Bacaan Sayidina
Tanya:
Assalamualaikum yaa habibina
Ketika saya ingin menjalankan sholat jum`at saya datang lebih awal sebelum khatib naik mimbar,ketika saya memasuki halaman mesjid saya diberikan bulein jumat,setelah saya sholat shunah saya mrnyempatkan diri membaca buletin tersebut,di dalamnya menceritakan pribadi Rasulullah S.A.W sebagai sosok pemimpin yang sukses.
Hadist demi hadist terdapat yang menjelaskan cerita diatas,tetapi pada saat menyinggung tentang keredahaan hati Rasulllah S.A.W saya terkejut membaca hadist yang meriwayatkanya,berikut hadist tersebut :
Rasulullah S.A.W sangat rendah hati,dia tidak gila hormat dan cenderung malihati kalau mendapat pujian.Padahal segala kesuksessan dan kekuasaan berdatanggan.Pernah para sahabat berdiri menghormati Nabi memasuki majelis,Nabi tidak senang dan bersabda ketika itu,”Jangan kamu memberikan penghormatan kepadaku sebagaimana orang-orang jahiliyah”
Seorang sahabat pernah berkata, “Yaa Sayyidina” Nabi tidak suka dan bersabda:
“Jangan kamu agungkan aku sebagaimana orang-orang Nasrani mengagungkan ‘Isa bin Maryan.Sesungguhnya saya adalah hamba Allah S.W.T maka panggilah saya ‘Abdullah wa Rasulullah.”. (H.R Ahmad).
Membaca hadist diatas saya ingin menanyakan tanggapan habib,karana sering kali kita mengagungkan Rasulullah S.AW. dengan kata ‘Sayyidina’.Di tahiyat akhir pd sholat pun kita menggunakanya.
Jaza khula khoiroh……..
.
Jawab:
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda dg kesejahteraan,
saudaraku yg kumuliakan,
pertanyaan ini telah saya jawab, dan berikut saya tampilkan untuk anda.
Rasul saw memperbolehkannya, sebagaimana sabda Beliau saw :
“janganlah kalian berkata : berimakan Rabb mu, wudhu kan Rabb mu (Rabb juga bermakna pemilik, ucapan ini adalah antara budak dan tuannya dimasa jahiliyah, maksudnya bawakan makanan padaku rabb mu/pemilikmu, atau bawakan air wudhu pada rabb mu ini, ucapan dari tuan pada budaknya yg biasa digunakan sebelum islam), tapi ucapkanlah Sayyidy dan Maulay (tuanku dan Junjunganku), dan jangan pula kalian (para pemilik budak) berkata pada mereka : wahai Hambaku, tapi ucapkanlah : wahai anak, wahai pembantu” (shahih Bukhari hadits no.2414) hadits semakna dalam Shahih Muslim hadits no.2249.
bahwa Rasul saw membolehkan ucapan sayyidy (tuanku) bahkan Maulay (tuan muliaku) pada tuan budak terhadap tuannya, dan berkata para Muhadditisn kalau antara tuan yg memiliki budak saja boleh menggunakan Sayyidiy wa Maulay., atau sayyidina wa maulana, maka sungguh Nabi saw jauh lebih berhak dari semua pemilik budak itu.
maka jelaslah bla budak saja diperbolehkan mengucapkan hal itu pada tuannya, bagaimana kita kepada Rasul saw, dan beliau sendiri yg menamakan dirinya Sayyd, seraya berkata :
“akulah Sayyid (pemimpin)seluruh manusia dihari kiamat” (Shahih Bukhari).
dan Umar bin Khattab ra berkata pada Abubakar shiddiq ra : Sayyidy, (Shahih Bukhari), demikian para sahabat satu sama lain.
Rasul saw bukan orang yg suka dipuji karena takabbur, namun Rasul saw suka dipuji oleh orang orang yg benar benar mencintai beliau saw, karena pujian itu datang dari cinta, dan cinta kepada Rasul saw adalah kesempurnaan Iman, sebagaimana sabda beliau saw : Belum sempurna Iman seorang hamba sebelum aku lebih dicintainya dari harta dan keluarganya” (Shahih Muslim),
berbeda dengan cinta kita satu sama lain yg mungkin bisa jadi merupakan hal yg melupakan kita dari Allah swt.
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra kepada Rasul saw : “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “silahkan.., Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas ra memuji dg syair yg panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)
Berkata Aisyah ra : “Jangan kalian caci Hassan bin tsabit, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah saw” (Shahih Bukhari Bab Adab hadits no.5684).
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata: “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu dihadapan Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah bantulah ia (Hassan) dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)
Mengenai Larangan Rasul saw atas pujian sebagaimana Isa bin Maryam, tentunya jauh berbeda, dan orang wahabi itu buta, mereka tak bisa membedakan antara air putih dan arak, tentunya arak diharamkan, namun air putih adalah sunnah, mereka tak bisa membedakannya karena bodohnya, maka mereka mengharamkan semua orang untuk minum air, karena ditakutkan air itu adalah arak, padahal semua orang sangat bisa membedakan antara air dan arak, dari baunya, warnanya, rasanya, namun wahabi karena bodohnya maka mereka tak bisa membedakan mana pujian yg sunnah, mana pujian yg musyrik.
