Ziarah Kubur ke Makam Ulama

Masih dalam rangka sya’ban, berikut kami sampaikan artikel tentang ziarah kuburnya para ulama, dan ziarah kubur ke makam para ulama.

ilustrasi

ilustrasi

Para salaf al-soleh pun ziarah ke kubur wali-wali Allah untuk ditunaikan hajat. Di antaranya :

1. Imam al Harabi- Sahabat Imam Ahmad, berkata “Kubur Ma’ruf al Karkhi al tiryaq yang mujarrab ( makbul bila berdoa disitu). Ibnu al Jawzi telah meriwayatkan cerita ini didalam Shifah al shofwah, al Zahabi juga meriwayatkannya didalam Siyar al A’lam Nubala.

2. Kubur Imam Harabi sendiripun makbul juga – diriwayatkan dalam Shifah al shofwah juga.

3.Manusia berdoa diturunkan hujan dikubur Abu Ayyub al Anshori- al Hilyah, Shifah al Shofwah, Siyar a’lam Nubala.

4. Al Daruquthni- Adalah kami bertabaruk di kubur Abi al fath al Qawsyi.

5.Imam Shafie r.a – Beliau ketika datang ke Baghdad beliau ziarah ke Pusara Imam Abi Hanifah , bertawassul dengannya agar ditunaikan hajat2 .- Khairat al Hissan fi manaqib al Nukman, Ibnu A’sakir juga telah meriwayatkan kisah Imam Shafie ini didalam Tarikh Baghdad dengan sanadnya .

6. Qadhi Al- Syarif Abi Ali al Hasyimi – menceritakan oleh Abu Muhammad al Tamimi-(merupakan guru Qadhi Ibnu Abi Yo’la) = “Daku telah menziarahi Kubur Imam Ahmad , sebab menemankan Al-Qadhi al- Syarif Abi Ali, Maka daku melihat beliau mencium ujung kaki kubur imam Ahmad?. Maka daku bertanya : Ada ke Athar (tentang perbuatan ini)??.. Maka beliau berkata: Imam Ahmad ni seorang yang besar ertinya buat diriku, daku tiada sangkaan bahwa Allah akan menyeksaku dengan sebab buat begini”. Kisah ini diriwayatkan oleh al Qodhi Abi Yo’la dalam kitab Thabaqot al Hanabilah – fi tarjamah mufti al Hanabilah fi Baghdad al Qaodhi al Syarif Abi Ali al Hasyimi – salah seorang perawi akidah Imam Ahmad.-

7.

أنهم قحطوا فجاء رجل الى قبر النبى صلى الله عليه وسلم وقال يا محمد استسق لأمتك فانهم قد هلكوا
“Bahawa mereka ditimpa kemarau, maka datang seorang lelaki kekubur Nabi s.a.w berkata: Ya Muhammad, turunkan hujan kepada umatmu sebab mereka sungguhnya telah binasa”

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dlm Musannaf 12/13-33 , al Bukhari dalam Tarikh 7/304, al Hafiz Abu Yo’la dalam al Irsyad 23, al Baihaqi dalam dalilu an Nubuwwah 7/47, Al Hafiz Ibnu Hajar dalam fathul baari 2/495 berkata: Isnadnya Sahih, Ibnu katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah 7/105 dan dalam Tafsir beliau 1/91 berkata: Isnadnya Sahih.

.

Sumber: http://pondoktampin.blogspot.com/

.

Dari sumber yang laen,

1- Imam Ibn Idris as-Syafi’i sendiri permnah menyatakan: “Sesungguhnya aku telah bertabarruk dari Abu Hanifah (pendiri mazhab Hanafi .red) dan mendatangi kuburannya setiap hari. Jika aku memiliki hajat maka aku melakukan shalat dua rakaat dan lantas endatangi kuburannya dan meminta kepada Allah untuk mengabulkan doaku di sisi (kuburan)-nya. Maka tidak lama kemudian akan dikabulkan” (Lihat: Kitab Tarikh Baghdad jilid 1 halaman 123 dalam bab mengenai kuburan-kuburan yang berada di Baghdad)

2- As-Samhudi yang bermazhab Syafi’i menyatakan; “Terkadang orang bertawassul kepadanya (Nabi SAW .red) dengan meminta pertolongan berkaitan suatu perkara. Hal itu memberikan arti bahwa Rasul memiliki kemampuan untuk memenuhi permintaan dan memberikan syafaatnya kepada Tuhannya. Maka hal itu kembali kepada permohonan doanya. Walaupun terdapat perbedaan dari segi pengibaratannya. Kadangkala seseorang meminta; aku memohon kepadamu (wahai Rasul .red) untuk dapat menemanimu di sorga…tiada yang dikehendakinya malainkan bahwa Nabi SAW menjadi sebab dan pemberi syafaat” (Lihat: Kitab Wafa’ al-Wafa’ bi Akhbar Daarul Mustafa karya as-Samhudi Jilid 2 halaman 1374)

3- As-Syaukani az-Zaidi pernah menyatakan akan legalitas tawassul dalam kitab karyanya yang berjudul “Tuhfatudz Dzakiriin” dengan mengatakan: “Dan bertawassul kepada Allah melalui para nabi dan manusia saleh”. (Lihat: Kitab Tuhfatudz Dzakiriin halaman 37)

4- Abu Ali al-Khalal salah seorang tokoh mazhab Hambali pernah menyatakan: “Tiada perkara yang membuatku gunda kecuali aku pergi ke kuburan Musa bin Jakfar (salah seorang cucu Rasulullah yang dianggap salah seorang Imam oleh Syiah .Red) dan aku bertawasul kepadanya melainkan Allah akan memudahkannya bagiku sebagaimana yang kukehendaki” (Lihat: Kitab Tarikh Baghdad jilid 1 halaman 120 dalam bab kuburan-kuburan yang berada di Baghdad).

