Sebuah catatan mengenai Kerusuhan Bangkok
Sebuah catatan mengenai Kerusuhan Bangkok. Detik-detik yang menegangkan. Berita yang tak sesuai kenyataan. Adanya peng-kasta-an dalam rencana evakuasi, dll. Ditulis menurut sudut pandang penulis, dan penilaian keobyektifitasnya diserahkan ke pembaca.
Ditulis oleh seorang rekan mahasiswi dari Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand. Beliau tinggal di area posisi rawan ketika konflik berlangsung (Petchburi, Bangkok).
Mohon maaf bagi yang tak berkenan. Semoga dapat diambil manfaatnya.
.
.
Kerusuhan di Bangkok (1)
Frieska Evita Ayurananda
| 21 Mei 2010 | 17:02
Kerusuhan di Bangkok yang terjadi beberapa hari yang lalu menyita banyak korban jiwa dan juga menyebabkan kerugian material yang sangat besar. Menurut saya tidak ada yang menang dalam pertempuran ini dan kedua belah pihak sama-sama mengalami kerugian. Saya hanya berdoa semoga Krung Thep Maha Nakhon (Bangkok) bisa segera pulih, masyarakat Thailand bisa saling berdamai dan bisa kembali menjadi masyarakat yang ramah seperti yang saya temui beberapa tahun yang lalu.
Berikut ini adalah catatan harian saya yang sempat “terjebak” di apartment selama beberapa hari karena adanya peristiwa ini.
Kamis 13 Mei 2010
Hari ini akhirnya selesai sudah saya mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan prosedur kelulusan. Rencananya hari ini saya mau menghabiskan waktu untuk bersantai menikmati secangkir kopi di Grand Canyon Platinum Mall sambil membaca buku The Return of Sherlock Holmes yang belum sempat terselesaikan. Baru beberapa saat menikmati harumnya black coffee, terdengar pengumuman kalau Platinum Mall akan segera ditutup karena masalah keamanan. Sesaat setelah pengumuman itu, banyak warga yang berhamburan keluar dan saya baru tersadar kalau arus lalu lintas di depan Jl Petchburi padat sekali. Tanpa banyak berpikir sayapun langsung pulang dan mengakses internet untuk mencari tahu kabar terbaru hari ini. Pemerintah Thailand memutuskan untuk mengambil langkah-langkah tegas untuk mulai membubarkan demonstrasi yang dilakukan oleh kelompok United Front of Democracy against Dictatorship (UDD), atau yang lebih dikenal sebagai kelompok kaus merah, yang menduduki area Rajprasong sejak bulan Maret. Rencananya pemerintah akan memutus listrik, air dan sinyal telefon di sekitar daerah Rajprasong, membatasi akses transportasi dengan cara menempatkan blockade di jalan-jalan tertentu dan menempatkan checkpoints di titik-titik tertentu. Apartment tempat tinggal saya (Athen apartment) yang terletak di Jl. Petchburi Soi 11 juga terkena dampaknya karena Jl. Petchburi letaknya lumayan dekat dengan area Rajprasong dan termasuk salah satu jalan yang di blokir. Jadi setiap kali keluar kita harus melapor di checkpoint yang terletak di setiap perempatan (ujung jalan) dan menunjukkan kartu identitas.
Sekitar pukul 19:00 terdengar kabar bahwa salah satu pemimpin demonstrasi, Mayor Jenderal Khattiya Sawatdhipol atau yang lebih dikenal dengan nama Seh Daeng ditembak di kepalanya (link).
Malam itu bentrokan antara para demonstran dan polisi kembali terjadi di daerah Lumpini Park dan Sala Daeng dan memakan korban satu orang meninggal dan 10 orang luka-luka seperti yang diberitakan oleh koran Bangkok Post (link)
Jumat, 14 Mei 2010
Pagi ini Jalan Petchburi masih tetap di blokir, kawat berduri terlihat tergeletak di tengah jalan, polisi dan tentara juga terlihat siap siaga di checkpoints dan di beberapa titik tertentu. Meskipun demikian, kehidupan di sekitar apartment saya bisa dibilang berjalan seperti biasanya. Sepeda motor masih berseliweran, toko-toko makanan (seven-eleven) juga masih buka dan persediaan makanannyapun masih lengkap. Karena kampus saya (Chulalongkorn University) ditutup, saya memutuskan untuk tinggal di apartment dan memantau perkembangan keadaan dari internet. Saya mengikuti perkembangan situasi di Bangkok ini dari beberapa website seperti Bangkok Post, The Nation, CNN.