Dan yg lebih bodoh lagi adalah yg mengikuti dan membenarkan ucapan mereka ini,
Kita lihat riwayat perbuatan pengagungan para sahabat terhadap Nabi saw dibawah ini, saya yakin jika ini anda perbuat maka si wahabi wahabi itu akan memfitnah anda musyrik, padahal ini perbuatan sahabat :
Para sahabat hampir berkelahi saat berdesakan berebutan air bekas wudhunya Rasulullah saw (Shahih Bukhari Hadits no.186),
Setelah Rasul saw wafat maka Asma binti Abubakar shiddiq ra menjadikan baju beliau saw sebagai pengobatan, bila ada yg sakit maka ia mencelupkan baju Rasul saw itu di air lalu air itu diminumkan pada yg sakit (shahih Muslim hadits no.2069).
seorang sahabat meminta Rasul saw shalat dirumahnya agar kemudian ia akan menjadikan bekas tempat shalat beliau saw itu mushollah dirumahnya, maka Rasul saw datang kerumah orang itu dan bertanya : “dimana tempat yg kau inginkan aku shalat?”. Demikian para sahabat bertabarruk dengan bekas tempat shalatnya Rasul saw hingga dijadikan musholla (Shahih Bukhari hadits no.1130)
Allah memuji Nabi saw dan Umar bin Khattab ra yg menjadikan Maqam Ibrahim as (bukan makamnya, tetapi tempat ibrahim as berdiri dan berdoa di depan ka’bah yg dinamakan Maqam Ibrahim as) sebagai tempat shalat (musholla), sebagaimana firman Nya : “Dan jadikanlah tempat berdoanya Ibrahim sebagai tempat shalat” (QS Al Imran 97), maka jelaslah bahwa Allah swt memuliakan tempat hamba hamba Nya berdoa, bahkan Rasul saw pun bertabarruk dengan tempat berdoanya Ibrahim as, dan Allah memuji perbuatan itu.
Diriwayatkan ketika Rasul saw baru saja mendapat hadiah selendang pakaian bagus dari seorang wanita tua, lalu datang pula orang lain yang segera memintanya selagi pakaian itu dipakai oleh Rasul saw, maka riuhlah para sahabat lainnya menegur si peminta, maka sahabat itu berkata : “aku memintanya karena mengharapkan keberkahannya ketika dipakai oleh Nabi saw dan kuinginkan untuk kafanku nanti” (Shahih Bukhari hadits no.5689), demikian cintanya para sahabat pada Nabinya saw, sampai kain kafanpun mereka ingin yang bekas sentuhan tubuh Nabi Muhammad saw.
Sayyidina Umar bin Khattab ra ketika ia telah dihadapan sakratulmaut, Yaitu sebuah serangan pedang yg merobek perutnya dengan luka yg sangat lebar, beliau tersungkur roboh dan mulai tersengal sengal beliau berkata kepada putranya (Abdullah bin Umar ra), “Pergilah pada ummulmukminin, katakan padanya aku berkirim salam hormat padanya, dan kalau diperbolehkan aku ingin dimakamkan disebelah Makam Rasul saw dan Abubakar ra”, maka ketika Ummulmukminin telah mengizinkannya maka berkatalah Umar ra : “Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu” (dimakamkan disamping makam Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.1328). Dihadapan Umar bin Khattab ra Kuburan Nabi saw mempunyai arti yg sangat Agung, hingga kuburannya pun ingin disebelah kuburan Nabi saw, bahkan ia berkata : “Tidak ada yang lebih kupentingkan daripada mendapat tempat di pembaringan itu”
Demikian pula Abubakar shiddiq ra, yang saat Rasul saw wafat maka ia membuka kain penutup wajah Nabi saw lalu memeluknya dengan derai tangis seraya menciumi tubuh beliau saw dan berkata : “Demi ayahku, dan engkau dan ibuku wahai Rasulullah.., Tiada akan Allah jadikan dua kematian atasmu, maka kematian yang telah dituliskan Allah untukmu kini telah kau lewati”. (Shahih Bukhari hadits no.1184, 4187).
Salim bin Abdullah ra melakukan shalat sunnah di pinggir sebuah jalan, maka ketika ditanya ia berkata bahwa ayahku shalat sunnah ditempat ini, dan berkata ayahku bahwa Rasulullah saw shalat di tempat ini, dan dikatakan bahwa Ibn Umar ra pun melakukannya. (Shahih Bukhari hadits no.469).
Demikianlah keadaan para sahabat Rasul saw, bagi mereka tempat-tempat yang pernah disentuh oleh Tubuh Muhammad saw tetap mulia walau telah diinjak ribuan kaki, mereka mencari keberkahan dengan shalat pula ditempat itu, demikian pengagungan mereka terhadap sang Nabi saw.
Dalam riwayat lainnnya dikatakan kepada Abu Muslim, wahai Abu Muslim, kulihat engkau selalu memaksakan shalat ditempat itu?, maka Abu Muslim ra berkata : Kulihat Rasul saw shalat ditempat ini” (Shahih Bukhari hadits no.480).
Sebagaimana riwayat Sa’ib ra, : “aku diajak oleh bibiku kepada Rasul saw, seraya berkata : Wahai Rasulullah.., keponakanku sakit.., maka Rasul saw mengusap kepalaku dan mendoakan keberkahan padaku, lalu beliau berwudhu, lalu aku meminum air dari bekas wudhu beliau saw, lalu aku berdiri dibelakang beliau dan kulihat Tanda Kenabian beliau saw” (Shahih Muslim hadits no.2345).
Riwayat lain ketika dikatakan pada Ubaidah ra bahwa kami memiliki rambut Rasul saw, maka ia berkata:
“Kalau aku memiliki sehelai rambut beliau saw, maka itu lebih berharga bagiku dari dunia dan segala isinya” (Shahih Bukhari hadits no.168). demikianlah mulianya sehelai rambut Nabi saw dimata sahabat, lebih agung dari dunia dan segala isinya.
Diriwayatkan oleh Abi Jahiifah dari ayahnya, bahwa para sahabat berebutan air bekas wudhu Rasul saw dan mengusap2kannya ke wajah dan kedua tangan mereka, dan mereka yang tak mendapatkannya maka mereka mengusap dari basahan tubuh sahabat lainnya yang sudah terkena bekas air wudhu Rasul saw lalu mengusapkan ke wajah dan tangan mereka” (Shahih Bukhari hadits no.369, demikian juga pada Shahih Bukhari hadits no.5521, dan pada Shahih Muslim hadits no.503 dengan riwayat yang banyak).
