Keutamaan Surah Al Ikhlas

Keutamaan Surah Al Ikhlas



“Qul huwallaahu ahad (surah Al lkhlaash) adalah sepertiga Al Qur’an. Qul huwallaahu ahad itu menyamai sepertiga Al Qur’an ” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

.

Bundar; Qutaibah, dan Muhammad bin Basyar menyampaikan kepada kami dariAbdurrahman bin Mahdi, dariZa’idah, dari Manshur; dari Hilal bin Yasaf dari Rabi’ bin Khutsaim, dariAmr bin Maimun, dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari seorang perempuan yaitu istri Abu Ayub-sebagian perawi meriwayatkan dari istri Abu Ayub-dari Abu Ayub bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Apakah seorang dari kalian tidak mampu membaca sepertiga al Qur’an dalam semalam? Siapa membaca Allahu al-wahid ash-shamad (surah al-lkhlash), sungguh dia telah membaca sepertiga al-Qur’an.” [Tirmidzi 2896]

.

Abu Hurairah berkata, ‘Aku datang bersama Nabi saw, lalu beliau mendengar seseorang membaca qul huwallahu ahad Allahu ashshamad. Rasulullah F bersabda, “Wajib. Aku bertanya, ‘Apa yang wajib?” Beliau menjawab, “surga.” [Tirmidzi 2897]

.

Muhammad bin Marzuqi al-Bashri menyampaikan kepada kami dari Hatim bin Maimun Abu Sahl, dari Tsabit al-Bunani, dari Anas bin Malik bahwa Nabi saw bersabda, “Siapa yang membaca surah al-lkhlash dua ratus kali setiap hari, niscaya dosa-dosanya selama lima puluh tahun akan dihapus, kecuali tanggungan utangnya.” Dan diriwayatkan pula dengan lanjutan sanad yang sama dengan hadits tersebut bahwa Nabi saw bersabda, “Siapa yang hendak tidur di atas tempat tidurnya, lalu berbaring miring ke sebelah kanan dan membaca surah al-lkhlash seratus kali maka pada Hari Kiamat nanti Rabb Tabaraka wa ta’ala berfirman kepadanya.’Wahai hambaku, masuklah ke surga dari sebelah kananmu.” [Tirmidzi 2898]

.

Al-Abbas bin Muhammad ad-Duri menyampaikan kepada kami dari Khalid bin Makhlad, dari Sulaiman bin Bilal, dari Suhail bin Abu Shalih, dari ayahnya, dari Abu Flurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Qul huwallahu ahad (surah al-lkhlAsh) setara dengan sepertiga al-Qur’an.” [Tirmidzi 2899]

.
Muhammad bin Ismail menyampaikan kepada kami dari lsmail bin Abu Uwais, dari Abdul Aziz bin Muhammad, dari Ubaidullah bin Umar, dari Tsabit al-Bunani bahwa Anas bin Malik berkata, ‘Ada seorang lelaki Anshar menjadi imam di Masjid Quba’. Setiap kali hendak membaca surah dalam shalat jamaah, dia selalu memulai dengan membaca Qul huwallahu ahad (surah al-lkhlAsh) hingga selesai, kemudian membaca surah lain. Dia melakukan hal ini dalam setiap rakaat. Oleh karena itu, para sahabatnya menegurnya,’Engkau selalu membaca surah ini dan tak pernah merasa cukup sebelum membaca surah itu, baru kemudian membaca surah yang lain. Sebaiknya engkau membaca surah itu saja atau meninggalkannya dan membaca surah yang lain.’ Orang itu berkata, Aku tidak akan meninggalkannya. Jika kalian ingin aku mengimami kalian dengan membaca surah itu, aku akan melakukannya dengan tetap membacanya. Tetapi, jika kalian tidak menyukainya, aku akan meninggalkan kalian (tidak lagi menjadi imam)l Namun, mereka menilai dia orang yang paling utama, dan tidak ingin diimami oleh selain dia. Ketika Nabi # datang kepada mereka, mereka menceritakan hal itu kepada beliau. Nabi i& berkata, ‘Hai fulan, apa yang menghalangimu untuk melakukan saran para sahabatmu? Dan apa yang mendorongmu untuk membaca surah ini pada setiap rakaat?’ Dia menjawab, ‘Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintainyal Rasulullah saw berkata,’Sungguh, mencintainya membuatmu masuk surga.” [Tirmidzi 2900]

.

Al Bukhari, Muslim, dan imam-imam hadits lainnya meriwayatkan dari Aisyah RA, ia rnengatakan bahwa suatu ketika Rasulullah saw mengutus seseorang dalam suatu ekspedisi. Dan di dalam shalat bersama para sahabatnya, ia membaca Al Qur’an dan selalu menutupnya dengan surah Al lkhlaash. Ketika mereka telah kembali, mereka menyampaikan hal itu kepada Rasulullah sAw. Mendengar itu, beliau berkata, “Tanyakan kepadanya karena apa dia melakukan hal itu? ” Mereka pun menanyakan kepadanya. Kemudian dia menjawab, “Ia (surah Al Ikhlaash) adalah sifat Allah yang Maha Kasih, dan aku suka membacanya.” Mendapat kabar seperti itu, Rasulullah sAw bersabda, “Kabarkanlah kepadanya bahwa Allah menyukainya.”

.

