramal misalnya haji dan sholat,tapi mereka tidak mendapat pahala karena pahala mereka telah terputus sebab kematian mereka.Tapi itu merupakan kenikmatan ibadah dengan berdzikir dan dalam ketaatan kepada-Nya. Sesungguhnya (buat mereka)kenikmatan dzikir dan ketaatan itu sendiri lebih besar bagi pemiliknya -yang di alam barzah – dari pada kenikmatan dan kelezatan dunia bagi penduduknya.Nas`alullaha an yanfa`a bi haadzal hadiits alainaa wa alaikum. Amiin. Kami memohon kepada Allah, semoga memberi manfaat pada pembicaraan ini untuk kami dan Anda. Amiin.Imam di Saudi Arabia.
Untuk orang awam di no. 1,
Sdr. tolong dipahami, setiap orang kalau menilai semua hal dari sudut negatif maka pasti hasilnya negatif,sekalipun itu ibadah. Sholat dengan khusu dan berlama2 (Sholat munfarid di masjid misalnya ), orang yang melihatnya dan menilai negatif akan mengatakan dia pamer/ riya ( padahal pamer juga kategori syirik). Orang berpuasa lalu banyak meludah, orang yang menilai negatif mengatakan dia berpuasa riya .Orang bersedekah biar di dengar banyak orang dengan maksud agar semua orang berlomba bersedekah untuk pembangunan masjid misalnya, bagi yang menilai negatif mengatakan dia riya dll. Apakah hukum Islam itu subyektif / tergatung pada orang yang menilainya ataukah berdasarkan dalil dari wahyu Ilahi. Ziarah qubur banyak manfaatnya di samping untuk dzikrul maut. Kemudian ada yang berniat lain yang melenceng dari agama dengan meminta kepada mayit itu merupakan kesyirikan. Lalu apakah saudara tahu mana-mana orang yang berbuat demikian, padahal niat itu dalam hati.Seperti juga dalam ibadah2 yang lain kalau niatnya melenceng ,khatta /walaupun itu sholat, puasa, zakat dan haji tetap di haramkan ( kalau niat bukan karena Allah dan itu syirik ). Tolong – Nadzdzif nafsak wa qolbak wa lisaanak qobl kalamik. wafikkir fil muhak binadzofah – artinya, Tolong bersihkan dirimu ,hatimu dan lidahmu sebelum berbicara.Kemudian Berfikirlah dengan otak yang bersih.Sukron lakum.
–> Terima kasih jawaban dan keterangannya. Salam kenal.
Untuk para pembaca ulasan saya, mohon maaf kalau saya menulis panjang lebar, tujuannya bagi saya hanya satu yaitu agar penjelasan itu dapat dipahami dan untuk menghindari salah pemahaman serta dapat di amalkan. Amiin..
Yang tidak berkenan, saya bilkhusus alaikum, mohon maaf. wa khayyaakumullah.