Susahnya Mengurus PKL

Menelusuri berita tentang penertiban PKL di UGM. Alangkah susahnya. Ditertibkan sudah sejak luaamaaaaaaaa duluuuuu.

Beginilah kalau sedikit dibiarkan. Lama-lama banyak membangun kekuatan. Akhirnya si empunya rumah kuwalahan. Apalagi ada pihak luar ikut campur; LSM, paguyuban, mahasiswa, jadilah tambah ruwet.

Ketika masih sedikit dibiarkan, setelah mereka banyak dan melawanmu … maka bingunglah kau.

http://news.okezone.com/SKS/index.php/ReadStory/2008/12/17/65/174412/pkl-ugm-kembali-berdemo-tolak-relokasi

Rabu, 17 Desember 2008 12:37 wib
PKL UGM Kembali Berdemo Tolak Relokasi

YOGYAKARTA – Unjuk rasa lanjutan puluhan PKL Boulevard Universitas Gadjah Mada (UGM) berlangsung tegang dan memanas karena dihadang satuan Keamanan Kampus (SKK) UGM.

Ketegangan terjadi ketika para PKL berunjuk rasa di Bundaran UGM berusaha mendekati acara peletakan batu pertama tempat relokasi bagi para PKL di sekitar Gelanggang Mahasiswa yang dihadiri oleh Rektor UGM Prof Dr Ir Sudjarwadi.

Ketua Aliansi PKL UGM Suprihono menjelaskan, aksi puluhan PKL ini ialah menolak secara tegas rencana UGM melakukan relokasi bagi 55 PKL yang biasa menjajakan dagangannya di sekitar Boulevard.

“Sekali lagi kita tetap tegas menolak rencana relokasi apapun tawaran dari UGM,” jelas Suprihono di sela-sela aksi, Rabu (17/12/2008).

Mereka takut jika nantinya direlokasi pendapatan mereka akan turun. Apalagi tempat yang baru ini dinilai tidak strategis bagi mereka. Para PKL lebih sepakat untuk tidak relokasi, namun renovasi bagi tempat mangkal mereka sehari-hari. “Tempatnya kami pandang tidak strategis. Kami takut pendapatan kita turun drastis,” katanya.

Dalam kesempatan itu, mereka sekali lagi menolak tudingan bahwa para PKL-lah yang membuat kesan kumuh dan kotor sekitar Boulevard UGM.

Sebelum mendekati lokasi peletakan batu pertama, para PKL sempat berusaha menyingkirkan pagar pembatas yang disiapkan oleh puluhan SKK UGM. Usai itu mereka merangsek maju namun terus dihadang oleh SKK. Pada saat itulah sempat terjadi sedikit gesekan antara kedua pihak, namun akhirnya tidak berlangsung lama dan tidak menimbulkan bentrokan.

Puas berorasi di hadapan SKK, para PKL kemudian mengeluarkan pernyataan sikap menolak relokasi, serta dicabutnya SK Rektorat UGM tentang Usaha Kecil di Lingkungan Kampus. Setelah itu mereka pun membubarkan diri. (Satria Nugraha/ram)

Saat melakukan aksi, PKL yang tergabung Aliansi PKL UGM itu didampingi para aktivis mahasiswa. Aksi dimulai dari Bundaran UGM menuju depan kantor PT Gama Multi Usaha Mandiri (PT GMUM), unit usaha milik UGM yang akan menangani relokasi PKL. Kantor tersebut hanya berjarak 100 meter dari Bundaran UGM.

.

http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/12/15/1/173669/pkl-ugm-tolak-rencana-relokasi

PKL UGM Tolak Rencana Relokasi
Senin, 15 Desember 2008 – 12:37 wib

YOGYAKARTA-Lebih dari 50 orang pedagang kaki lima (PKL) Boulevard UGM menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM), hari ini. Para PKL ini menggelar aksi terkait rencana relokasi yang akan dilakukan pihak UGM.

Koordinator lapangan Aliansi PKL UGM, Tupardiyono mengatakan, mereka menolak relokasi karena tempat yang baru ini dinilai tidak memadai dan tidak strategis dari jangkauan konsumen.