Diriwayatkan ketika Anas bin malik ra dalam detik detik sakratulmaut ia yg memang telah menyimpan sebuah botol berisi keringat Rasul saw dan beberapa helai rambut Rasul saw, maka ketika ia hampir wafat ia berwasiat agar botol itu disertakan bersamanya dalam kafan dan hanut nya (shahih Bukhari hadits no.5925)
Dan belasan riwayat lainnya dari riwayat shahih dan tsiqah bahwa para sahabat memuliakan Rasulullah saw, dengan syair, dengan perbuatan, pengorbanan, dan pengagungan.
Tampaknya kalau mereka ini hidup di zaman sekarang, tentulah para sahabat ini sudah dikatakan musyrik, tentu Abubakar sudah dikatakan musyrik karena menangisi dan memeluk tubuh Rasul saw dan berbicara pada jenazah beliau saw, demikian pula Umar ra yg saat wafat bukannya ingat syahadat malah ingat ingin dimakamkan disebelah kubur Nabi saw, demikian semua sahabat,
Inilah bodohnya wahabi, dan seluruh Ulama dan Imam Seluruh madzhab tak satupun mengharamkan pujian pada Rasul saw, hanya wahabi saja yg menolak, memang mereka ini tak berhak berkumpul dengan para pecinta Rasul saw, karena mereka menganggap Rasul saw sama dengan manusia lainnya, padahal Allah swt telah berfirman : “Nabi (saw) mesti lebih didahulukan dari setiap mukmin dari diri mereka sendiri, dan istri istri beliau adalah ibunda kaum mukminin” (QS Al Ahzab 6).
Lalu bagaimana dengan riwayat berikut :
Berkata Anas ra : “Tak kutemukan sutra atau kain apapun yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah saw, dan tak kutemukan wewangian yang lebih wangi dari keringat dan tubuh Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.3368). “Kami tak melihat suatu pemandangan yg lebih menakjubkan bagi kami selain Wajah Nabi saw”. (Shahih Bukhari hadits no.649 dan Muslim hadits no.419)
Dari Abu Hurairah ra : “Wahai Rasulullah.., bila kami memandang wajahmu maka terangkatlah hati kami dalam puncak kekhusyu’an, bila kami berpisah maka kami teringat keduniawan, dan mencium istri kami dan bercanda dengan anak anak kami” (Musnad Ahmad Juz 2 hal.304, hadits no.8030 dan Tafsir Ibn katsir Juz 1 hal.407 dan Juz 4 hal.50).
Diriwayatkan bahwa Abu Sa’id bin Ma’la ra sedang shalat dan ia mendengar panggilan Rasul saw memanggilnya, maka Abu Sa’id meneruskan shalatnya lalu mendatangi Rasul saw dan berkata : Aku tadi sedang shalat Wahai Rasulullah.., maka Rasul saw bersabda : “Apa yang menghalangimu dari mendatangi panggilanku?, bukankah Allah telah berfirman “WAHAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN DATANGILAH PANGGILAN ALLAH DAN RASUL NYA BILA IA MEMANGGIL KALIAN”.(Al Anfal 24). (Shahih Bukhari hadits no.4204, 4370, 4426, 4720). Dan bahwa mendatangi panggilan Rasul saw ketika sedang shalat tak membatalkan shalat, dan mendatangi panggilan beliau lebih mesti didahulukan dari meneruskan shalat, karena panggilan beliau adalah Panggilan Allah swt, perintah beliau saw adalah perintah Allah swt, dan ucapan beliau saw adalah wahyu Allah swt…
maka jelas sudah bahwa pujian pada Nabi saw adalah hal yg masyru, dan menentangnya adalah kesalahan yg nyata.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga sukses dg segala cita cita, semoga dalam kebahagiaan selalu,
Wallahu a’lam
.
Assamu’alaikum ya akhii !
Sebenarnya masalah ini gak usah dibesar-besarkan,gak usah mencari kambing hitam karena gak akan menyelesaikan masalah.
Kita tentunya mafhum tanpa solawat nabi do’a kita akan terhalang di antara langit dan bumi(gak nyampai kepada Allah).
Kalau kita berfatwah sebaiknya berdasarkan nash-nash yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits, jangan dengan nafsu.
Kalau ada anggapan tanpa sayyidina berarti kurang hormat kepada Rasululaah saw, maka sebaiknya pada saat adzan juga ditambah Sayyidina, juga pada syahadat.
Khusus pada sholat saya lebih cenderung sesuai apa yang diajarkan Rasulullah,gak usah dimodifikasi bacaannya.
Adakah ulama sekarang yang melebihi tabarruknya Abukar ra dan Umar ra terhadap Rasulullah??
Apakah Abubakar ra.dan Umar ra. dalam solatnya menambah sayyidina??
Menurut hemat saya nash-nash pada paparan di atas kurang spesifik.
Wallahu a’lam
–> Wangalaikum salam .. saya kira dalil di atas cukuplah sebagai sandaran bagi yg mengamalkannya.
assalam,
salam kenal buat bpk anam,,
betul sekali apa kata bapak anam, artikel yang dimuat diatas rasanya kurang pas…. kalau begitu ditambah aja kata sayyidina di seluruh kata depan rasululloh, seperti di azan, iqomah, semuanya….
–> bacaan sayidina termasuk dalam adab/sopan santun terhadap baginda Nabi saw dan/atau sahabat. Sebagaimana kita mengucapkan junjungan kita/penghulu kita/panutan kita/baginda Nabi/kanjeng Nabi dll. Itu semua tak dilarang. Dalam hal adzan dan iqamah .. itu sudah jelas teks-nya, maka tentu saja tak kan ada penambahan. Namun dalam pengucapan/tulisan yang lain, maka dapat saja ditambahkan .. sepanjang tak melanggar syariat.
Saya kira dalil di atas cukuplah sebagai sandaran bagi yg mengamalkannya. Dalam madzab syafii, ucapan sayidina adalah sunnah, karena menunjukkan kesopanan kita terhadap kanjeng Rasul saw.
wallahu a’lam.
