Pentolan K-78 dan Carut Marut Kongres PSSI

Beginilah PSSI ketika bertahun-tahun dipimpin bang NAPI, hasilnya bukan prestasi, tapi ancaman sanksi

AP dan GT pun ternyata sama ambisiusnya

K-78, seperti kata Gus Dur, level anak TK

……………

Berikut kliping koran tentang carut marut kongres PSSI.

.

Kelompok 78:

1. Usman Fakaubun — sekretaris pengprov PSSI Papua

2. Yunus Nusi — sekretaris umum Persisam Samarinda

3. Saleh Mukadar —- ketua umum Persebaya 1927 (LPI)

4. Wisnu Wardhana — ketua (?) Persebaya Divisi Utama

5. Abu Bakar Asegaf — Persekabpas Pasuruan

6. Asmuri — Persema Malang (LPI)

7. Taufik Risnendar (Dandim Bojonegoro) — Persibo Bojonegoro (LPI)

8. Husein Abdullah — PSM Makassar (LPI)

9. Sukawi Sutarip — Persis Solo

10. Syahril Taher – Ketua Umum Persiba Balikpapan [http://arsipberita.com/show/anggota-k78-kurang-kerjaan-memaki-wartawan-231757.html]

http://kaskuslounge.co.cc/kelompok-78-penyebab-deadlock-kongres-pssi-siapa-saja-mereka/

11. Tuti Dau

12. Hadiyandra

13. Imron Abdul Fatah

14. Sarluhut Napitupulu

15. Achmad Riyadh

16. Harbiansyah Hanafiah

17. Halim Mahfudz

18. Syahrir Cakkari

19. Udin Mulyono

20. Syahrial Damapoli – (Sulawesi Utara)

21. Edy Ellison

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8671928&page=3

.

Keterlibatan TNI dalam Kongres PSSI

Jakarta – Dalam sebuah kesempatan, Ketua Komite Normalisasi PSSI Agum Gumelar merasa prihatin dengan banyak intimidasi yang dilakukan oleh sejumlah perwira militer terhadap peserta Kongres PSSI. Intimidasi itu dilakukan agar peserta kongres menandatangani mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan Agum Gumelar sebagai Ketua Komite Normalisasi.

Intimidasi itu dilakukan bisa jadi karena kekecewaan dari salah satu kandidat Ketua Umum PSSI, yakni George T. Toisuta, yang saat ini menjabat sebagai Kasad, yang tidak diperkenankan oleh FIFA untuk maju sebagai calon Ketua Umum PSSI Kongres PSSI 2011. Bila hal ini benar, tentu TNI telah dua kali melakukan intervensi atau melakukan intimidasi dalam Kongres PSSI.

Sebelumnya, pada saat Kongres PSSI yang pernah digelar di Pekanbaru Riau, beberapa bulan yang lalu, TNI melakukan hal yang sama. Dilihat dari tayangan televisi yang muncul, TNI, pada saat itu, seolah-olah menjadi cheer leader. TNI di acara itu di depan pintu masuk hotel mengibarkan bendera merah putih sambil menyanyikan lagu Indonesia

Raya.

Kedatangan TNI dalam arena kongres itu menurut Panglima TNI Agus Suhartono saat Raker dengan Komisi I DPR, 4 April 2011, mengatakan kedatangan TNI di arena kongres merupakan permintaan kepolisian setempat. Namun menjadi pertanyaan, saat ada kericuhan ketika peserta hendak memaksa masuk ruang kongres, mereka tidak tampak, dan hanya polisi yang sibuk mengamankan peserta yang memaksa masuk ruangan itu. Bila yang demikian terjadi, maka apa yang dilakukan oleh TNI selama ini dalam Kongres PSSI menyalahi fungsi dan tugasnya. Berdasarkan UU No 34 Tahun 2004 Tentang TNI, tugas pokok TNI saat ini adalah sebagai alat pertahanan.

Keterlibatan TNI dalam Kongres PSSI ini harus menjadi pelajaran bahwa itu tidak boleh terjadi lagi. Meski apa yang dikatakan oleh Panglima TNI bahwa hadirnya TNI untuk membantu polisi dan juga dikatakan oleh Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Brigjen TNI Wiryantoro bahwa Jenderal TNI George Toisutta tidak dalam kapasitas sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat ketika dicalonkan sebagai ketua umum PSSI periode 2011-2015, sehingga tidak benar anggapan bahwa ada upaya perorangan untuk memanfaatkan TNI demi kepentingan pribadi.