“Lahan untuk relokasi diketahui di antara Gelanggang Mahasiswa, gedung BNI serta Kopma UGM. Tapi tempat itu kan tertutup dan jauh dari konsumen,” terang Tupardiyono di sela-sela aksi di Bundaran UGM, Senin (15/12/2008).

Dia menambahkan selain masalah lokasi yang tidak strategis, para PKL juga membantah keberadaan mereka justru sering menimbulkan ketidaktertiban dan kesan kumuh. Bahkan jika pihak UGM ingin meminta uang kebersihan pun mereka mengaku sanggup membayar.

“Lihat saja ketika angin puting beliung melanda UGM, para PKL juga bekerja sama ikut membersihkannya,” tegasnya.

Terkait aksi penolakan itu sendiri, PKL UGM mulai mendirikan posko advokasi. Dalam aksi itu mereka juga membawa beberapa poster dan spanduk yang antara lain bertuliskan “Menggusur PKL=Musuh Rakyat”,”UGM Go Internasional, PKL Go…..”, serta “Tolak Relokasi”.

Kepala Humas dan Protocol UGM Suryo Baskoro menyatakan, pihaknya tetap akan melakukan relokasi kepada 55 PKL UGM di sekitar Boulevard tersebut. Menurut Suryo relokasi ini diharapkan akan dapat memberikan tempat usaha yang lebih nyaman dan terkonsentrasi bagi para PKL.

“Kita tetap Mas, agar dapat memberikan tempat usaha yang lebih nyaman dan terkonsentrasi bagi para PKL,” tutur Suryo melalui pesan singkatnya. (Satria Nugraha/Trijaya/ram)

.

Tolak Rencana Relokasi, PKL UGM Berunjuk Rasa
http://jogjainfo.net/tolak-rencana-relokasi-pkl-ugm-berunjuk-rasa.html
December 16, 2008

HARIAN JOGJA – DEPOK: Puluhan pedagang kaki lima (PKL) yang biasa berjualan di kawasan kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Senin (15/12) kemarin melakukan aksi demo di Bunderan UGM. Para pedagang itu menolak rencana relokasi yang akan dilakukan pihak kampus. Ketua Paguyuban PKL Boulevard UGM, Tukiyat (46), mengatakan sesuai hasil pertemuan antara pihak kampus dengan para PKL yang digelar Jumat (11/12) pekan lalu , pihak Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset (PPA) UGM melalui PT Gama Multi menginginkan sejak 19 Desember 2008, daerah yang selama ini digunakan untuk berjualan oleh para PKL tersebut harus dikosongkan.

Alasan relokasi tersebut, imbuh Tukiyat, karena pihak kampus berencana menjadikan UGM sebagai kampus internasional. “Dengan begitu keberadaan PKL dianggap merusak pemandangan dan menjadi sampah,” katanya lagi.
Pemberitahuan perihal adanya rencana relokasi tersebut, imbuh Tukiyat, memang telah dilakukan berkali-kali. “Sejak sekitar 2004 lalu, memang pernah ada rencana untuk direlokasi, tapi hal ini kami anggap merugikan PKL karena lahan relokasi yang tidak sesuai,” tutur dia.

Adapun lokasi relokasi yang ditawarkan yakni di sebelah Timur Bank BNI UGM. Namun, lokasi tersebut dinilai tidak memenuhi syarat oleh para PKL. “Daerah itu merupakan pusat kegiatan mahasiswa dan juga sepi pembeli. Kalau memang harus direlokasi, kami mohon relokasi yang sesuai dengan keinginan kami,” pinta Tukiyat.

Selain relokasi, Tukiyat mengatakan pihak kampus juga akan menerapkan sistem kontrak yang dilakukan PT Gama Multi pada lokasi tersebut. “Dari aturan yang akan dibuat, PKL hanya diberi waktu selama empat tahun, setelah itu harus keluar.”

“Padahal, selama ini tidak pernah ada ketentuan semacam itu. Kalau memang menginginkan sistem kontrak, bagi kami sebenarnya tidak menjadi masalah, tapi segala sesuatunya ya mesti adil,” tegas pria yang mengaku sudah sejak 1982 [sekitar 26 tahun] menjadi PKL di kawasan UGM.
Aksi tersebut merupakan aksi perlawanan para PKL serta mahasiswa UGM yang merasa kebijakan relokasi tidak adil. Lakso Anindito, salah satu mahasiswa Fakultas Hukum UGM yang turut melakukan aksi demo, mengatakan mahasiswa sangat membutuhkan PKL.