The Thai Report, facebook dan twitter. Saya mencoba membuka website KBRI Bangkok dan Deplu . Tapi saya TIDAK menemukan adanya pengumuman yang menghimbau WNI yang berada di Bangkok untuk menghindari daerah-daerah tertentu ataupun untuk mulai mengungsi. Saya juga TIDAK menemukan informasi mengenai nomor darurat yang bisa saya hubungi jika kerusuhan terjadi. Karena satu-satunya informasi yang bisa saya temukan adalah nomor telefon kantor KBRI Bangkok, sayapun memberitahu keluarga saya di Indonesia untuk menghubungi nomer tersebut jika kerusuhan terjadi dan nomer hp saya tidak bisa dihubungi.
Hari ini menurut berita, bentrokan masih terus terjadi antara para demonstran dan polisi serta tentara militer. Di daerah Sala Daeng para demonstran melemparkan petasan dan roket-roket buatan untuk menghalau helicopter yang terbang di sekitar area tersebut. Di daerah Lumpini Park dan Rang Nam, bus dibakar dan tembak-tembakan antara demonstran dan tentara juga berlangsung terus menerus. Suara tembak-tembakan dan ledakan terdengar cukup keras dari apartment saya karena daerah Rang Nam ini lumayan dekat dari area Petchburi. Pertempuran hari ini memakan korban tewas sebanyak 16 orang dan luka-luka sebanyak 141 orang (link).
Kameraman dari kantor berita France 24, Nelson Rand, dilaporkan terkena tembakan sampai tiga kali (link)
Kedutaan besar Amerika Serikat yang berada di Wireless Road dilaporkan tutup. Dan pihak kedutaan sendiri menawarkan evakuasi secara sukarela (voluntary relocation) bagi pegawai-pegawainya yang berada di daerah konflik.
Sabtu, 15 Mei 2010
Pertempuran masih terus berlangsung di daerah Rang Nam, Rajprasong, Din Daeng, Sala Daeng, Lumpini Park dan Rama IV. Kedutaan besar Jepang yang terletak di dekat Suan Lum Market meminta bantuan untuk mengevakuasi 100 orang pegawainya yang terjebak di sana (link).
Pertempuran hari ini menewaskan 22 orang dan melukai 172 orang (link).
Minggu, 16 Mei 2010
Pertempuran juga dilaporkan masih terus berlangsung di daerah Rang Nam, Rajprasong, Din Daeng, Sala Daeng, Lumpini Park dan Rama IV. Suara tembakan-tembakan dan ledakan sudah mulai tidak asing lagi di telinga. Asap hitam tebal yang diakibatkan oleh ban-ban bekas yang sengaja dibakar oleh demonstran terlihat membumbung tinggi di beberapa tempat. Daerah “No Entry Zone”, dimana seseorang boleh keluar dari area tersebut tapi tidak boleh masuk kembali sekalipun orang tersebut tinggal disitu, mulai diberlakukann di beberapa tempat. Jalan terdekat dari tempat saya tinggal yang terkena peraturan “No Entry Zone” ini adalah Jl. Phaya Thai.
Terus terang saya mulai merasa kuatir dengan keadaan ini, tapi masih merasa belum perlu untuk pindah ke tempat lain.
bersambung ke bagian ke (2)….. ^_^
Sumber: http://luar-negeri.kompasiana.com/2010/05/21/kerusuhan-di-bangkok-1/
.
Kerusuhan di Bangkok (2)
Frieska Evita Ayurananda
Senin, 17 Mei 2010
Pagi ini sekitar pukul 9:00 diumumkan bahwa Mayor Jenderal Khattiya Sawatdhipol (Seh Daeng) yang tertembak di kepalanya pada hari kamis kemarin, meninggal dunia (Lihat).
Pertempuran masih terus berlangsung di beberapa tempat. Pihak universitas tempat saya belajar (Chulalongkorn University) menghimbau agar kami tetap berada di dalam rumah dan mereka juga menyediakan nomor telefon yang bisa dihubungi sewaktu-waktu jika kami membutuhkan bantuan (Lihat).