TNI hadir dalam moment-moment di luar fungsinya sebagai alat pertahanan, semasa

Orde Baru bukan suatu hal yang aneh. Dalam doktrin Dwi Fungsi ABRI, ABRI sebagai kekuatan politik dan pertahanan, sering ‘memaksakan’ kehendak agar siapa yang sudah dipilih oleh pemerintah harus dilakukan dalam moment seperti itu. Sehingga selama Orde Baru banyak tentara aktif atau purnawirawan menjadi ketua di bidang apa saja, mulai dari olah raga hingga organisasi kekerabatan.

TNI bersedia turun ke lapangan dalam wilayah yang selama ini menjadi wilayah polisi, bisa jadi karena terjadinya kekosongan tugas di bidang pertahanan. Kekosongan ini bisa terjadi karena alasan Indonesia berada dalam wilayah yang damai, tidak muncul kemungkinan perang, sehingga fungsi pertahanan tidak berfungsi. Lain halnya bila negara dalam keadaan perang, maka TNI akan melakukan tugasnya, dan tidak ada waktu bila disuruh melakukan tugas di luar fungsinya.

TNI turun dalam Kongres PSSI bisa juga dikarenakan selama ini TNI bisa dikatakan ‘nganggur’. Nganggur karena fungsi dan tugasnya tidak digunakan oleh Panglima Tertinggi (Presiden) untuk melaksanakan tugasnya dan fungsinya sebagai alat pertahanan. Ketika wilayah Indonesia berkali-kali diserobot oleh tetangga, khususnya Malaysia, Presiden SBY tidak mengomando TNI untuk bergerak, bahkan SBY lebih cenderung menggunakan cara-cara lain yang tidak melibatkan TNI, namun lebih mengedepankan para diplomat.

Faktor-faktor itulah yang menyebabkan TNI tidak mempunyai pekerjaan sehingga mau-mau saja ketika diturunkan di wilayah yang sebenanrnya bukan tugasnya. Nah untuk mencegah TNI tidak terlibat dalam kerja di luar wilayahnya, maka TNI harus profesionalkan. Untuk itu maka anggaran buat TNI harus dibuat wajar, syukur kalau ideal.

Apa yang dilakukan TNI dalam Kongres PSSI bila seperti di atas, seolah-olah TNI tidak pernah meninggalkan kebiasaan lama yakni menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuannya. Cara-cara kekerasan ini juga masih digunakan TNI ketika mempertahankan aset yang dirasa menjadi milik, sehingga ketika cara kekerasan ini digunakan maka pihak sipil pasti akan berada pada posisi yang kalah, sebab mereka berada di bawah todongan senjata. Lihat saja bagaimana konflik antara rakyat dan TNI yang terjadi di Desa Setrojenar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dan di Desa Alas Tlogo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Seharusnya ketika menghadapi masalah di luar tugasnya, TNI harus lebih mengedepankan penggunaan dengan hukum. Seharusnya jauh-jauh hari George Toisutta menempuh jalur hukum lewat Mahkamah Olahraga Internasional untuk membatalkan putusan FIFA itu, sehingga permasalahannya tidak serunyam seperti saat ini. Mungkin George Toisutta sebagai seorang prajurit tulen sehingga lebih suka menggunakan cara-cara militer untuk mencapai tujuannya.

Menjadi pertanyaan, apa hebatnya PSSI bagi kepentingan TNI sehingga Panglima TNI dan institusi TNI seolah-olah membiarkan aparat TNI dijadikan tim sukses George Toisutta.

Bukankah menjadi pengurus PSSI selama ini rugi dan membikin malu semata. Bukankah PSSI selama ini selain banyak menghabiskan anggaran namun tidak ada prestasi. Bila TNI masih mendukung salah satu calon Ketua Umum PSSI maka bila PSSI gagal maka TNI harus berani bertanggungjawab, berani nggak?