“WA’ALAIKUM”
To: “anam” Oktober 28, 2008 pada 15:08
Maafkan atas kelancangan saya sebagai sesama muslim saya hanya melakukan kewajiban saja untuk saling mengingatkan bahwa salam yang anda tulis itu sbb: “Assamu’alaikum ya akhii !” itu bukanlah salamnya orang islam tapi salamnya non muslim
Sedikit koreksi dari saya BERHATI-HATILAH DALAM MENULIS/MENGUCAPKAN SALAM “tolong perhatikan kalimat salam yang anda tulis itu..! di situ anda menulis “Assamu’alaikum” dan bukan “Assalamu’alaikum” tahukah anda apa artinya ASSAMU’ALAIKUM? itu artinya “SEMOGA KEMATIAN MENIMPA BAGI KAMU/KALIAN” karena makna “ASSAMU” adalah “KEMATIAN” sehingga jika mendapatkan kalimat seperti itu diharuskan bagi kita menjawab Assamu’alaikum itu dengan kalimat “WA’ALAIKUM” saja, yg artinya “DAN SEMOGA JUGA BAGI KAMU/KALIAN”. Jawaban itu juga berlaku bagi salamnya non muslim, baik yg ditulis/diucapkannya itu sesuai maupun tidak sesuai dengan salamnya orang Islam maka jawabannya tetap seperti itu.
Allah berfirman:
“Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri: “Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (Q.S.58.8)
PEMBAHASAN :
——————
ASSAMU’ALAIKUM ADALAH SALAMNYA NON MUSLIM
A. MENJAWAB SALAMNYA NON MUSLIM
——————————————————
Berkata Hisyam bin Zaid bin Anas bin Malik: Saya pernah mendengar Anas bin Malik berkata: Seorang Yahudi pernah lewat dihadapan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam lalu dia mengucapkan (salam dengan ucapan): ASSAAMU’ ALAIKA. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam menjawabnya: “WA’ALAIKA. Kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda (kepada para Shahabat): “Tahukah kamu apa yang dia ucapkan? Dia mengucapkan (salam kepadaku dengan ucapan): AS SAAMU’ALAIKA.” Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bolehkan kami membunuhnya? Beliau menjawb: “Jangan! (Tetapi) apabila Ahlul Kitab memberi salam kepada kamu maka jawablah: “WA’ALAIKUM (saja).”(HR. Bukhari no. 6926).
Allah berfirman:
“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (QS. An Nisaa’ : 86).
Ayat tersebut sebagai perintah Allah yang bersifat UMUM dan MUTLAK. maka dari itu dapat dikeluarkan suatu hukum juga yang berkaitan dengan SALAM yaitu bahwa menjawab salamnya orang non muslim yang ditujukan kepada kita, baik salam yang diucapkannya itu sesuai maupun tidak sesuai dengan salamnya orang Islam adalah tetap WAJIB hukumnya bagi kita orang islam menjawabnya dengan “WA’ALAIKUM (Dan semoga juga bagi kamu/kalian)” dengan tidak berlaku kasar, krn yg demikian itu ajaran rasulullah kepada para sahabat sebagaimana hadits di atas yaitu menjawabnya dg kalimat serupa dalam maksud yg terkandung didalamnya.
B. MEMULAI SALAM KEPADA NON MUSLIM
————————————————————
ada 2 pendapat dalam memulai ucapan salam kepada non muslim itu, yaitu 1) diperbolehkan 2) tidak diperbolehkan
1). pendapat yg memperbolehka berdasarkan nash alqur’an, yaitu:
”Wahai orang-orang yang telah beriman, janganlah memasuki rumah-rumah selain dari rumah kamu, sehingga kamu meminta izin dahulu dan memberi salam kepada penghuninya; itu lebih baik bagi kamu, mudah-mudahan kamu mengingat.” (Quran 24:27)
Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Zaadul Ma’aad jilid 2 halaman 424 menuliskan bahwa sebagian ulama membolehkan untuk mendahului non muslim dalam memberi salam demi kemashlahatan yang kuat dan nyata dibutuhkan, atau karena kwatir dari ulah non muslim itu, atau karena adanya hubungan kekerabatan denganmereka. Atau karena sebab-sebab lain yang seperti itu
Berikut Beberapa Hadits Nabi:
Apabila engkau menjumpainya engkau berikan salam kepadanya” (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Maukah kamu aku kutunjukkan kepada sesuatu yang apabila kamu lakukan kamu akan saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di antara kamu”(HR. Muslim)
Wahai manusia, sebarkanlah ucapan salam, hubungkanlah tali kekerabatan, berilah makanan, dan sholatlah pada waktu malam ketika orang-orang tengah tertidur, engkau akan masuk surga dengan selamat” (HR. Muslim)
“sesungguhnya seseorang itu akan mendapat balasan sesuai apa yang telah diniatkannya” (HR. Bukhori dan Muslim).
2). Pendapat yang tidak memperbolehkan berdasarkan hadits Nabi yaitu:
“Janganlah kalian memulai kaum yahudi dan jangan pula kaum nashrani dengan ucapan salam ” [Hadits Riwayat Muslim dalam As-Salam 2167]
PENUTUP
————
Setiap anak adam sering berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang segera bertaubat” (Hadist Shohih Riwayat Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah dan ad Darimi)
KATA HIKMAH : “HIDUP BERBUAT SALAH ADALAH INSANI TAPI HIDUP DALAM KESALAHAN ADALAH SETANI”
SEKALI LAGI MAAF “WALLAHU A’LAM BISH SHOWAB”
Hemmm… subhanallaah…
emang begini kali ya kalo sudah jauh dari jamannya Rosululloh SAW, banyak khilafiah…
setuju deh untuk sandaran bagi yang mengamalkannya…
jaman skr jarang yang ngamalin sholawat… mgkn juga saya,
mohon doa ya… dah lama ga ngamalin sholawat, nariyah, barzanji… klo ada acara doang… smoga dengan blog ini tambah berkah kehidupan kita… amiiin…
MOhon maaf, belum kenalan ya… saya AMin.. di krw, jabar
jaza kumulloh…
–> Salam kenal juga.. Amien atas doa-nya. Terima kasih.