———-
4- Ad-Darami meriwayatkan: Penghuni Madinah mengalami paceklik yang sangat parah. Lantas mereka mengadu kepada Aisyah (ummul Mukminin). Lantas Aisyah mengatakan: “Lihatlah pusara Nabi! Jadikanlah ia (kuburan) sebagai penghubung menuju langit sehingga tidak ada lagi penghalang dengan langit. Lantas ia (perawi) mengatakan: Kemudian mereka (penduduk Madinah) melakukannya, kemudian turunlah hujan yang banyak hingga tumbulah rerumputan dan gemuklah onta-onta dipenuhi dengan lemak. Maka saat itu disebut dengan tahun “al-fatq” (sejahtera)”. (Lihat: Kitab “Sunan ad-Darami” 1/56)

5- Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang sahih. Dari riwayat Abu Salih as-Saman dari Malik ad-Dar –seorang bendahara Umar- yang berkata: Masyarakat mengalami paceklik pada zaman (kekhalifahan) Umar. Lantas seseorang datang ke makam Nabi seraya berkata: Ya Rasulullah mintakan hujan untuk umatmu, karena mereka hendak binasa. Kemudian datanglah seseorang dimimpi tidurnya dan berkata kepadanya: Datangilah Umar! Saif juga meriwayatkan hal tersebut dalam kitab al-Futuh; Sesungguhnya lelaki yang bermimpi tadi adalah Bilal bin al-Harits al-Muzni, salah seorang sahabat. (Lihat: Kitab “Fathul Bari” 2/577)

6- Dalam sebuah riwayat panjang tentang kisah Usman bin Hunaif (salah seorang sahabat mulia Rasul) yang disebutkan oleh at-Tabrani dari Abi Umamah bin Sahal bin Hunaif yang bersumber dari pamannya, Usman bin Hunaif. Disebutkan bahwa, suatu saat seorang lelaki telah beberapa kali mendatangi khalifah Usman bin Affan agar memenuhi hajatnya. Saat itu, Usman tidak menanggapi kedatangannya dan tidak pula memperhatikan hajatnya. Kemusian lelaki itu pergi dan ditengah jalan bertemu Usman bin Hunaif dan mengeluhkan hal yang dihadapinya kepadanya. Mendengar hal itu lantas Usman bin Hunaif mengatakan kepadanya: Ambillah bejana dan berwudhulah. Kemudian pergilah ke masjid (Nabi) dan shalatlah dua rakaat. Seusainya maka katakanlah:
“ا

للهم إني أسألك و أتوجه إليك بنبينا محمد نبي الرحمة يا محمد إني أتوجه بك إلي ربي فتقضي لي حاجت

ي…”
(Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan mendatangi-Mu demi Nabi-Mu Muhammad yang sebagai Nabi pembawa Rahmat. Wahai Muhammad, aku menghadapkan wajahku kepadamu untuk memohon kepada Tuhanku. Maka kabulkanlah hajatku)
Lantas sebutkanlah hajatmu. Beranjaklah maka aku akan mengiringimu. Kemudian lelaki itu melakukan apa yang telah diberitahukan kepadanya. Selang beberapa saat, lantas ia kembali mendatangi pintu rumah Usman. Usmanpun mempersilahkannya masuk dan duduk di satu kursi dengannya, seraya berkata: Apakah gerangan hajatmu? Lantas ia menyebutkan hajatnya, dan Usmanpun segera memenuhinya. Lantas ia berkata kepadanya: Aku tidak ingat terhadap hajatmu melainkan baru beberapa saat yang lalu saja. Iapun kembali mengatakan: Jika engkau memiliki hajat maka sebutkanlah (kepadaku)! Setelah itu, lelaki itu keluar meninggalkan rumah Usman bin Affan dan kembali bertemu Usman bin Hunaif seraya berkata: Semoga Allah membalas kebaikanmu!? Dia (Usman bin Affan) awalnya tidak melihat dan memperhatikan hajatku sehingga engkau telah berbicaranya kepadanya tentangku. Lantas Usman bin Hunaif berkata: Demi Allah, aku tidak pernah berbicara tentang kamu kepadanya. Tetapi aku telah melihat Rasulullah SAW didatangi dan dikeluhi oleh seorang yang terkena musibah penyakit (info: ini mengisaratkan pada hadis tentang sahabat yang mendatangi Rasul karena kehilangan penglihatannya yang diriwayatkan dalam kitab “Musnad Ahmad” 4/138, “Sunan at-Turmudzi” 5/569 hadis ke-3578, “Sunan Ibnu Majah” 1/441 dan “Mustadrak as-Shohihain” 1/313) kehilangan kekuatan penglihatannya, lantas Nabi bersabda kepadanya: Bersabarlah! Lelaki itu menjawab: Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki penggandeng dan itu sangat menyulitkanku. Lantas Nabi bersabda: Ambillah bejana dan berwudhulah, kemudian shalatlah dua rakaat. Lantas bacalah doa-doa berikut…. berkata Ibnu Hunaif: Demi Allah, kami tidak akan meninggalkan (cara tawassul itu). Percakapan itu begitu panjang sehingga datanglah seorang lelaki yang seakan dia tidak mengidap satu penyakit. (Lihat: Kitab “Mu’jam at-Tabrani” 9/30 nomer 8311, “al-Mu’jam as-Shoghir” 1/183, dikatakan hadis ini sahih)

.
Sumber: http://salafyindonesia.wordpress.com/

Wallahu a’lam.