*) Ardi Winangun pernah bekerja di Civil-Militery Relations Studies (Vilters). Bisa dihubungi di 08159052503. Penulis tinggaldi Matraman, Jakarta Timur.

http://www.detiknews.com/read/2011/05/20/100135/1643059/103/keterlibatan-tni-dalam-kongres-pssi?nd991107103

.

Kelompok 78 dari Awal Berniat Bikin Kisruh

Kris Fathoni W – detiksport

Jakarta – Sebelum akhirnya Kongres PSSI ditutup tanpa hasil, sidang diwarnai dengan hujan interupsi dari Kelompok 78 terhadap Ketua Sidang Agum Gumelar. Mereka dinilai memang menginginkan agar Agum tidak memimpin sidang.

Berjalan dari pukul 15.00 WIB–dari agenda awal jam 14.00 WIB–Kongres PSSI, Jumat (20/5/2011), akhirnya ditutup Agum Gumelar, yang juga Ketua Komite Normalisasi (KN), per pukul 20.50 WIB menyusul adanya deadlock.

Keputusan Agum tersebut tidak lepas dari banyaknya interupsi yang dilancarkan oleh sejumlah peserta kongres, yang didominasi oleh Kelompok 78.

“78 dari awal sudah berniat untuk buat kisruh, untuk mendaulat Agum supaya turun. Mereka ingin Agum tidak pimpin sidang, cari yang lain. Ketidakpuasan mereka terhadap Agum sudah sedemikian menggumpal,” duga pengamat sepakbola Budiarto Shambazy dalam percakapan dengan detikSport.

Apa yang hadir di dalam Kongres tersebut, nilai Budiarto, sudah menjadi skenario dari Kelompok 78 agar Agum tidak lagi memimpin sidang. Hal ini terkait dengan usaha mereka mengantar duo jagoannya, George Toisutta dan Arifin Panigoro, ke kursi PSSI 1 dan PSSI 2.

“Ini skenario, silakan turun pimpinan sidang (Agum), yang lain naik jadi setelah itu bisa mendorong agenda GT maju.”

“(Setelahnya) Mereka bisa bilang ini kedaulatan tertinggi. Tak ada lagi yg lebih berdaulat (ketimbang pemilik suara), kita paling berkuasa, begitulah kalau sudah merasa punya panggung,” analisis Budiarto yang juga wartawan senior tersebut.

http://www.detiksport.com/sepakbola/read/2011/05/20/223729/1643698/76/kelompok-78-dari-awal-berniat-bikin-kisruh

.

Kongres PSSI Gagal karena Konspirasi & Pemaksaan Kehendak

Saud Rosadi – detiksport

Samarinda – Kelompok Masyarakat Pemerhati Sepakbola Kalimantan Timur (KPSK) menilai telah terjadi konspirasi besar untuk menggagalkan Kongres PSSI. Mereka juga menyesali pemaksaan kehendak yang terjadi dalam kongres itu.

“Ada konspirasi besar untuk menggagalkan Kongres,” kata juru bicara KMPSK, Muchlis, saat menggelar keterangan pers kepada wartawan di lobi Hotel Grand Victoria, Jl Letjend S Parman, Samarinda, Minggu (22/5/2011) siang WITA.

Kongres PSSI yang tak menghasilkna apa-apa mengundang penyesalan mendalam sekaligus kecaman kalangan pemerhati sepakbola di Kalimantan Timur. Terlebih lagi, salah seorang pemilik suara kongres asal Kaltim yang tergabung dalam Kelompok 78 mengatasnamakan Kaltim dalam Kongres tersebut.

“Ada pihak-pihak yang mengatasnamakan wakil dari Kaltim. Kami sayangkan wakil dari Kaltim itu justru ikut memaksakan kehendak sehingga Kongres dihentikan tanpa hasil. Masyarakat Kaltim yang mana yang diwakilinya,” ujar Muchlis.

“Kami menginginkan perubahan sepakbola nasional, termasuk juga untuk Kaltim. Kami akan melawan kalau tetap saja ada pihak-pihak yang tidak menginginkan perubahan,” lanjutnya lagi

“Sangat menyesalkan dari Kelompok 78 (K-78). Apa gunanya pembinaan sepakbola di daerah, di Kaltim, kalau diberi sanksi FIFA.”

