MASJID AL-AQSHA

MASJID AL-AQSHA

Dalam rangka memperingati Isra’ Mi’raj kanjeng Nabi saw, berikut kami tampilkan sebuah artikel mengenai masjid Al Aqsha yang diambil dari Republika.

Masjid ini memiliki sejarah penting dalam dakwah Islam. Masjid Al- Aqsha yang berada di kota Palestina, merupakan salah satu tempat kebanggaan umat Muslim di seluruh dunia. Sebab, Rasulullah SAW pernah menyinggahi tempat ini saat perjalanan Isra dan Mi’raj untuk menerima perintah shalat lima waktu. (QS Al-Isra 17:1). Dan sejarah telah mencatat, bagaimana peristiwa Isra dan Mi’raj itu berlangsung.

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.  (QS. 17:1)

Masjid Al-Aqsha menjadi tempat suci ketiga umat Islam setelah Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Hal ini juga diakui oleh Karen Armstrong dalam bukunya yang berjudul Yerusalem; Satu Kota Tiga Iman.

Sebelum melaksanakan Mi’raj (naik ke langit), Rasulullah SAW melaksanakan shalat sunnat di masjid AI-Aqsha. Selain itu, masjid Al-Aqsha juga pernah menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum datang perintah Allah kepada Rasulullah SAW untuk mengarahkan  kiblatnya ke Baitullah (ka’bah) di Makkah. (QS. 2 : 142-145). Tentu menjadi sebuah pertanyaan besar, baik di kalangan umat Islam maupun umat lainnya, mengapa Rasulullah SAW justru melaksanakan Mi’raj dari Masjid Al-Aqsha? Mengapa tidak dari Masjid al-Haram? Mengapa saat melaksanakan shalat itu dulunya Rasulullah SAW menghadap ke Baitul Maqdis (Al_ Aqsha)? Dan tentunya masih banyak pertanyaan lainnya. Oleh karena itu, teramat penting bagi umat Islam untuk mengetahui hal tersebut.

Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”.

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu -kalau begitu- termasuk golongan orang-orang yang zalim.  (QS. 2 : 142-145)

Dalam beberapa keterangan disebutkan, ketika Allah memerintahkan perintah shalat dan menghadap ke Masjid Al-Aqsha, hal itu dimaksudkan agar menghadap ke tempat yang suci, bebas dari berbagai macam berhala dan sesembahan. Ketika itu, kondisi Masjid al-Haram yang merupakan tempat keberangkatan Isra dan Mi’raj belum berupa bangunan masjid. Sebab kala itu masih dipenuhi berhala-berhala yang jumlahnya mencapai 309 buah dan senantiasa disembah oleh orang Arab sebelum kedatangan Islam. Sehingga, dibawah dominasi kekufuran seperti itu, Rasulullah SAW belum bisa menunaikan ibadah shalat di tempat tersebut.

Selain itu, bila Rasulullah SAW saat itu melaksanakan shalat dengan menghadap ke Masiid al-Haram, maka hal itu akan menjadi kebanggaan bagi kaum kafir quraisy bahwa Rasulullah SAW telah mengakui berhala-berhala mereka sebagai tuhan. Inilah salah satu hikmah diperintahkannya shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis (Al-Aqsha).

Dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 142, Allah SWT menjelaskan mengapa perpindahan kiblat itu dilakukan. Sewaktu Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, sekitar 16-17 bulan setelah hijrah itu, Allah memerintahkan Rasulullah untuk menghadapkan wajahnya ke Masjid al-Haram (Ka’bah). Perpindahan ini dimaksudkan, bahwa ibadah shalat itu bukan semata-mata menghadap ke Masjid al-Haram atau Al-Aqsha sebagai tujuan, melainkan menghadapkan diri pada Allah. Dan adapun ka’bah adalah sebagai pemersatu umat Islam dalam nenentukan arah kiblat.

Sama seperti Al-Aqsha yang juga belum berupa bangunan masjid (ketika itu), dan al-Shakhra masih berupa gundukan tanah yang dipenuhi dengan debu. Adapun hikmah dibalik penyebutan Allah terhadap Al-Haram dan Al-Aqsha sebagai masjid (sebagaimana surah al-Isra’ [17] ayat 1), adalah untuk nenunjukkan pada umat Islam bahwa semua itu merupakan nukjizat yang akan datang dan terwujud seiring dengan berjalannya waktu sebagaimana sekarang ini, keduanya telah menjadi Masjid.

Dibangun Nabi Ya’kub

Selain masjid Al-Aqsha, di Palestina (Jerusalem) ini, juga sangat istemewa, lantaran di kota ini beberapa rasul terdahulu menerima wahyu dari Sang Khalik.

Syahdan, kali pertama ]erusalem dibangun Nabi Daud as setelah menguasai kota itu dari masyarakat Yebusit. Nabi Daud as lalu mengembangkan dan menjadikan Jerusalem sebagai ibu kota kerajaannya.