Imam berkata;
Sdr. Anam sebenarnya kurang memahami pembahasan di atas, fatwa di atas sudah jelas-jelas menggunakan hadits yang shoheh,katanya saudara dan ihwanuk suka menjalankan hadis yang soheh, maka jalankan saja jangan menolak hadits yang benar-banar dari rosul.
Pembahasan di atas tidak mengatakan ,yang tidak menggunakan sayyidina berarti tidak hormat,bukan kesitu arahnya tapi diperbolehkannya kata sayyidina sebelum nama rosul disebutkan.
assalam,
bacaan sayyidina sudah jelas dan disebutkan bahwasanya tidak ada hadist dan nas yang kuat untuk dibaca baik dalam shalat ataupun diluar sholat, mohon kiranya dalam pembahasan hadits yang dimuat jangan sepenggal-sepenggal, masih banyak kelanjutan dan pembahasannya.
jangan kita bahas karena ada faktor emosi..
generasi terbaik sepeninggal rasulullah tidak pernah memakai ataupun membaca kata SAYYIDINA, dan jadi, tidak ada alasan kita untuk tetap menggunakannya. bahkan sudah jelas rasulullah sendiri yang melarang.
setiap perkara baru(bid’ah) dalam ibadah adalah sesat, dan setiap kesesatan adalah neraka..
Wallahualam bissowab….
–> Di sini insya Allah tak mengedepankan emosi. Yang ada adalah pembahasan ilmu. Kebetulan yang dibahas adalah ucapan sayidina. Dan artikel membahasnya menurut madzab syafi’i berikut dalil-dalilnya.
Jika dibandingkan ucapan anda dengan masa sekarang, setahu saya .. generasi terbaik sepeninggal baginda Nabi saw juga tak pernah mengucap rodliallah, hafidzalloh, rahimahulloh untuk para syaikhnya. Jika kata sayidina dilarang hanya karena tak ada teks dalil, maka ucapan-ucapan/pujian2 tsb seharusnya juga dilarang. Jika pujian itu boleh, maka kenapa pula ucapan sayidina dilarang.
ehm … ucapan salam anda itu (“assalam”) .. tuntunan siapakah? Saya belum pernah mendengarnya dari baginda Rasul saw. Setahu saya (maaf jika salah) itu ucapan salam untuk kafirun. Apakah itu berarti anda menganggap kami …..
maaf kl tak berkenan.
Lanjutan, Imam berkata :
Sedangkan kemudian penambahan kata sayyidina itu dengan tujuan untuk lebih menghormati beliau (dengan niat di hatinya) maka hal itu adalah mubah ( boleh ) bahkan berpahala karena niat dengan tujuan mengagungkan beliau.Kullumriin maa nawaa ( setiap sesuatu tergantung niatnya.
Sdr. Anam, sdr membanding-banding dengan sholatnya Abu Bakar dan Umar Ra,lalu apakah saudara tahu persis sholat mereka? Sdr. jangan picik seperti itu. Karena penambahan lafadz sayyidina tidak ada satupun dalil yang mengharamkannya, artinya itu boleh.
Saya tidak mengatakan tanpa lafadz sayyidina berarti tidak hormat terhadap nabi.tapi saya lebih suka menggunakan tambahan sayyidina sebelum nama Muhammad disebut, dengan niat mengagungkan beliau,semoga berpahala.
Imam di Saudi arabia. Perlu di ketahui di Saudi ( ulama-ulamanya sering kali membid`ahkan ajaran kita ) yang katanya semua bid`ah adalah sesat seperti dalam fatwa-fatwa mereka misalnya dalam fatwa lajnah daimah.Karena kekeliruan mereka menafsirkan hadits – kullu bid`atin dolalah (diartikan oleh mereka, Semua bid`ah adalah sesat)padahal tidak semua bid`ah itu sesat.yakni ada bid`ah hasanah dan bid`ah sayyi`ah / dolalah.Itulah sudut pandang yang berbeda sehingga mengahasilkan fatwa yang berbeda.yang penting saling menghormati berdasarkan dalil-dalil yang di miliki masing-masing.Jazaka Allah khoer.
Loh Mase Piye Toh , larangan penyebutan sayyidina ya ini:
“Jangan kamu agungkan aku sebagaimana orang-orang Nasrani mengagungkan ‘Isa bin Maryan.Sesungguhnya saya adalah hamba Allah S.W.T maka panggilah saya ‘Abdullah wa Rasulullah.”. (H.R Ahmad).
Dah jelas2 Rasulullah melarangnya,.
kalo Mase pingin menghormati Rasulullah.., jauhi larangannya..
jangan pake hawa nafsu,..
yang wajib di agungkan hannya ALLAH saja.
ALLAHU AKBAR!!!
–> Alangkah jauhnya. Orang-orang Nasrani mengagungkan ‘Isa bin Maryan dengan menyembahnya. Sedangkan menyebut Rasulullah Muhammad saw dengan baginda Nabi saw, junjungan kita Rasul saw, sayidina Muhammad saw, dll, adalah pertanda penghormatan dan rasa cinta. Bukan mempertuhankan. Alangkah jauhnya.
Silakan baca artikel. Tampaknya anda tak membacanya. Keterangan hadits tsb justru telah diulas.
lanjutan,
Asif ana nasit, qobl kadzalik yumkin ta`aaruf ismi IMAM
(Maaf saya lupa, sebelum komentar di atas, boleh berkenalan, namaku IMAM)
Al`isy fi mumlakah asu`udiyah (hidup di negara kerajaan Saudi Arabia).Sukron jaziilan. Wa Allah baarik fiik.
Assalamu’alaikum
Sukron Katsir ya akhii Imam, serta Mas Orgawam.Saya bukan anti sayyidina, cuma khusus sholawat Nabi saya mengambil dari buku Ash-shalaatu’alaa Rasulullahi ‘alaihi wa sallam, penulis Syahatah Muhammad Shaqr. Semuanya tidak ada kata sayyidina.