“Itu (Kelompok 78) melakukan pemaksaan kehendak. Sampai kapan pun, Indonesia harus percaya FIFA yang telah membentuk KN dan menunjuk Agum Gumelar untuk menormalisasi PSSI,” tambahnya.

K-78 Siap Dituntut

Pada kesempatan yang sama, pemerhati sepakbola Kaltim lainnya, Khairul Usman, menegaskan apabila FIFA menjatuhkan sanksi terhadap Indonesia sehingga mematikan industri sepakbola nasional, pemerhati sepakbola Kaltim akan menggugat Kelompok 78 mempertanggungjawabkan pemaksaan kehendak yang dilakukannya.

“Kalau FIFA beri sanksi, kami akan tuntut Kelompok 78 untuk bertanggungjawab apa yang telah mereka perbuat,” sebut Khairul.

“Kita akan berkoordinasi dengan Adhyaksa Dault, menyusun gugatan itu. Kita bergabung dengan daerah lain untuk menggugat Kelompok 78,” terang Khairul.

Untunk mematangkan rencana gugatan itu, Senin (23/5/2011) besok, KMPSK akan bertolak ke Jakarta, menemui Adhyaksa Dault, membulatkan tekad agar Indonesia terbebas dari sanksi FIFA.

“FIFA butuh garansi apakah pemilik suara PSSI bisa mengikuti aturan FIFA dan mempersilakan KN menggelar Kongres,” tegas Khairul.

“Kalau KN yang dipimpin Agum Gumelar tidak bisa memberi garansi ke FIFA agar tidak jatuh sanksi, sepakbola Indonesia akan tamat. Itu harus kita cegah dan Agum Gumelar kami dukung untuk terus maju menormalisasi PSSI,” tutup Khairul.

http://www.detiksport.com/sepakbola/read/2011/05/22/135239/1644155/76/kongres-pssi-gagal-karena-konspirasi-pemaksaan-kehendak

.

Sabtu, 21/05/2011 23:00 WIB

Penjelasan Agum Soal Penghentian Kongres

Mohammad Resha Pratama – detiksport

Jakarta – Agum Gumelar angkat bicara soal alasan dia memutuskan menghentikan jalannya Kongres PSSI, Jumat (20/5/2011) kemarin. Disebutnya, saat itu sudah sangat sulit mencapai kemufakatan di antara peserta.

Kongres PSSI sedianya memilih ketua umum, wakil ketua umum dan anggota komite eksekutif. Namun setelah digelar selama sekitar enam jam, kongres ditutup tanpa menghasilkan keputusan apapun.

Agum Gumelar selaku Ketua Komite Normalisasi sekaligus pemimpin kongres memutuskan menyudahi kongres setelah dia dihujani interupsi oleh peserta. Saat itu Kelompok 78 ngotot pada keputusannya agar Komite Banding Pemilihan diberi waktu menjelaskan alasan meloloskan kembali pasangan George Toisutta dan Arifin Panigoro.

“Perdebatan itu sudah berlangsung beberapa jam, suasananya menunjukkan bahwa kami tidak akan bisa menemukan kata sepakat, sekalipun sidang digelar 2-3 hari. Suasananya juga sangat emosional. Saya harus segera tutup karena jika diteruskan justru akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kondisinya memang tidak memungkinkan lagi,” ujar Agum kepada wartawan, Sabtu (21/5/2011).

Dilanjutkan Agum, ketegasan dia untuk tetap tidak memberikan lampu hijau pada duo GT-AP semata karena dia menjalankan apa yang diminta FIFA. Yakni melarang majunya dua tokoh tersebut dalam pencalonan ketua umum PSSI.

“Kita dari KN tentu saja tergantung pada FIFA karena kami melaksanakan mandat FIFA. FIFA sudah berulang kali menyatakan GT dan AP tidak bisa maju pencalonan. Lalu, bagaimana kalau menentang keputusan FIFA,” lanjut Agum.

Hingga kini Agum belum bisa memastikan apakan KN akan menggelar kongres lanjutan. Langkah awal yang akan dilakukan pihaknya adalah menyusun laporan yang nantinya akan diserahkan pada FIFA. Organiasai pimpinan Sepp Blatter tersebut dijadwalkan akan menggelar rapat Komite Eksekutif di penghujung bulan, di mana nasib Indonesia akan diputuskan di sana.