Saya merasa agak lega karena tahu bahwa setidaknya ada satu lembaga (pihak universitas) yang masih peduli dan memikirkan keselamatan mahasiswanya di saat kritis seperti ini. Pagi ini saya ditelefon oleh Ms. Kanasom dari International Student of Engineering Chulalongkorn University yang ingin memastikan secara langsung apakah saya dan teman-teman (ada 5 orang mahasiswa dari Chulalongkorn University dan 3 orang dari Mahidol University yang tinggal di apartment yang saya tempati ini) masih baik-baik saja di tempat kami sekarang ini. Dia bilang kalau untuk saat ini situasi di Bangkok memang baru kacau tapi menurut dia daerah tempat tinggal saya masih tergolong aman.
Hari ini saya mendapat kabar bahwa ada 3 mahasiswa Indonesia yang tinggal di daerah Rang Nam yang baru mau dievakuasi oleh pihak KBRI. Terus terang saya merasa kaget karena pertempuran antara para demonstran dan tentara yang terjadi di daerah Rang Nam sudah berlangsung sejak beberapa hari yang lalu. Kalau menurut saya mereka seharusnya sudah dievakuasi sejak beberapa hari yang lalu. Tapi karena saya belum bisa menghubungi ketiga mahasiswa tersebut, jadi saya tidak tahu persis bagaimana cerita yang sebenarnya terjadi.
Namun yang juga menjadi tanda tanya bagi saya adalah kenapa bisa terjadi keterlambatan proses evakuasi ketiga mahasiswa tersebut? Setiap WNI yang akan menetap di Thailand biasanya disuruh untuk melapor ke KBRI, dimana kita harus menuliskan alamat kita di Thailand. Dengan adanya data tersebut, seharusnya pihak KBRI bisa melacak keberadaan warganya selama tinggal di Thailand dan mendeteksi siapa saja WNI yang berada di daerah konflik. Dan apakah tidak ada tahap-tahap proses evakuasi yang jelas? Bentrokan antara demonstran dan tentara militer terjadi sejak hari Jumat yang lalu. Apakah mungkin menurut Satgas KBRI hal itu belum cukup menjadi indikasi perlunya dilakukan evakuasi pada WNI yang tinggal di daerah tersebut? Entahlah saya kurang tahu bagaimana cara kerja Satgas dan bagaimana sebenarnya mekanisme pengevakuasian WNI di daerah konflik.
Selasa, 18 Mei 2010
Pagi ini saya kembali ditelefon oleh Ms. Kanasom yang memantau keadaan kami semua disini. Pertempuran antara para demonstran dan tentara masih terjadi. Suara-suara tembakan dan ledakan serta pemandangan asap hitam yang membumbung tinggi sudah terasa tidak asing lagi bagi saya. Beberapa toko seven-eleven masih buka tapi dengan jumlah makanan yang terbatas karena sepertinya mereka tidak mengisi kembali tokonya dengan barang baru, hanya menghabiskan stock lama.
Sore hari ini, semua WNI penghuni Athen apartment dikumpulkan untuk rapat di salah satu kamar penghuni. Intinya mereka memberitahu bahwa tadi pagi beberapa staff KBRI dan pak dubes mengadakan rapat dan mereka memutuskan bahwa kami HARUS mengosongkan apartment ini paling lambat besok pagi jam 10:00. Salah seorang penghuni bertanya bagaimana prosedur pemindahan kami dan kemana kami akan dipindahkan. Menurut keterangan mereka, para home staff, local staff dan guru-guru Sekolah Indonesia Bangkok akan dipindahkan ke area yang lebih aman. Menurut rencana pada saat itu ada 2 alternatif tempat pengungsian yaitu di Wat Arun atau di Rama Garden Hotel. Untuk WNI yang berstatus mahasiswa, proses pemindahan akan ditangani oleh Atdikbud. Berdasarkan komunikasi lewat telefon dengan Atdikbud, disebutkan bahwa transportasi pemindahan mahasiswa dari apartment ke tempat pengungsian akan ditanggung oleh KBRI. Tapi sayangnya saat kami menanyakan lebih lanjut tentang mekanisme evakuasi ini beliau belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut. Sedangkan untuk tempat pengungsian sementara, beliau menyarankan agar kami mencari informasi sendiri tentang tempat pengungsian yang sekiranya aman. Tempat pengungsian tersebut bisa di apartment mahasiswa Indonesia yang lain ataupun di hotel, tapi dengan biaya sendiri, dan nantinya kendaraan dari KBRI akan menjemput kami dari apartment dan mengantarkan sampai tempat tujuan. Jika kami tidak bisa menemukan tempat pengungsian, beliau bilang kami bisa tinggal di tempatnya. Sedangkan untuk WNI yang bukan home staff, local staff, guru SIB ataupun mahasiswa, mereka juga HARUS meninggalkan apartment ini tapi dengan biaya sendiri. Staff KBRI tersebut bilang kalau mereka masih akan rapat lagi malam ini untuk membicarakan lebih lanjut tentang proses evakuasi ini.