Dan saya udah menemukan mengapa dalam sholat ada kata sayyidina di dalam Bolg ini juga yang katanya berasal dari ajaran Safi’i.Kalau demikian adanya kan udah jelas bahwa apa yang selama ini saya cari udah ada jawabannya.Sehingga masing-masing udah mengikuti Manhaj sesuai keyakinannya.
Wallahu a’lam
Assalammualaikum Wr Wb.
Maaf pak Imam, anda sendiri sdh memfitnah wahabi. Apakah anda yakin pijakan yang anda pegang lbh benar pijakan yg mrk pegang? Mala setau saya ahli hadits banyak dr mereka, dan mrk jg mereka jg berpegang pd 4 mazhab, tp jika mrk temukan hadits yg shahih bertentangan dgn salah satu pendapat imam 4 mazhab, maka mereka akan ikuti hadist tersebut. Bknkah Imam Syafi’i jg berpesan “Jika ada pendapatku yg bertentangan dgn perkataan/perbuatan rasulullah, maka tinggalkanlah pendapatku”. Maka yg saya liat bpk Imam terlalu taklid buta kepada salah satu Imam, sdgkan para Imam sendiri mengakui mrk msh punya kelemahan. Krn bisa aja, di zaman mrk, ada hadist yg blm terkumpul.
Wallahu ‘alam bi showab
–> Wa’alaikum salam wrwb. Maaf .. hendaknya argumen disampaikan dengan hal2 yg pasti, bukan dengan kira2, seperti “Krn bisa aja, mungkin .. dst”.
Membaca sayidina disunnahkan dalam madzab Syafi’i. Menyimak pesan Imam Syafi’i dalam komentar anda, Adakah anda menemukan ada sunnah baginda sayidina Rasul saw yg bertentangan dengan hal ini? Sunnah yg manakah itu?
Tanggapan untuk Sdr. Dhani,
Atas dasar apa Sdr. mengatakan bahwa saya telah memfitnah wahabi ? dan jelaskan kepada saya pengertian (ta`riful fitnah ) itu sendiri sehingga saya bisa lapang dada menerima pendapat Sdr.
Padahal dipoint #4 komentar saya tidak secuilpun menunjukan fitnah kepada wahabi.
Komentar saya itu bukan fitnah tapi kenyataan (haq/tanpa keraguan ) bahwa ulama2 saudi sering kali membid`ahkan ajaran kita……dst,mau bukti ? silakan buka kitab Arrosaail Almuhimmah Li `aamatil umah, Qo`idah muhtasoroh fi wujubi tho`atillah wa rosulihi wa wulaatil umuur. ada juga di fatwa lajnah daimah dan kitab2 lain.
Saya berkomentar berdasarkan bukti dan kitab2 mereka banyak ditangan saya dan dijual umum di saudi, apakah itu disebut fitnah, dan saya TIDAK SEKALIPUN MENUDUH mereka sesat,padahal MEREKA MENUDUH KAMI SESAT ke ajaran2 kami, yang juga berdasarkan Al-Qur`an dan Hadits, seperti juga mereka. Padahal perbedaan itu hanya dalam furuiyah saja bukan ushul.
Saya yakin terhadap pijakan saya adalah benar (ahlu sunah waljama`ah ) ,la Syak alaiya ( Tidak ada keragu-raguan bagi saya ), sedangkan pijakan orang lain, silakan jalankan menurut keyakinan orang itu, saya tidak boleh takabur dan mengatakan sesat terhadap golongan lain yang tidak sepaham dengan kami.
Saling hormat menghormati harus di jaga. Dia punya dalil kamipun punya dalil. Yang penting bukan debat kusir (istilah org jawa).
Assalamu’alaikum
Subhanallah, salam kenal Mas Imam
Kata siapa ahli hadits banyak dari kalangan mereka (wahabi) coba saudara tunjukkan ke saya. Kata2 saudara itu menunjukan ta`ajjub nafsah( berbangga diri ) pada golongan sdr dan termasuk juga sifat takabur.
Kemudian sdr menukil/mengambil ucapan/pesan Imam Syafi`i tapi saudara tidak tahu maknanya dan juga salah.
Yang benar adalah :
قال الإمام الشافعي رضي الله عنه : اذا صح الحديث فهو مذهبي واضربوا بقولي عرض الحائط
ومعناه اذا كنت مترددا في حكم ولم أجزم به وصح الحديث عندكم بهذا فخذوا بالحديث : كوقت المغرب فانه وقع التردد فيه هل يبقي الي وقت العشاء او لا ؟ صح الحديث عند اصحابه بانه باق الي مغيب الشفق
Artinya:
Berkata Imam Syafi`i ra. “Apabila hadits itu shoheh maka itu madzhabku, dan buanglah pendapat saya ke tembok.” Maknanya adalah ,” Apabila saya ragu-ragu/bimbang dalam suatu hukum(perkara) dan saya belum menetapkannya, kemudian ada hadits shoheh disisi kamu tentang perkara itu, maka ambillah hadits itu (yang shoheh tadi).”
Seperti waktu magrib, beliau ragu2 dalam menetapkan hukumnya, apakah tetap hingga waktu Isya atau tidak ? Kemudian ada hadits shoheh di sisi para sahabat beliau, menerangkan waktu magrib hingga hilangnya Syafaq.
Tapi pesan dari Imam Syafi`i, dipemahaman saudara seakan2 beliau membuat kesalahan dalam fatwa dengan bertentangan dengan Al-Qur`an dan hadits.yang disambung dengan ucapan saudara dengan kata2, (Karena bisa saja dijaman mereka ada hadits yang belum terkumpul), Lalu coba tunjukkan adakah kesalahan dalam fatwa Imam Syafi`i yang bertentangan dengan Al-Qur`an dan hadits, lalu hadits mana yang sekarang ada tapi di jaman mereka (Imam Madzhab) belum terkumpul.