“Sejauh ini mereka cuma bilang, mereka teramat kecewa dengan sikap yang ditunjukan peserta sidang. Mereka mempermalukan FIFA dan menghujat organisasi dan perorangan dengan cara seperti itu.”

“Akan percuma juga bila pemerintah melakukan lobi, karena FIFA sudah melihat dengan mata kepala mereka sendiri. Selain itu, seharusnya pemerintah bisa cegah ini semua. Ada banyak sebetulnya yang bisa dilakukan oleh Pemerintah untuk mencegah ini semua,” tuntas Agum mengritik pemerintah.

http://www.detiksport.com/sepakbola/read/2011/05/21/230023/1643994/76/penjelasan-agum-soal-penghentian-kongres

.

Kelompok 78 Lapang Dada

Metro Sports / Olahraga / / Jumat, 6 Mei 2011 23:39 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: Kelompok 78 pendukung George Toisutta-Arifin Panogoro akan berlapang dada. Mereka siap dan pasrah bila Komite Banding PSSI tetap mengeliminasi Toisutta-Panogoro sebagai calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum PSSI.

Sikap Kelompok 78 disampaikan Usman Fakaubun, Tuti Dau, dan Hadiyandra di Jakarta, Jumat (6/4) sore. Mereka menegaskan percaya pada keputusan dan kredibilitas Komite Banding sebagai lembaga bentukan FIFA.

“Kalau Komite Banding meloloskan, Komite Normalisasi (KN) yang diketuai Agum Gumelar bersama teman-teman juga harus legowo,” ujar Usman Fakaubun.

Usman cs juga membantah akan menggelar kongres tandingan. Sebaliknya, tambah Usman, kelompoknya akan mengawal proses menuju kongres agar sesuai jadwal.

Tapi bukan berarti Kelompok 78 tak menyimpan kecewa. Usman cs menyayangkan sikap Ketua KN Agum Gumelar yang tak bisa menjalankan fungsi diplomasi antara mayotitas pemilik suara dengan FIFA. “Apa gunanya beliau (Agum) sebagai kepanjangan tangannya FIFA, tapi kita disuruh ke sana,” kata Hadiyandra.

Ia juga mengaku siap menemui FIFA asalkan didampingi Agum Gumelar.

Sebelumnya, Agum sempat menawarkan tiga opsi kepada Kelompok 78. Pertama, mereka melobi inisiatif ke FIFA. Kedua, mengadukan FIFA ke pengadilan arbitrase olahraga internasional. Ketiga, lapang dada.(****)

http://www.metrotvnews.com/metromain/newsvideo/2011/05/06/127720/Kelompok-78-Lapang-Dada

.

Jumat, 20/05/2011 19:45 WIB

‘Kelompok 78 Akan Tetap Solid’

Mohammad Resha Pratama – detiksport

Jakarta – George Toisutta dan Arifin Panigoro tidak bisa ikut lagi dalam pemilihan Ketua Umum PSSI 2011-2015 malam ini. Namun Kelompok 78 rupanya masih belum menyerah dan tetap ingin memperjuangkan jagoannya itu dalam kongres.

Seperti diketahui FIFA melalui perwakilannya Thierry Regenass beberapa jam lalu sudah menyatakan jika GT-AP tidak bisa dicalonkan, karena merujuk pada surat FIFA bulan Februari lalu. Ini membuat sebagian peserta kongres yang merupakan pendukungnya kecewa.

Pemilihan dijadwalkan dilakukan setelah sidang dilanjutkan usai diskors selama sejam malam ini, Jumat (20/5/2011). Maka segala cara pun akan dilakukan termasuk meminta Komite Banding pimpinan Ahmad Riyadh menjelaskan alasan mereka kepada kongres soal pelulusan banding GT-AP lalu, yang akhirnya dimentahkan Komite Normalisasi.

“Kelompok 78 akan tetap solid dan akan meminta kepada Komite Banding menjelaskan alasan mereka meloloskan banding George dan Arifin kemarin . Biar FIFA juga tahu apa alasan komite banding ini,” ujar perwakilan Kelompok 78 Yunus Nusi kepada wartawan di sela-sela kongres PSSI, Jumat (20/5/2011) malam WIB di Hotel Sultan.