Dari Abu Sa’id Al Khudri RA yang diriwayatkan oleh Al Bukhari, Abu Daud, dan An- Nasa’i, ia berkata, “Suafu ketika seorang pria mendengar seseorang membaca Qul Huw all aahu ahad berulang-ulang. Keesokan paginya, ia datang menemui Rasulullah SAW dan menceritakan hal itu seakan-akan ia meremehkannya. Lalu Rasulullah SAW berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya ia (surah Al lkhlaas) menyamai sepertiga Al Qur’an.”

.

Dari Abu Ad-Darda’ yang diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim, dan imam-imam lainnya, dari Nabi SAW, beliau bersabda,
“Apakah salah seorang dari kalian tidak mampu membaca sepertiga Al Qur’an dalam semalam? ” Mereka bertanya. “Bagaimana sepertiga Al Qur’an dapat dibaca dalam semalam?’ Beliau menjawab, “Qul huwallaahu ahad (yakni surah al-Ikhlaash) menyamai sepertiga Al Qur’an.

.

 

Diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Anas bin Malik dengan redaksi yang menyebutkan bahwa para sahabat pria yang suka membaca surah Al Ikhlaash itu berkata kepadanya, “Kamu bisa membacanya (surah Al lkhlaash) atau kamu bisa meninggalkannya dan membaca surah yang lain.” Mereka kemudian mengajukan masalah ini kepada Rasulullah SAW Lalu beliau bertanya kepadanya,
“Apa yang mendorongmu tetap membaca surah ini dalsn: setiap raka’at? ” Dia menjawab, “Aku mencintainya.” Maka beliau berkata, “Cintamu kepadanya membuatmu masuk surga.”

.

Muslim meriwayatkan hadits yang sama dari Abu Hurairah RA dengan redaksi yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW berkata kepada sahabat-sahabatnya,
“Berkumpullah kalian karena sesungguhnya aku akan membacakan sepertiga Al Qur’an kepada kalian!” Kemudian beliau keluar lalu membacakan Qulhuwallahu ahad (surah Al Ikhlaash)

.

“Barang siapa membaca surah al Ikhlaas hingga selesai 10x, maka Allah membangunkan baginya sebuah rumah di surga.” [Ahmad]

.

Dari Anas ibn Malik  dari Nabi saw beliau bersabda: “Barangsiapa membaca setiap hari dua ratus kali Qulhuwallahu ahaad (al Ikhlaas) maka ia dihapus dosanya selama lima puluh tahun kecuali bila ia mempunyai hutang”. Dan dengan sanad ini pula dari Nabi saw, beliau bersabda: “Barangsiapa akan tidur ditempat tidurnya dengan bagian kanan kemudian membaca Qulhuwallahu ahaad (al Ikhlaas) seratus kali maka ketika hari kiyamat nanti Tuhan akan berkata kepadanya, Wahai hamba-Ku masuklah kamu dengan bagian kananmu ke dalam syurga”. [Fadlailul Qur’an, oleh Athiq ibn Ghaits al Balady]

.

At Tabrani mengeluarkan hadits dari Ibn Ad Dailamy: “Barangsiapa membaca Qulhuwallahu ahaad (al Ikhlaas) seratus kali (100x) dalam shalatnya atau selainnya maka Allah mencatatkan baginya pembebasan dari siksa neraka. [Fadlailul Qur’an, oleh Athiq ibn Ghaits al Balady]

.

Dalam Al-Itqan II/339, At Tabrani dalam Autsatnya mengeluarkan hadits dari Abdullah ibn As-Syahir: “Barangsiapa membaca Qulhuwallahu ahaad (al Ikhlaas) dalam waktu sakitnya yang menjadikannya mati dengannya ia tidak akan mendapat cobaan kubur dan aman dari huru-hara serta malaikat yang membawanya. [Fadlailul Qur’an, oleh Athiq ibn Ghaits al Balady]

.

Dari Anas ibn Malik ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa membaca Qulhuwallahu ahaad (al Ikhlaas) sebanyak lima puluh kali (50x) maka Allah akan mengampuni dosanya selama lima puluh tahun. [Fadlailul Qur’an, oleh Athiq ibn Ghaits al Balady]

.

Barangsiapa membaca Qulhuwallahu ahaad (al Ikhlaas) tiga kali (3x), maka ia seolah-olah sudah membaca (seluruh) al Qur’an.[HR. Ahmad, Nasa’i, Adh Dhiya’ al Maqdisi] Al Haitsami menjelaskan, para perawi dalam sanad hadits tergolong shahih.

.

Hadits riwayat Abu asy-Syaikh dari ibn Umar ra, dari Nabi saw beliau bersabda, “Barangsiapa membaca Qulhuwallahu ahaad (al Ikhlaas) pada petang hari Arafah sebanyak seribu kali (1000x), maka Allah akan memberinya apa saja yang ia minta.” [Tuhfah adz-Dzakirin, ibnu al Jazari]

.

Hadits riwayat Al Khayariji dalam Al Fawa’id dari Hudzaifah ibn al Yaman, dari Nabi saw beliau bersabda, “Barangsiapa membaca Qulhuwallahu ahaad (al Ikhlaas) seribu kali (1000x), maka telah membeli dirinya dari Allah.” [Tuhfah adz-Dzakirin, ibnu al Jazari]

.

.

wallahu a’lam.