Perlu diketahui saya sangat menghormati 4 Imam mazhab, walaupun mereka berbeda pendapat tapi tidak pernah mengatakan sesat terhadap madzhab satu dengan yang lainnya.
Lalu saudara mengatakan saya bertaqlid buta, dari sudut mana ada bisa menilai saya bertaqlid buta ?
Apakah saudara tahu makna taqlid dan apa hukumnya ? jelaskan ke saya ,jika ilmiah bisa saya terima. Terima kasih.
Assalamu’alaikum. Bagaimana tanggapan imam tentang melafazkan bacaan niat sebelum takbiratul ihram sperti Usholli fardhol maghribi dll, sebab setahu saya itu masih diluar sholat, tidak perlu dijadikan masalah sampai-sampai ada yang mengatakan bid’ah. Waasalam
–> Wa’alaikum salam wrwb. Pertanyaan anda ada di beberapa artikel kami, antara lain dibahas di sini. Silakan simak.
وعليكم السلام
Jawaban saya ambil dari madzhab Hanafi dari kitab Al-Ikhtiyar lita`lil al-Mukhtar karangan Syeh Abdullah bin Mahmud Al-Hanafi dalam bab Apa yang dilakukan sebelum Sholat :
قال : ( وينوي الصلاة التي يدخل فيها نية متصلة بالتحريمة ، وهي أن يعلم بقلبه أي صلاة هي ، ولا معتبر باللسان ) لأن النية عمل القلب . قال محمد بن الحسن : النية بالقلب فرض ، وذكرها باللسان سنة ، والجمع بينهما أفضل ; والأحوط أن ينوي مقارنا للشروع : أي مخالطا للتكبير كما قاله الطحاوي . وعن محمد فيمن خرج من منزله يريد الفرض في جماعة ، فلما انتهى إلى الإمام كبر ولم تحضره النية يجوز لأنه باق على نيته بالإقبال على تحقيق ما نوى ، ثم إن كان يريد التطوع يكفيه نية أصل الصلاة ، وفي القضاء يعين الفرض ، وفي الوقتية ينوي فرض الوقت أو ظهر الوقت .
Abu Hanifah berkata : ( Niat sholat, masuknya niat sholat melekat dengan takbirotul ikhrom, yaitu mengerti/memahami dengan hatinya terhadap sholat itu,dan tidak diperhitungkan (sah sholat) niat dengan lisan, karena niat adalah perbuatan hati. Berkata Muhammad bin Al-hasan : Niat dalam hati adalah wajib, dan mengucapkannya dengan lisan adalah sunah,mengumpulkan keduanya adalah lebih utama (afdol). Imam Ath-Thohawi berkata : Untuk kehati2an supaya berniat sholat berbarengan dengan permulaannya : yaitu bercampur dengan takbirotul ikhrom. Riwayat dari Muhammad, bagi orang yang keluar dari rumahnya untuk melaksanakan sholat wajib dengan berjamaah ketika sampai pada imam kemudian bertakbir dan tidak menghadirkan niat adalah boleh karena tetapnya niat dengan menetapi apa yang diniatkannya. Kemudian bila ia menghendaki sholat sunah ,maka mencukupi niat asal sholatnya, dan bila mengqodlo sholat (fardlu) maka menentukan jenis sholat fardunya, dan untuk sholat yang ditetapkan waktunya, maka niat fardlu waktunya atau dzohir waktunya.
( وإن كان مأموما ينوي فرض الوقت والمتابعة ) أو ينوي الشروع في صلاة الإمام أو ينوي الاقتداء بالإمام في صلاته .
(Jika sebagai makmum maka berniat fardu waktunya dan niat mengikuti imam) atau niat masuk dalam sholatnya imam atau niat mengikuti sholatnya imam.
Dalam Madzhab Imam Syafi`i dari kitab Al-Khawi Al-Kabir fi fiqhi madzhab Al-Imam As-syafi`i karangan Syeh Abul Hasan bin Muhammad Al-Bisri :
فصل : وأما الفصل الثاني : في كيفية النية فتحتاج أن تتضمن ثلاثة أشياء : فعل الصلاة ، ووجوبها ، وتعيينها ، لأن العبادات كلها على ثلاثة أضرب
ضرب يفتقر إلى نية الفعل لا غير ، وضرب يفتقر إلى نية الفعل والوجوب لا غير ، وضرب يفتقر إلى نية الفعل والوجوب والتعيين ،
Fasal : Adapun fasal kedua : dalam menjelaskan cara niat, maka niat sholat membutuhkan 3 hal : perbuatan sholatnya, kewajibanya, dan menentukan jenis sholatnya. Karena semua ibadah atas 3 macam : macam ibadah yang membutuhkan kepada niat fi`li tanpa yang lain, macam ibadah yang membutuhkan kepada niat fi`li dan niat kewajiban tanpa yang lain, dan macam ibadah yang membutuhkan kepada niat fi`li ,niat kewajiban dan penentuan ( ibadah).
Jadi menurut hemat saya pelafadzan niat Anda dengan mengatakan usholli fardhol magribi ada`an makmuman (kalo sebagai makmum)…dst adalah sudah benar dan mencakup pendapat dari madzhab yang saya jelaskan di atas. Sesuai dengan madzhab Hanafi pula pelafadzan niat adalah sunah bukan bid`ah. terimakasih.
Assalamu’alaikum. Mohon penjelasan pak Imam tentang dzikir dan do’a bersama setelah selesai sholat, amalan membaca surah yasin pada setiap malam juat secara berjamaah di masjid atau dirumah-rumah, serta Bacaan tahlil dan do’a arwah, sebab ada sebagaian yang mengatakan itu semua bid’ah, sekali lagi mohon penjelasan sebagai referensi. Saya sendiri aktif dalam kegiatan tersebut.. Waasalam
–> Wangalaikum salam wrwb. Salam kenal mas hasim. Pertanyaan anda banyak. Namun intinya satu, itu semua adalah ibadah sunnah (dan ghairu mahdah).