Saat ini sidang sudah dibukan kembali dan masih mendengarkan argumen dari para peserta kongres.

http://www.detiksport.com/sepakbola/read/2011/05/20/194545/1643664/76/kelompok-78-akan-tetap-solid

.

Arifin Panigoro Sambangi Kelompok 78

JUMAT, 20 MEI 2011 | 15:00 WIB

A A A

JAKARTA, TRIBUN – Pemilik suara tetap PSSI yang tergabung dalam Kelompok 78 tampak bakal hadir dalam Kongres PSSI 2011 di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (20/5). Mereka meninggalkan Hotel Sahid, tempat mereka menginap, dengan menggunakan dua bus.

Pantauan Tribunnews.com, Kelompok 78 sebelumnya menyempatkan makan siang di restoran Begawan Solo, Hotel Sahid, Jakarta. Kegiatan ini dilakukan usai salat jumat.

Saat makan siang, Kelompok 78 tampak dihampiri Arifin Panigoro, kandidat calon Ketua dan Wakil Ketua Umum PSSI 2011-2015 yang dilarang FIFA mengikuti proses seleksi.

Arifin menghampiri Kelompok 78 setelah salat jumat di masjid yang ada di belakang Hotel Sahid.

Arifin sendiri tidak banyak bicara saat ditemui wartawan usai salat jumat. Dia hanya mengatakan yakin dengan apa yang diperjuangkan pihaknya lewat CAS.

Sementara itu, sebelum Kelompok 78 bertolak ke Hotel Sultan, sedikit pengarahan disampaikan tim sukses George Toisuta-Arifin Panigoro, Benhard Limbong di depan Restoran Begawan Solo. Limbong meminta Kelompok 78 melakukan upaya yang terbaik.

“Beliau (George Toisuta) akan lebih malu kalau apa yang saudara-saudara amanatkan ke beliau, tidak bisa dilaksanakan dengan baik,” ujar Limbong.

Informasi yang dihimpun Tribunnews.com, sebuah rapat kecil di antara Kelompok 78 digelar di Hotel Sahid, Jumat (20/5/2011). Rapat yang dipimpin Sekum Pengprov PSSI Papua, Usman Fakaubun, itu membahas persiapan menghadiri Kongres PSSI 2011.

“Ya, cuma bahas persiapan saja, enggak ada yang lain,” kata Sekjen Pengprov PSSI Babel, Abdullah Ma’ruf saat ditemui Tribunnews.com sebelum berangkat ke Hotel Sultan, Jumat (20/5). (tribunnews.com)

http://jabar.tribunnews.com/read/artikel/50999/Arifin-Panigoro-Sambangi-Kelompok-78

.

Sukawi: FIFA dan KN Langgar Aturan

Mantan Anggota KN PSSI Sukawi Sutarip saat menjelaskan FIFA dan KN melanggar aturan, di rumahnya Semarang, Minggu (22/5/2011).

SEMARANG, KOMPAS.com — Mantan anggota Komite Normalisasi (KN) PSSI, Sukawi Sutarip, menegaskan, kegagalan Kongres PSSI disebabkan FIFA dan Komite Normalisasi melanggar aturan.

Ditemui di Semarang, Minggu (22/5/2011), Sukawi menjelaskan kronologi jalannya kongres yang gagal. Menurut dia, sebenarnya Komite Normalisasi PSSI hanya memiliki wewenang sebagai penyelenggara kongres dan tidak berhak mengarahkan kongres.

“Misalnya dalam kasus Pak Toisutta dan Pak Panigoro. Jika dikembalikan ke statuta FIFA, dua orang itu tak ada masalah. Namun, Pak Agum berpedoman kepada surat dari FIFA, bukan statuta FIFA. Padahal, aturan tertinggi adalah statuta,” kata Sukawi.

Penyebutan kelompok 78 sendiri dinilainya juga tendensius karena sesungguhnya yang menghendaki diberlakukannya statuta FIFA adalah peserta kongres, bukan kelompok 78.

Sebagai mantan anggota KN, Sukawi Sutarip mengaku bersikap netral. “Sejak masih menjadi anggota KN dulu saya sudah mengingatkan Pak Agum agar berpedoman kepada statuta FIFA, tetapi tidak pernah digubris. Malah saya diganti tanpa pemberitahuan, tanpa surat,” terangnya.