Rapat WNI penghuni Athen apartment dibubarkan sekitar jam 19:00 dengan kesimpulan bahwa besok kami HARUS pergi dari apartment ini sebelum jam 10:00, meskipun proses pemindahan dan tempat pengungsian masih belum jelas. Mahasiswa-mahasiswa yang tinggal di Athen (yang berjumlah 8 orang) akhirnya memutuskan untuk mengadakan rapat lanjutan karena kami masih harus memikirkan alternative tempat pengungsian. Malam itu saya menelefon Ms. Kanchana, pegawai AUN/SEED-Net (JICA)-Chulalongkorn University, untuk menanyakan prosedur evakuasi yang disediakan oleh pihak universitas. Dia mengatakan bahwa kalau kami menghendaki untuk dievakuasi mereka akan mengirimkan tim rescuer yang terdiri dari sopir dan tentara militer yang akan membawa kendaraan untuk menjemput kami, memastikan clearance di setiap checkpoints (krn jalan di sekitar apartment sudah di blokir sehingga untuk sampai ke apartment kami mereka harus melalui beberapa checkpoints), dan menjaga keselamatan kami selama di perjalanan. Kami akan ditampung di asrama universitas yang terletak di dalam kampus dimana lingkungan sekitarnya juga sudah dijaga oleh tentara. Mekanisme evakuasi yang ditawarkan oleh pihak universitas terlihat berbeda sekali dengan mekanisme evakuasi yang disarankan oleh pihak KBRI yang saya rasa masih penuh dengan ketidakpastian. Akhirnya malam itu kami memutuskan kalau situasi di sekitar apartment benar-benar bertambah genting dan kami memang terpaksa harus mengungsi, kami memilih untuk mengikuti mekanisme evakuasi yang ditawarkan oleh pihak universitas saja.
Malam ini kami sudah menyiapkan koper berisi pakaian secukupnya dan surat-surat penting yang perlu dibawa. Suara tembakan dan letusan yang terdengar di kejauhanpun menjadi pengantar kami tidur.
Rabu, 19 Mei 2010
Berdasarkan berita, tentara militer Thailand sudah mulai bergerak untuk melakukan pembubaran demonstrasi ini sejak pagi tadi. Tank-tank tentara sudah masuk ke daerah Lumpini Park dan berhasil menembus barikade pertahanan demonstran kaus merah yang terbuat dari tumpukan ban bekas dan bambu runcing. Jl. Petchburi akhirnya ikut ditetapkan menjadi “No Entry Zone”. Sampai jam 10:00 tidak ada kabar dari pihak KBRI yang mengatakan apakah proses evakuasi jadi dilaksanakan atau tidak.
Kami (6 orang mahasiswa) memutuskan untuk berkumpul di satu kamar dan memantau keadaan melalui tivi dan internet. Saya ditelefon oleh Ms. Monthira dari International Affair of Chulalongkorn University yang ingin mengecek keadaan kami disini. Dia bilang melihat situasi saat ini, menurut dia pilihan terbaik adalah berdiam diri di rumah dan tidak keluar kemana-mana. Karena kalau kami memaksakan diri untuk dievakuasi, hal itu justru malah akan membahayakan keselamatan kami. Dia mengatakan kalau saat ini tim rescuer sudah bersiaga dan kalau dirasa perlu sekali mereka akan segera menjemput kami. Tapi untuk saat ini, pilihan terbaik adalah berdiam diri di rumah dan memantau terus perkembangan berita.