Tahta kerajaan Nabi Daud lalu digantikan Nabi Sulaiman as. Di kota itu, Nabi Sulaiman membangun sebuah Haekal atau Harem Syarief (tempat yang mulia) yang lengkap dengan singgasananya. Para ahli sejarah Yahudi menyatakan, Nabi Sulaiman membangun sebuah kuil yang bernama Baitallah.

Haekal atau Baitallah itu menjadi tempat beribadah umat Yahudi pertama yang indah dan megah. Di tengah Haekal itulah terdapat sebuah batu hitam bernama Sakhrah Muqaddasah.

Berlandaskan batu itulah, Rasulullah SAW melanjutkan mi’raj menghadap Sang Pencipta untuk menerima perintah shalat.

Hanafi al-Mahlawi, dalam bukunya Al-Amakin al-Masyhuriyah fi Hayati Muhammad SAW, (Harum Semerbak, Tempat-tempat Bersejarah yang dikunjungi Rasulullah SAW), menyatakan, jauh sebelum Nabi sulaiman AS membangun Haikal tersebut, Nabi Ya’kub AS (nenek moyang sulaiman AS) telah membangun sebuah masjid di Palestina yaitu Masjid Al-Aqsha.

Masjid Al-Aqsha pertama kali dibangun oleh Nabi Ya’kub AS dan direnovasi oleh Nabi Daud AS kemudian disempurnakan oleh Nabi Sulaiman AS. Masjid Al-Aqsha adalah masjid kedua yang dibangun di atas dunia ini setelah Masiid al-Haram (Makkah).

Dalam shahih Bukhari dan shahih Muslim disebutkan, Abu Dzar RA meriwayatkan bahwa ia bertanya kepada Rasulullah sAW tentang rnasjid pertama yang dibangun di muka bumi, Rasul menjawab : “Masjid al-Haram.” AbuDzat bertanya lagi, “selanjutnya masjid apa?” Beliau menjawab , “Masitd Al-Aqsha”‘ Abu Dzar bertanya lagi, “Berapa lama jarak pembangunan keduanya?” Rasulullah SAW berkata, “40 tahun ‘”. Lalu Allah menjadikan bumi ini bagi kalian sebagai masjid. oleh karena itu, kapanpun waktu shalat, lakukanlah shalat diatasnya, karena dia memiliki keutamaan.”

Dalam beberapa keterangan, Masjid Al-Aqsha pertama kali dibangun pada sekitar 2500 tahun sebelum masehi (SM).

Tempat Bersejarah di Masjid Al-Aqsha

Masjid Al-Aqsha merupakan masjid kebanggaan umat Islam selain Masjid al-Haram di Makkah, dan Masjid Nabawi di Madinah. Masjid Al-Aqsha merupakan kiblat umat Islam pertama, sebelum Rasulullah sAW diperintahkan untuk memindahkan kiblat dari Masjid Al-Aqsha ke Masjid al-Haram. selain itu, Rasul SAW pernah melaksanakan shalat dua rakaat saat menjalankan Isra dan Mi’raj sebelum naik ke langit untuk menerima perintah shalat lima waktu.

Di dalam masjid Al-Aqsha terdapat sejumlah tempat yang bersejarah, antara lain:

l. Menara Bab al-Ashbath

Bangunan ini terletak di sebelah utara Al-Aqsha antara gerbang Hittah dan gerbang al-Ashbath. Bangunan ini didirikan pada zaman Sultan al-Mulk al-Asyraf Sya’ban (764-771 H / 1363-1376 M) yang dipimpin oleh Gubernur Saifuddin Qatlubigo :ahun 769 H / 1367 M. Hal ini diketahui dari prasasti yang ada disana.

Perlu disebutkan disini bahwa menara ini terdiri dari delapan sudut, bukan empat sudut seperti umumnya. Bangunan ini mengalami perbaikan pada zaman kekhalifahan Utsmaniyah dan dibentuk menyerupai silinder (bulat).

2. Qubbah al-Silsilah

Bangunan ini terletak beberapa meter di sebelah timur Qubbah Shakhra (Kubah Batu). Qubbah al-Silsilah ini dibangun oleh Kekhalifahan Bani Umayyah, Abdul Malik bin Marwan (65-68H / 507-685M). Sedangkan Qubbah Shakhra dibangun antara tahun 66-72 H oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga.

Kubah ini berdiri di atas bangunan segi enam yang ditopang oleh enam tiang. Bangunan ini dikelilingi oleh serambi yang terdiri dari 11 segi dan berada diatas 11 tiang yang kokoh sebagaimana mihrab yang berada di atasnya.

Dinamakan Qubbah al-Silsilah yang berarti Kubah Rangkaian, karena adanya rangkaian cahaya yang tergantung di dalamnya serta bisa dilihat dari luar. Rangkaian cahaya ini tergantung antara langit dan bumi.

