Kuil Sulaiman berada di kompleks Masjidil Aqsha

Nabi Sulaiman AS adalah putra nabi Daud AS. Nabi Sulaiman dikenal sebagai seorang Nabi yang sangat kaya dan memiliki kelebihan yang sangat jarang dimiliki Nabi-nabi sebelumnya. Kelebihannya itu antara lain ia bisa berbicara dengan seluruh binatang dan burung-burung, menaklukkan angin, laut dan udara serta jin-jin pun tunduk dan patuh pada perintahnya. Kemuliaan dan kehebatan Nabi Sulaiman ini dapat dibaca pada Al Qur’an surah An-Naml (22) ayat 20-40,

Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud , apakah dia termasuk yang tidak hadir.

Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”.

Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.

Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.

Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,

agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.

Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ‘Arsy yang besar”.

Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.

Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan”

Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.

Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”.

Berkata dia (Balqis): “Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)”.

Mereka menjawab: “Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu: maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan”.

Dia berkata: “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.

Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu”.

Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: “Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.

Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina”.

Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”.

Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”.

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.

Kemudian, selanjutnya Sulaiman memerintahkan anak buahnya yang terdiri dari para jin untuk merubah sedikit bentuk istana ratu Saba tersebut, hingga bertobatnya Ratu Bilqis. Hal ini diceritakan di dalam Al Qur’an An Naml, 41-44,

Dia berkata: “Robahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya)”.

Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupa inikah singgasanamu?” Dia menjawab: “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”.

Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.

Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”.

Saba terletak di Yaman Selatan

Catatan sejarah mengungkapkan, Ratu Saba ini berasal dari negeri Saba di daerah Yaman Selatan saat ini. Penelitian menunjukkan bahwa ada seorang ratu yang hidup antara 1.000 hingga 950 SM di kawasan ini, melakukan perjalanan ke Utara (ke Jerusalem). Menurut sebagian riwayat, Saba adalah julukan yang diberikan kepada raja-raja yang memerintah di Yaman Selatan.

Tembok Ratapan (the wailing wall)

Dalam literatur bangsa Yahudi Istana Nabi Sulaiman di sebut dengan Solomon Temple (Istana atau Kuil Sulaiman).

Saat ini, keberadaan Kuil Sulaiman sudah tidak ada, kecuali tersisa hanya sebuah tembok sebelah barat, yang diyakini sebagai sisa bangunan kuil. Oleh orang yahudi, sisa bangunan kuil itu dinamakan dengan Wailing Wall atau Tembok Ratapan.

Berbagai riwayat menjelaskan bahwa hancurnya istana Sulaiman itu adalah karena diruntuhkan oleh orang-orang Yahudi sendiri.

Dome of the Rock

Salah satu poin penting yang teriadi dalam peristiwa lsra dan Mi’raj Rasulullah SAW adalah tempat berpijaknya kaki Rasulullah saat akan naik ke langit dan menaiki buraq kendaraan yang membawa Rasulullah SAW dan malaikat Jibril, sejenis baghal yang lebih kecil dari kuda namun lebih besar dari keledai, yakni sebuah batu (al-Shakhra).

Batu itu terletak di sekitar Masjid al-Shakhra (kubah batu) yang juga dijuluki dengan nama Dome of the Rock. Masjid ini dibangun oleh Khalid bin Walid atas perintah Khalifah Umar bin Khattab RA, pada tahun 15H / 636M, ketika tentara Islam berhasil menaklukkan Palestina (Yerusalem) dari tangan Israel. Karenanya ada pula yang menyebutnya dengan nama Masjid Umar. Dan hingga kini, batu itu tersimpan dengan baik di dalam Masjid Kubah Batu tersebut.

Kuil Sulaiman diyakini terletak di antara Masjid Al-Aqsha dan Dome of the Rock. Pembangunan kembali kuil itu dianggap sangat penting oleh pihak Yahudi, terutama pengakuan atas bangsa Yahudi.

Kengototan sikap Yahudi untuk merebut Palestina dan menghancurkan Al-Aqsha, salah satu alasannya adalah karena keberadaan Kuil Sulaiman. Kuil Sulaiman ini diyakini oleh Yahudi sebagai lambang kekuatan, sehingga sangat berguna dalam situasi terkini di dunia internasional.

Wallahu a’lam.

Disadur dari sumber: Syahruddin El Fikri, Situs-Situs Dalam Al Qur’an, Republika, 2010