Menurut berita yang beredar di tivi dan internet, tentara sudah berhasil merusak barikade pertahanan kelompok demonstran di beberapa tempat. Tapi meskipun demikian, demonstran tetap melawan tentara. Akhirnya pada siang hari dengan alasan tidak mau menimbulkan korban lebih banyak lagi, sebagian pemimpin demonstran bersedia menyerahkan diri dan sebagian lagi melarikan diri. Namun hal ini justru menyulut kemarahan sebagian besar demonstran. Mereka melampiaskan kemarahannya dengan menjarah beberapa toko dan membakar beberapa tempat. Asap hitam membumbung tinggi dimana-mana dan suara tembakan serta ledakan juga semakin sering terdengar. Dari beranda apartment saya, sepertinya seluruh kota Bangkok diselimuti asap hitam. Bau ban yang terbakar terasa begitu menyengat kalau kita keluar ke koridor apartment. Juru bicara pemerintah, Panitan Wattanayagorn, memberikan pengumuman di televisi dan memberikan penjelasan tentang kondisi Bangkok sekarang. Beliau mengatakan bahwa meskipun sebagian pemimpin-pemimpin demonstrasi itu sudah menyerahkan diri namun keamanan di area Bangkok masih belum bisa dijamin dan untuk itu dia menghimbau (strongly advised) bahwa seluruh warga Bangkok TIDAK PERGI keluar rumah dulu.
Sekitar pukul 16:30, Atdikbud memberikan PERINTAH melalui telefon bahwa semua mahasiswa yang tinggal di Athen apartment HARUS siap dievakuasi 30 menit lagi. Saya jadi bingung, baru saja ada pengumuman dari pemerintah Thailand bahwa kita dianjurkan untuk tidak pergi dari rumah lha kok ini malah ada perintah yang menyuruh kita untuk pergi meninggalkan rumah. Sebagian dari kami, termasuk saya, memutuskan untuk tidak menghiraukan perintah dari Atdikbud tersebut. Saya cuek saja masih bersantai-santai di kamar sambil membaca update berita dari internet dan melihat tivi.
30 menit kemudian, tidak ada kendaraan dari KBRI yang katanya akan menjemput mahasiswa yang harus segera dievakuasi. Satu jam kemudian masih tidak ada kabar satupun dari pihak KBRI yang memberitahu apakah proses evakuasi yang DIPERINTAHKAN beberapa jam yang lalu itu jadi dilaksanakan atau tidak. Untung saja saya tidak bersiap-siap sejak awal tadi.
Sekitar 2 jam kemudian, Atdikbud menelefon dan mengabarkan bahwa beliau baru saja selesai rapat dengan pihak militer Thailand dan berdasarkan hasil rapat itu proses evakuasi kami tidak jadi dilakukan dan kami disuruh berdiam diri saja di rumah. Yah, kalau informasi seperti itu saja sih sudah kami dapatkan dari tadi melalui siaran di televise begitu pikir saya. Akhirnya malam itu meskipun situasi di Bangkok masih belum bisa dikatakan aman dan kembali seperti sedia kala, saya bisa tidur lebih nyenyak dari hari-hari sebelumnya.
bersambung ke bagian (3)…. ^_^
Sumber: http://luar-negeri.kompasiana.com/2010/05/21/kerusuhan-di-bangkok-2/
.