Bangunan ini pernah direnovasi sebanyak dua kali, yaitu pada masa kerajaan Mamlukiyah dan kekhalifahan Utsmaniyyah, yaitu masa Sultan al-Malik al-Dzahir Bebres (658-676H) dan Sultan Sulaiman al-Qanuni (926-974H).

3. Menara Gerbang Silsilah

Bangunan ini terletak di sebelah barat Al-Haram al-Syarief (AI-Aqsha, antara gerbang Silsilah dan Sekolah al-Asyrafiyah. Bangunan ini didirikan pada zaman Sultan al-Nashir Muhammad bin Qalawan, tepatnya tahun ketiga dari kesultanannya (741-809H / 1309 -1340M) berdasarkan perintah dari Sultan al-Malik al-Nashir pada tahun 730 H/1329 M, sebagaimana trtulis pada prasastinya.

4. Menara al-Magharibah

Bangunan ini terletak di bagian barat daya dari Al-Haram al-Syarief al-Qudsiyyah. Menara ini terkenal dengan kemegahannya yang dibangun oleh Hakim Syarifuddin Abdurrahman bin al-Shahib, salah seorang menteri dari Sultan Fakhruddin al-Khalily. Bangunan ini pada masa keemasannya Syarifuddin sebagai penjaga Al-Haramain al-Syarifayn (di Al-Quds dan Hebron) tahun 677 H.

5. Qubbah Mi’raj

Bangunan ini terletak di sebelah barat Qubbah al-Shakhra agak miring ke sebelah utara. Bangunan ini didirikan pada masa kesultanan al-Ayubiyah tepatnya pada masa Sultan al-Amlik al-Adil Saifuddin Abi Bakar (596-615H / 1200-1218 M) atas perintah Amir al-ZanjlI| walikota al-Quds, sebagaimana tertuiis pada prasasti di sebelah pintu masuk utama.

6. Qubbah Nahwiyyah

Qubbah ini terletak di pojok barat daya Qubbah al-Shakhra, dan dibangun pada zaman al-Ayubiyah tepatnya pada Sultan Malik Isa tahun 604H/1207 M. Dulu bangunan ini merupakan tempat belajar bahasa Arab, karena Sultan Malik Isa terkenal dengan kecintaannya pada bahasa Arab. Demikian tertulis pada prasasti yang terdapat dalam qubbah tersebut.

Qubbah ini terdiri atas dua ruangan dan satu aula yang memanjang yang bisa dimasuki dari pintu utama. Ruangan ini dihiasi dengan ukiran-ukiran pepohonan. Demikian juga tiang-tiangnya yang kokoh yang dihiasi denganberbagai ukiran yang menunjukkan bangunan ini didirikan pada dua zaman yaitu Sahlibiyah dan Ayubiyah.

7. Mimbar Masjid

Bangunan ini dibuat atas perintah Syekh Nuruddin Zanki yang dihadiahkan kepada Shalahuddin al-Ayyubi atas keberhasilannya membebaskan Palestina dari cengkeraman tentara Israel.

Al-Shakhra; Batu Tambatan Buraq

Salah satu poin penting yang teriadi dalam peristiwa lsra dan Mi’raj Rasulullah SAW adalah tempat berpijaknya kaki Rasulullah saat akan naik ke langit dan menaiki buraq kendaraan yang membawa Rasulullah SAW dan malaikat Jibril, sejenis baghal yang lebih kecil dari kuda namun lebih besar dari keledai, yakni sebuah batu (al-Shakhra).

Batu itu terletak di sekitar Masjid al-Shakhra (kubah batu) yang juga dijuluki dengan nama Dome of the Rock. Masjid ini dibangun oleh Khalid bin Walid atas perintah Khalifah Umar bin Khattab RA, pada tahun 15H / 636M, ketika tentara Islam berhasil menaklukkan Palestina (Yerusalem) dari tangan Israel. Karenanya ada pula yang menyebutnya dengan nama Masjid Umar. Dan hingga kini, batu itu tersimpan denganbaik didalam Masjid Kubah Batu tersebut.

Banyak pihak yang mengaitkan batu tempat berpijak kaki Rasulullah SAW dan tambatan buraq tersebut dengan cerita¬cerita mistik, yaitu batu terapung’ Konon disebutkan’ batu itu dulunya juga ingin ikut naik bersama Rasulullah SAW’ namun beliau melarangnya. Karena sudah sempat naik (mengambang)’ Rasulullah memerintahkannya untuk berhenti, sehingga menjadi teraPung.

Cerita ini diungkapkan oleh banyak pihak untuk merusak keimananumatlslam.Bahkan,diinternetbanyakberedarfoto¬foto batu yang seolah-olah terapung (mengambang). Padahal foto mengambang itu merupakan hasil rekayasa. Karena sesungguhnya, pada batu itu terdapat penyangga dibawahnya.

Wa Allahu A’Iam.

Sumber: Syahruddin El Fikri, Situs-Situs Dalam Al Qur’an, Republika, 2010