Dalam penuturannya, Sukawi menjelaskan, awal deadlock-nya kongres adalah karena berkali-kali Agum Gumelar selaku pemimpin sidang hendak memutuskan sesuatu tanpa meminta persetujuan peserta kongres.

Para peserta kemudian meminta agar keputusan yang hendak diambil ditawarkan terlebih dulu. Jika mendapat persetujuan peserta sidang, barulah palu dapat diketuk. “Kalau saya sendiri sebagai orang netral, tak peduli siapa yang hendak dipilih. Pak Arifin maupun Pak Toisutta juga belum tentu terpilih. Tapi taati dulu mekanisme dan aturan FIFA,” katanya.

FIFA Melanggar

FIFA sendiri juga melanggar aturan yang mereka buat. FIFA mengeluarkan statuta, tetapi justru menganulir pencalonan Arifin Panigoro dan George Toisutta yang saat itu pencalonannya dianulir oleh Komisi Banding PSSI Nurdin Halid.

“Ketika FIFA tidak mengakui semua keputusan yang dihasilkan PSSI Pak Nurdin Halid, harusnya juga menganulir keputusan Komisi Banding dari Pak Tjipta Lesmana. Ini kan FIFA melanggar aturan yang dibuatnya sendiri,” kata Sukawi Sutarip.

Termasuk soal alasan FIFA yang menyebutkan George Toisutta dan Arifin Panigoro terlibat dalam Liga Primer Indonesia (LPI), jika ditelaah lebih jauh, kedua orang itu tidak terlibat secara langsung.

Mereka memang ikut mendanai klub-klub dalam LPI. Namun, menurut Sukawi, jika itu yang menjadi alasan, juga tidak tepat karena yang didanai bukan hanya klub-klub di LPI, tetapi juga klub-klub di luar LPI.

“Jika sampai PSSI kena sanksi dari FIFA, yang harus bertanggung jawab adalah pimpinan sidang dalam kongres yang notabene adalah pimpinan KN. Sebab, tugas KN sesungguhnya hanya memfasilitasi peserta kongres. Ini yang tidak disadari dan tidak tersampaikan oleh media,” katanya.

Saat ini Pengurus Provinsi PSSI Jawa Tengah dan peserta kongres yang lain masih menunggu apakah akan ada kongres luar biasa. Namun, Sukawi berharap, jika kongres kembali dilaksanakan, harus mengacu kepada statuta FIFA. “Kita kumpul, duduk bersama menetapkan tata tertib kongres, baru melaksanakan pemilihan. Jangan langsung main ambil keputusan,” katanya.

http://bola.kompas.com/read/2011/05/22/12570496/Sukawi.FIFA.dan.KN.Langgar.Aturan

.

Inilah Alasan George Toisutta dan Arifin Panigoro Tetap Maju di Kongres PSSI

Jumat, 20 Mei 2011 08:52 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Pengadilan Arbitrase Olahraga telah menolak gugatan George Toisutta dan Arifin Panigoro terhadap FIFA. Namun demikian, George dan Arifin tetap bersikukuh maju di Kongres PSSI di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (20/5) ini.

Inilah alasan George dan Arifin tetap maju di Kongres PSSI berdasarkan keterangan dari kuasa hukumnya, Timbul Thomas Lubis dan Patrick Mbaya.

Pertama, keputusan Komite Banding (KB) pimpinan Tjipta Lesmana melanggar Standar Electoral Code FIFA pasal 12 ayat 1. Isinya antara lain menyebutkan KB harus dipilih lewat kongres. Karena tidak dipilih kongres, maka keputusan KB terdahulu yang menggugurkan George-Arifin diangap tidak sah.

Kedua, FIFA mengeluarkan larangan kepada George-Arifin berdasarkan surat KB dengan tanggal dan isi surat yang berbeda.

Ketiga, Standar Statuta FIFA pasal 32 ayat 4 menyebutkan kriteria calon, bukan nama. George-Arifin mengklaim memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan FIFA dan PSSI.

Keempat, KB pimpinan Ahmad Riyadh telah memutuskan menerima banding George-Arifin. Berdasarkan pasal 12 ayat 4 Standar Electoral Code FIFA, keputusan KB final dan tidak dapat diganggu gugat.