Keberadaan para PKL tersebut, menurut Lakso, tidaklah mengganggu apabila dikelola dengan baik. PKL masuk ke wilayah UGM semasa mantan rektor dijabat almarhum Prof Koesnadi Hardjasoemantri. Keberadaan PKL tersebut menurut Lakso bisa menjadi objek wisata seperti halnya di Thailand.

“Kami dari unsur mahasiswa melakukan aksi demo ini bukannya tidak punya konsep ataupun solusi sama sekali. Mahasiswa dalam hal ini memang sebatas menjadi mediator, tapi mahasiswa juga sudah punya konsep untuk ditawarkan terkait dengan pengelolaan PKL, tapi konsep itu tidak ditanggapi,” cetusnya.

Aksi kemarin itu diwarnai pula gerakan pengumpulan tanda tangan sebagai wujud dukungan terhadap PKL. Selain itu, sejak kemarin telah didirikan pula posko advokasi PKL, yang merupakan salah satu wujud penolakan kebijakan relokasi. Dengan adanya posko itu, PKL mengajak masyarakat ikut berpartisipasi memberikan dukungan kepada mereka.

Oleh Prihati Puji Utami

.

http://www.mahasiswa.com/index.php?ar_id=5567

8 Maret 2008
SKK-PKL UGM Kembali Bersitegang

Para pedagang kaki lima (PKL) di lingkungan UGM, kembali bersitegang dengan satuan keamanan kampus (SKK) kampus tersebut. Itu, terjadi saat puluhan petugas SSK berniat menertibkan PKL yang berjualan di kawasan lembah sekitar pukul 09.30, Rabu (5/3).

Kejadian bermula saat para petugas SKK meminta para PKL pindah dan menempati lokasi baru di Jalan Olahraga, sebelah timur Fakultas Filsafat. Permintaan ini serta merta ditolak para pedagang sehingga terjadilah keributan antara PKL dengan para petugas yang dipimpin Ketua SKK Dida Suwandi.

Pada kejadian kemarin, para PKL mendapat dukungan para mahasiswa yang tergabung dalam mahasiswa peduli PKL. Tapi, ketegangan itu berhasil diredakan setelah sejumlah anggota Polsek Sleman yang dipimpin Kabag OPS AKP Syaiful Anwar menengahi mereka.

Para PKL dan petugas SSK UGM akhirnya menggelar dialog. Koordinator PKL Yoga Adi Pratama menegaskan, pihaknya tak menolak rencana relokasi yang dilakukan UGM. Hanya, mereka minta UGM menyiapkan lokasi yang akan ditempati pedagang.

“Sampai saat ini lokasinya saja belum disiapkan. Mosok harus pindah dulu. Nanti, kami makan apa?” sergah Yoga seperti dilansir jawapos.com.

Mereka juga menolak menerapkan sistem berjualan secara giliran yang ditawarkan pihak UGM. Tawaran itu, dinilai akan merugikan PKL. “Kalau memang (PKL) mau ditata, disiapkan dulu (tempatnya). Baru nanti kami akan pindah,” janji Yoga.

Dari dialog tersebut, akhirnya disepakati petugas SKK tetap mengizinkan pedagang berjualan di sekitar UGM. Tapi dengan catatan, tak mengganggu arus lalu lintas pengguna jalan. Sampai siang hari beberapa petugas SKK masih tetap berjaga-jaga di sekitar lembah UGM.

Sementara itu Dida menjelaskan, penataan para PKL ini sudah menjadi program UGM sejak lama. Selama ini, keberadaan para PKL dinilai mengganggu ketertiban arus lalulintas di UGM. “Banyak kecelakaan yang terjadi karena para PKL mangkal di jalan umum,” paparnya.

Selain itu, pemindahan PKL ini sesuai rencana penataan kawasan UGM. Rencananya, para pkl akan ditempatkan dalam satu kawasan terpadu di jalan Olahraga sebelah timur Fakultas Filsafat. “Di situ akan dibangun gerai-gerai yang akan ditempati para pedagang,” ungkapnya.