Kerusuhan di Bangkok (3)
Frieska Evita Ayurananda
| 22 Mei 2010 | 11:40
Kamis, 20 Mei 2010
Kami menerima informasi bahwa ada satu toko seven-eleven di belakang apartment yang buka. Karena situasi kami rasa sudah agak aman, kami (saya dan 3 orang teman) memutuskan untuk pergi kesana sambil melihat-lihat situasi di sekitar lingkungan tempat tinggal kami. Daerah Baiyoke yang biasanya penuh dengan lalu lalang orang dari berbagai bangsa yang sibuk berbelanja, hari ini terlihat lengang. Sebagian besar toko juga masih tutup. Sampah terlihat menumpuk karena sudah satu minggu lebih truk sampah tidak bisa masuk daerah ini, namun sampah-sampah itu tidak berserakan melainkan tersusun rapi di beberapa kantong plastik hitam. Sesampai di tempat tujuan saya agak kaget karena seluruh kaca toko seven-eleven ditutupi dengan koran, yang mungkin bertujuan supaya toko ini tidak ikut menjadi korban penjarahan. Kamipun langsung berbelanja, namun sebagian besar barang di toko ini juga sudah habis. Di luar toko, terlihat beberapa penjual buah dan penjual minuman yang sudah mulai beraktifitas. Saat ini masih belum ada ATM di daerah ini yang berfungsi. Jam malam masih diberlakukan hari ini, namun suasana sudah lumayan tenang. Hari ini wartawan dari TVOne datang hendak meliput keadaan WNI yang tidak bisa dievakuasi dan terpaksa tinggal di apartment selama kerusuhan berlangsung. Karena kurang setuju dengan pernyataan yang akan diberikan oleh salah satu wakil penghuni apartment saat wawancara dengan TVOne nantinya, saya memutuskan untuk tidak ikut saja. Saya pergi ke lantai dua untuk membaca beberapa berita yang membahas mengenai keadaan WNI di Bangkok selama kerusuhan. Saya malah menjadi semakin jengkel karena sebagian besar berita yang tersebar hanya bersumber dari informasi yang diberikan oleh pihak KBRI dan Kementrian Luar Negeri saja dan saya merasa bahwa berita-berita tersebut tidak benar-benar menceritakan kejadian seperti yang saya alami disini.
Jumat, 21 Mei 2010
Hari ini suasana sudah benar-benar tenang. Salah seorang mahasiswa dari Mahidol University yang bertempat tinggal lumayan jauh dari lokasi konflik, pak Hamam Supriyadi, mengunjungi kami di Athen apartment. Beliau membawa bahan makanan yang rencananya akan kami masak bersama di apartment nantinya. Menurut cerita beliau, meskipun keadaan sudah tenang tapi pengamanan di sekitar daerah kami masih lumayan ketat. Waktu melewati checkpoint, motor dan tas beliau harus digeledah dan beliau juga harus menjelaskan kenapa membawa bahan makanan yang lumayan banyak jumlahnya dan mau kemana. Setelah menjawab semua pertanyaan dan meninggalkan kartu identitas di checkpoint, akhirnya beliau diijinkan untuk lewat juga. Siang ini, mbak-mbak mahasiswa memasak tongseng dengan bahan masakan yang dibawakan oleh pak Hamam Supriyadi sementara mas-mas dan bapak-bapak mahasiswa pergi menunaikan ibadah shalat Jum’at.
Tiba-tiba ada salah seorang penghuni apartment yang mengatakan bahwa kami disuruh turun ke bawah untuk menerima bantuan sembako dari pihak KBRI. Huuuhhh???? Terus terang saya sempat terheran-heran karena sehari sebelumnya salah satu perwakilan mahasiswa sempat dipanggil ke Hotel Grand Mercure Fortune, yang kabarnya menjadi kantor KBRI sementara, untuk memberikan penjelasan tentang wawancara di TVOne yang menyebutkan bahwa WNI yang tinggal di Athen apartment kehabisan bahan pangan. Padahal kami TIDAK PERNAH mengatakan kalau kami kehabisan bahan pangan. KALAU situasi dimana status “No Entry Zone” di Jl Petchburi diberlakukan lebih lama dan toko-toko di sekitar apartment kami tetap tutup, ADA KEMUNGKINAN kalau persediaan bahan makanan kami akan habis. Tapi sampai saat ini Alhamdulillah kami masih mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup untuk beberapa hari ke depan. Saya yakin perwakilan mahasiswa yang mewakili rapat di Hotel Grand Mercure Fortune tadi malam juga sudah memberikan keterangan mengenai keadaan kami yang sebenarnya. Lalu mengapa tiba-tiba ada bantuan sembako yang dikirim ke kami? Hal ini tentu membuat saya menjadi curiga dan bertanya-tanya ada apa sebenarnya di balik sikap pemberian sembako yang tiba-tiba ini? Apakah hal ini ada hubungannya dengan sikap beberapa mahasiswa yang mengkritisi berita-berita di berbagai harian di Indonesia yang dirasa tidak benar? Ataukah bantuan sembako ini sebagai wujud permintaan maaf dari pihak KBRI-Bangkok karena gagal mengevakuasi kami beberapa hari yang lalu? Tapi alasan terakhir mungkin tidak benar karena saya belum pernah mendengar ada kata-kata maaf yang terucap.