Dzikir sebagai amalan sunnah, sunat (bukan wajib) dilakukan di manapun dan kapanpun, sendiri-sendiri atau bersama-sama (setelah shalat, setelah adzan, malam senin, selasa, rabu…jum’at dsb, di rumah, di jalan, tanah lapang, dsb). Apapun bacaan dzikir (tahlil, yasin, istighasah dll), semakin banyak dilakukan semakin banyak pahala. Ini semua tak menyalahi syariat dari baginda Rasul saw.
Ada pembahasan beberapa ttg hal ini, silakan cari dari search di bagian kanan atas blog ini.
Para Muhajirin dan Anshor radiyallohu anhum (9:100) bisa masuk surga karena sederhana melaksanakan sunnah yakni cukup “sami’naa wa atho’naa” (2:186, 24:51), mereka paham tidak boleh menentang Rasul (4:115), dan tidak berani mengatakan “inikan baik” jika belum ada keterangan dari Alloh dan Rasul-Nya (7:33, 7:204, 7:205, 20:7, 49:1, 42:21)
Tidak seperti satu kaum yang suka “sami’naa wa ashoinaa” (4:46).
Agama adalah Nasihat.
Bagi yang tidak mau nasihat, jangan marah,
jangan marah,
jangan marah.
Para Muhajirin dan Anshor radiyallohu anhum (9:100) bisa masuk surga karena sederhana melaksanakan sunnah yakni cukup “sami’naa wa atho’naa” (24:51, 2:186, 2:285), mereka paham tidak boleh menentang Rasul (4:115), dan tidak berani mengatakan “inikan baik, itukan baik” jika belum ada keterangan dari Alloh dan utusan-Nya (7:33, 7:204, 7:205, 20:7, 49:1, 42:21)
Jangan sampai seperti satu kaum yang suka “sami’naa wa ashoinaa” (4:46).
“Selisihilah musyirikin, potonglah kumis”, maka yang memotong kumis apa dianggap sudah cukup menyelisihi musyrikin?
Yang jelas adalah yang membiarkan kumisnya panjang maka termasuk menentang Rasul.
to anugrah,
kita mau sami’ dan atho’ kemana? emang kita bisa denger Nabi SAW ngomong langsung?
anda ini ngomong seolah2 anda ini adalah sahabat yg HIDUP SEZAMAN DENGAN NABI SAW
sekedar mampir. Afwan, sekedar informasi. orang ini tampaknya awam. bukan Ahli Hadis, tapi bicara soal Hadist. Tunjukan satu aja tulisan Asli (dari kitab aslinya) imam Syafi’i (Al-Umm, dll) yg menorehkan/membenarakan perkataannya (penambahan sayyidina di shalawat). atau bisa 4 Imam yg lain juga boleh. Ingat yg ASLINYA. Bukan SADURAN atau TULISAN murid2nya atau pengikutnya.
entah itu tulisan dalam tata cara shalat ataupun yg lainnya.
jawab dulu permintaan ane, baru bisa lanjut ke diskusi berikutnya:
Allahu alam
Anda itu aneh, Anda akan menolak perkataan “ziyadah sayyidinaa” tapi kami (yang mendukungnya) yang disuruh mencari dalilnya, tidak kebalik itu ? harusnya kami yang bertanya : Mana dalil Anda sebagai dasar penolakan “ziyadah sayyidinaa” atau pembid`ahannya? silakan Anda ambil kitab manapun yang penting ikutkan bahasa arab aslinya baik dari sumber aslinya ataupun dari murid2nya, setelah itu mari kita diskusikan.
Subhaanallah… semoga Allah membukakan pintu hati kami… sehingga kebenaran dapat kami terima dengan lapang dada (legowo) Salam kenal buat Akh Imam, mau nanya, maaf agak melebar dari pokok bahasan… menurut madzhab Syafi’i lebih didahulukan manakah antara tangan dan lutut ketika kita hendak sujud? dan apakah rasulullah juga duduk menghadap makmum ketika selesai salam ? lebih utama mana dzikir sirr dg jahr berjamaah? Syukron wa jazaakumullah khoiran katsiir.
Ass. Wr. Wb.
Adanya perbedaan dalam Islam, sebenarnya tidak perlu dipertajam. Sebab dengan memperuncing perbedaan itu tak ubahnya seseorang yang suka menembak burung di dalam sangkar. Padahal terhadap Al-Qur’an sendiri memang terjadi ketidak samaan pendapat. Oleh sebab itu, apabila setiap perbedaan itu selalu dipertentangkan, yang diuntungkan tentu pihak ketiga. Atau mereka sengaja mengipasi ? Bukankah menjadi semboyan mereka, akan merayakan perbedaan ? Hanya semoga saja jika pengomporan dari dalam, hal itu bukan kesengajaan. Kalau tidak, akhirnya perpecahan yang terjadi.
Apabila perbedaan itu memang kesukaan Anda, salurkan saja ke pedalaman kepulauan nusantara. Disana masih banyak burung liar beterbangan. Jangan mereka yang telah memeluk Islam dicekoki khilafiyah furu’iyah. Bahkan kalau mungkin, mereka yang telah beragama tetapi di luar umat Muslimin, diyakinkan bahwa Islam adalah agama yang benar. Sungguh berat memang.
Ingat, dari 87 % Islam di Indonesia, 37 % nya Islam KTP, 50 % penganut Islam sungguhan. Dari 50 % itu, 20 % tidak shalat, 20 % kadang-kadang shalat dan hanya 10 % pelaksana shalat. Apabila dari yang hanya 10 % yang shalat itu dihojat Anda dengan perbedaan, sehingga menyebabkan ragu-ragu dalam beragama yang mengakibatkan 9 % meninggalkan shalat, berarti ummat Islam Indonesia hanya tinggal 1 %.
Terhadap angka itu Anda ikut berperan, dan harus dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT. Astaghfirullah.
Wass. Wr. Wb.
hmjn wan@gmail.com