Tapi untuk menempati lokasi itu, para pedagang harus didata terlebih dulu. Sebab, jumlah gerai yang disediakan terbatas. “Para pedagang juga akan diminta membayar sejumlah uang sebagai beaya perawatan dan fasilitas seperti air dan kebersihan,” tandasnya.

Di sisi lain, para mahasiswa mengkritik kebijakan Rektor UGM dalam menata kawasan kampus. Menurut mereka, kebijakan yang dikeluarkan UGM sangat diskriminatif.

“Kenapa hanya PKL yang diopyak-opyak. Book store yang jelas-jelas melanggar ROI jalan tidak diapa-apakan,” kata Prima, salah satu mahasiswa yang ikut dalam advokasi PKL ini.

Ia juga menegaskan, saat ini UGM juga bukan lagi merupakan kampus kerakyatan. Tapi, merupakan lembaga untuk menguras uang rayat. “Bisa-bisa nanti singkatan UGM jadi Universitas Gaji Mahal,” selorohnya.

.

http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/03/05/1/89146/pkl-plus-mahasiswa-adu-mulut-dengan-satpam-ugm

PKL Plus Mahasiswa Adu Mulut dengan Satpam UGM
Rabu, 5 Maret 2008 – 12:59 wib

SLEMAN – Pedagang kaki lima kembali terlibat adu mulut dengan SKK (Satuan Kemanan Kampus) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Kali ini pedagang mendapatkan dukungan dari mahasiswa UGM yang tergabung dalam Mahasiswa Peduli PKL.

Adu mulut terjadi saat pada pedagang sedang berdatangan untuk menempati lokasi usaha mereka di Jalan Olah Raga sebelah timur Fakultas Filsafat, Rabu (5/3/2008).

Begitu para pedagang datang, oleh anggota SKK dibawah pimpinan Komandan SKK Deda Suwandi langsung diminta untuk masuk di lapangan yang akan dipergunakan menjadi lokasi relokasi. Namun permintaan ini tidak digubris pedagang dengan tetap menjajarkan gerobak usaha di lokasi semula.

“Pokoknya ditata seperti biasanya, biarkan saja, kalau tidak berdagang kita mau makan apa,” kata Yoga Adi Pratama, koordinator PKL UGM.

Aksi nekat pedagang ini langsung memicu adu mulut. Beruntung aparat dari Polres Sleman yang dipimpin Kabag OPS AKP Syaiful Anwar bisa menengahi suasana. Sehingga, suasana panas yang terjadi langsung bisa mereda.

Hingga siang ini dialog antara mahasiswa dan PKL dengan anggota SKK masih terus terjadi. Namun proses penataan kemarin tidak diikuti dengan aksi bongkar paksa memindahkan pedagang seperti pada kejadian sebelumnya. (Maha Deva/Sindo/jri)

.

http://www.balairungpress.com/node/56
Babak Baru PKL vis a vis UGM
Fri, 05/23/2008 – 18:02 — admin

Rencana relokasi kembali digalakkan. PKL melawan lewat jalur hukum.

Aksi saling tarik gerobak mewarnai usaha SKKK memindah PKL dari badan Jalan Olahraga ke lapangan timur Fakultas Filsafat (27/2). Surat edaran tertanggal 12 Februari 2008 menandaskan, mulai keesokannya, PKL di Jalan Olahraga dilarang berjualan. Surat tersebut disertai ultimatum pengusiran jika para pedagang tidak mengindahkan.

Alih-alih menata PKL untuk ketertiban dan keindahan, relokasi malah menimbulkan kerugian bagi PKL. “Semenjak gerobak dinaikkan ke trotoar dan motor dilarang parkir di badan jalan, omzet penjualan kami turun. Dari 150 ribu menjadi 50-70 ribu sehari,” tutur Indri, pedagang gorengan di Jalan Olaharga, timur Fakultas Filsafat.

Kejadian serupa dialami PKL di Jalan Stadion Madya. Mereka sebenarnya telah mendapat tiga kali peringatan agar mengosongkan tempat mangkal dalam tenggat 3×24 jam. Peringatan terakhir (25/2) ditandai keluarnya Surat Edaran Nomor SE/12/SKKK/2008. Sedangkan tempat mereka berjualan sebelumnya ditanami bis. “Dengar-dengar trotoar ini (Jalan Madya) akan dibikin taman,” kata Wasiran, PKL di Jalan Stadion Madya.