(http://lipsus.kompas.com/topikpilihan/read/2010/05/19/13362150/Sudah.300.WNI.Dipindahkan;
http://internasional.kompas.com/read/2010/05/20/23063252/Adanya.Evakuasi.WNI.Dibantah-14;
http://luar-negeri.kompasiana.com/2010/05/19/bangkok-mencekam/)
Anyway, saya merasa saya tidak berhak menerima bantuan sembako tersebut. Lagipula persediaan sembako saya masih cukup dan jalanan sudah mulai dibuka kembali serta toko-toko juga sudah banyak yang buka. Jadi saya memutuskan bahwa saya tidak akan turun ke lobi apartment untuk ikut berpartisipasi dalam acara “upacara serah terima sembako”, yang kabarnya juga diliput oleh SCTV, dan saya juga memutuskan untuk tidak mengambil jatah sumbangan sembako saya.
Selang beberapa saat kemudian, salah satu penghuni apartment mengabarkan kalau jatah sembako saya dan beberapa mahasiswa masih tergeletak di lobi apartment. Khawatir kalau dibiarkan seperti itu nantinya malah akan diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab, saya memutuskan untuk menyerahkan jatah sembako saya kepada orang yang lebih membutuhkan. Saya memutuskan untuk memberikan jatah sembako saya kepada bapak-bapak polisi yang mendapat tugas berjaga-jaga di gang Petchburi Soi 11 selama kerusuhan terjadi. Meskipun itu sudah menjadi bagian dari tugas mereka sebagai polisi, saya merasa bahwa mereka jauh lebih berhak menerima sembako ini daripada saya. Lega rasanya setelah saya menyerahkan sembako ke mereka karena saya tahu kalau saya tidak melanggar prinsip saya sendiri dan saya juga tahu bahwa sembako itu jatuh ke tangan yang membutuhkan.
Minggu ini benar-benar minggu yang melelahkan baik secara fisik maupun mental. Semoga 2 hari besok ini bisa benar-benar saya manfaatkan untuk istirahat dengan cukup sehingga pada hari Senin nanti saya sudah siap untuk beraktifitas kembali.
Saya menuliskan catatan harian ini bukan bermaksud untuk mendiskreditkan ataupun menjelek-jelekkan nama satu instansi tertentu ataupun pejabat tertentu. Saya hanya ingin mengungkapkan kronologi cerita yang terjadi selama kerusuhan di Bangkok berdasarkan sudut pandang saya. Saya yakin masyarakat Indonesia yang membaca Kompasiana sudah cukup kritis dan bisa mengolah sendiri informasi yang mereka terima. Catatan berikut ini hanyalah bercerita mengenai beberapa kekecewaan yang saya rasakan yang disebabkan oleh cara kerja KBRI dalam menangani warganya selama terjadi kerusuhan di Bangkok dan juga kekecewaan saya akan beberapa berita yang beredar di koran-koran Indonesia yang hanya menulis berita berdasarkan informasi yang disediakan oleh pihak KBRI atau Kementrian Luar Negeri saja.
* Website KBRI yang seharusnya menjadi gerbang komunikasi antara KBRI dan WNI kurang dikelola dan tidak diupdate. Tidak ada update ataupun berita tentang kondisi Bangkok menyangkut kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh para pendukung UDD ini. Tidak ada himbaun kepada WNI yang berada di Bangkok untuk menghindari daerah-daerah tertentu. Tidak ada nomor telefon darurat yang bisa dihubungi oleh WNI jika sewaktu-waktu kerusuhan terjadi.
* Ketidakjelasan ada atau tidaknya SOP (Standar Operasional Prosedur) evakuasi WNI bila terjadi kerusuhan di Bangkok.