Sejatinya, Paguyuban Pedagang Kaki Lima Lembah UGM (PPKLLU) menyetujui relokasi dengan syarat ada kepastian tempat dan waktu serta tanpa sistem sif. Meski tidak menyatakan keberatan, PKL di Jalan Olahraga menolak untuk berhenti berjualan sebagaimana diperintahkan lewat surat edaran pertama (12/2). Isi surat bernomor SE/06/SKKK/2008 itu meminta PKL di Jalan Olahraga untuk berhenti berjualan, terhitung dari 13 Februari sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

PPKLLU sebelumnya telah negosiasi dengan Kepala SKKK R. Deda Suwandi, SMIK., S.E. Deda menganjurkan untuk membuat permohonan ke rektorat untuk penangguhan relokasi dan izin berjualan. PPKLU pun menyurati rektorat (14/2). Sayangnya, usaha ini tak kunjung mendapat balasan. Justru yang terjadi adalah aksi tarik-menarik gerobak, sehingga PPKLLU meminta bantuan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta dan Dewan Mahasiswa Justicia Fakultas Hukum (FH) untuk menyelesaikan kasus ini.

Saat ini, LBH Yogyakarta tengah mengupayakan konsolidasi antara PKL dan universitas. Dalam tuntutannya, PPKLLU yang diwakili kuasa hukum Naya Amin Zaini, S.H. mendesak universitas segera mengeluarkan konsep relokasi yang jelas. Sebelum tuntutan tersebut terlaksana, mereka akan tetap berjualan di Jalan Olahraga dan Jalan Stadion Madya.

Aksi perlawanan PPKLLU juga didukung sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli PKL (AMPP). Aliansi ini digawangi BEM KM sebagai wujud kepedulian terhadap PKL. “Aliansi ini tidak murni BEM KM. Kami hanya bagian aliansi,” kata Presiden BEM KM Budiyanto saat ditemui di sela aktivitasnya. Menurutnya, AMPP hanya membantu advokasi dan mediasi dengan pihak rektorat. Selanjutnya, masalah akan dikaji mahasiswa FH bekerja sama dengan LBH Yogyakarta.

Lain hal dengan PKL di lembah yang menyatakan kesediaan relokasi, PKL di bulevar menolak tegas apapun bentuk relokasinya. Saat ditemui di tempat mangkal, koordinator PKL Tukiyat menyatakan, usaha relokasi ini bukan kali pertama. Rencana-rencana sebelumnya telah digagalkan. Dia pun optimis rencana kali ini dapat dinegosiasikan. Pihaknya menambahkan belum pernah mendiskusikan dengan SKKK. Sebab, SKKK hanya menjanjikan penataan, bukan relokasi.

Selain itu, Tukiyat mengaku telah mengantongi izin resmi dari Kepala SKKK untuk berjualan di bulevar. “Pak Deda pernah mengatakan, kami tetap boleh berjualan asal jumlah kami tidak bertambah,” tukas Tukiyat.

Faktor lain yang menjadi alasan keengganan PKL di bulevar untuk direlokasi adalah status lapangan di timur Fakultas Filsafat. Tukiyat menjelaskan, lapangan di dekat Jalan Olahraga itu merupakan fasilitas umum untuk olahraga, bukan lahan kosong biasa yang bisa dipakai untuk relokasi. Menurutnya, upaya ini mengisyaratkan pelenyapan PKL oleh universitas. “Relokasi itu cuma politik halus untuk mengusir PKL dari UGM,” ujar Tukiyat.

Dimintai tanggapan mengenai PKL, Jacklyn dan Afni, mahasiswa Fakultas Pertanian 2006, mengatakan bahwa keberadaan PKL memang mengganggu, tetapi sekaligus menguntungkan. “Sekadar membuat pemandangan semrawut. Selebihnya, kita jadi lebih dekat dengan tempat makan,” ujarnya. Menanggapi rencana relokasi PKL, mereka berharap, tempat relokasi nanti lebih representatif dan memiliki fasilitas yang layak bagi PKL. [Retno, Rifki]