* Mekanisme evakuasi dari pihak KBRI-Bangkok yang terkesan mepet, tergesa-gesa dan kurang terkoordinasi. Saat kami bertanya tentang prosedur penjemputan, pihak KBRI masih belum bisa menjelaskan dengan detail. Mereka hanya mengatakan bahwa akan dikirim kendaraan dan sopir ke apartment kami. Hal ini tentu berbeda sekali dengan penjelasan yang diberikan oleh pihak International Affair of Chulalongkorn University. Kalau disuruh untuk memilih, tentu saya pribadi jelas lebih memilih proses evakuasi yang disediakan oleh Chulalongkorn University karena lebih jelas dan keamanannya lebih terjamin. Keputusan kami bersama untuk memilih mengikuti mekanisme evakuasi dari universitas adalah hasil rapat internal antar mahasiswa dan kami TIDAK PERNAH MENYAMPAIKAN hasil rapat ini kepada Atdikbud. Setiap kali ditelefon oleh pihak KBRI untuk segera bersiap-siap dievakuasi, kami TIDAK PERNAH MENGATAKAN kepada mereka bahwa kami menolak untuk dievakuasi. Hal ini dikarenakan mereka selalu “ngeyel” mengatakan bahwa itu adalah PERINTAH. Namun nyatanya, dua kali perintah evakuasi dikeluarkan (Tanggal 18 Mei 2010 malam dan tanggal 19 Mei 2010 sore) TIDAK SATUPUN yang benar-benar terlaksana. MOBIL yang dijanjikan akan menjemput kami di apartment TIDAK PERNAH SAMPAI di pelataran parkir Athen apartment. Jadi berita yang disebutkan di detiknews yang menyatakan bahwa WNI yang masih berada di daerah konflik di Bangkok adalah dikarenakan keinginan mereka untuk menyelamatkan propertinya dulu, patut diragukan kebenarannya.
http://us.detiknews.com/read/2010/05/21/122046/1361429/10/selamatkan-properti-60-an-wni-pilih-menetap-di-bangkok
Kami, mahasiswa Indonesia yang tinggal di Athen Apartment khususnya, BELUM SEMPAT menggunakan hak (privilege) kami untuk memilih apakah kami mau tetap tinggal di Apartment ataukah mengungsi karena mobil jemputan yang dijanjikan oleh pihak KBRI TIDAK PERNAH DATANG ke apartment ini.
Beberapa berita yang disebutkan di beberapa media cetak Indonesia yang terasa bias dan saya ragukan keakuratannya.
http://internasional.kompas.com/read/2010/05/19/13362150/Sudah.300.WNI.Dipindahkan.
http://internasional.kompas.com/read/2010/05/20/13134952/DPR.Tutup.Kedubes.RI.di.Thailand-14
http://us.detiknews.com/read/2010/05/21/122046/1361429/10/selamatkan-properti-60-an-wni-pilih-menetap-di-bangkok ,
Jumat, 21/05/2010 12:20 WIB
Selamatkan Properti, 60-an WNI Pilih Menetap di Bangkok
Ayu Fritriana – detikNewsReuters
Jakarta – Situasi di Bangkok, Thailand, masih tegang. Namun sekitar 60 warga negara Indonesia (WNI) memilih menetap di kota yang diduduki massa ‘Kaos Merah’ selama beberapa minggu ini.“WNI di Thailand lebih memilih menetap di sana. Masih ada sekitar 50 sampai 60 WNI yang masih berada di daerah konflik di Bangkok,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah.
Hal itu disampaikan Faiz dalam acara press briefing di kantornya, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, Jumat (21/5/2010).
Faiz mengatakan, para WNI itu memilih tinggal di daerah konflik karena mereka memiliki harta benda di sana. “Mereka ingin menyelamatkan propertinya dulu,” kata Faiz.
Situasi di Bangkok masih panas meski para pemimpin demonstran ‘Kaos Merah’ telah menyerah kepada otoritas pemerintah Thai. Para pemimpin ‘Kaos Merah’ itu mengimbau para demonstran membubarkan diri.
Penyerahan diri itu dilakukan setelah serangan mematikan oleh pasukan Thai ke demonstran. Sejak konflik terjadi dua bulan lalu, 70-an orang telah tewas, termasuk seorang jurnalis asal Italia yang tertembak di bagian perut.
(ken/nrl)
.
Sumber: http://luar-negeri.kompasiana.com/2010/05/22/kerusuhan-di-bangkok-3/
Saya ingin bertanyakan keadaan di Bangkok, buat masa ini kerana saya akan ke Bangkok membawa pelajar melawat beberapa tempat antaranya University Chulalongkorn pada 7 hingga 12 November ini.
Adakah selamat untuk ke sana?
Terima kasih atas jawapan.
–> Saya tak ada di Bangkok kini. Namun dari beberapa informasi, insya Allah Bangkok aman untuk dikunjungi.