Kelima, Komite Normalisasi (KN) membuat kesalahan tidak mengakui keputusan KB yang meloloskan George-Arifin. Padahal posisi KB lebih tinggi dari KN

Keenam atau terakhir, pihak yang mencalonkan George-Arifin memiliki suara mayoritas di kongres PSSI. Mereka dapat mengubah agenda kongres seperti yang telah ditetapkan KN untuk memasukkan nama George-Arifin dalam daftar kandidat ketua dan wakil ketua umum PSSI.

http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-indonesia/11/05/20/llh177-inilah-alasan-george-toisutta-dan-arifin-panigoro-tetap-maju-di-kongres-pssi

.

Agum: Ada yang Bikin FIFA Tersinggung

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar menyatakan bahwa perwakilan Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), Thierry Regennas dan Frank van Hattum, yang hadir dalam Kongres PSSI pada 20 Mei lalu, merasa tersinggung dengan pernyataan salah satu peserta kongres. Saat itu, kata Agum, ada salah satu peserta yang mengeluarkan kata-kata kasar kepada perwakilan FIFA.

“Ada salah satu peserta kongres mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas dalam sebuah forum kongres kepada Thierry Regennas dan juga FIFA. Mungkin kalau kata-kata itu ditujukan kepada saya, Ketua KN, yang merupakan orang Indonesia, saya masih bisa menolerir, walaupun itu sebenarnya tidak pantas. Tetapi kepada tamu kita yang terhormat dan dalam suatu forum yang begitu mulia, hal itu menimbulkan respons yang tidak baik dari wakil FIFA dan AFC,” kata Agum dalam konferensi pers di kantor PSSI, Senin (23/5/2011).

Selain kata-kata kasar, Agum juga menyatakan bahwa perwakilan FIFA juga tersinggung dengan pernyataan mosi tak percaya yang disampaikan peserta kongres kepada KN.

“Karena KN merupakan bentukan FIFA, berarti tidak percaya kepada KN sama saja tidak percaya kepada FIFA. Ini membuat mereka sangat tersinggung,” kata Agum.

“Lagi pula, mosi tidak percaya hanya boleh ditujukan kepada kepengurusan yang dibentuk oleh Kongres PSSI, bukan pengurus bentukan FIFA. Aturan juga menyebutkan, mosi tidak percaya hanya boleh diajukan dua pertiga suara anggota PSSI secara keseluruhan, bukan dua pertiga pemilik suara,” sambungnya.

http://bola.kompas.com/read/2011/05/23/16544454/Agum.Ada.yang.Bikin.FIFA.Tersinggung

.

“Setelah sehari kongres, saya mengunjungi perwakilan FIFA dan AFC. Tujuan saya menemui mereka adalah untuk menyampaikan permohonan maaf atas kejadian di kongres. Lalu, saya menjelaskan kepada mereka bahwa 95 persen lebih masyarakat Indonesia prihatin dengan kejadian ini,” papar Agum di kantor PSSI, Senin (23/5/2011).

“Jadi saya bilang kepada Thierry, kami mohon untuk mempertimbangkan. Jangan sampai kita terkena sanksi karena kami sudah bekerja keras,” sambungnya.

Agum menambahkan, “Reaksi mereka hanya diam. Ekspresi mereka dingin dan ada yang menggelengkan kepala. Lalu, mereka menyampaikan, ‘Pak Agum kan bisa lihat dengan mata kepala sendiri, kami dipermalukan di dalam sidang. Kami diperlakukan sangat tidak wajar. Kami dipermalukan dan terluka. Ini kan disiarkan secara langsung’. Saya juga tidak bisa berkata apa-apa. Lalu mereka menyampaikan lagi, ‘Ya kita lihat saja nanti saat sidang exco FIFA tanggal 30 Mei nanti. Di situ baru akan diputuskan’.”

Kongres PSSI sendiri yang berlangsung 20 Mei lalu berakhir deadlock. Agum akhirnya menghentikan kongres karena menilai sudah tidak kondusif. Deadlock-nya kongres yang seharusnya menentukan siapa ketua umum, wakil ketua umum, dan sembilan anggota exco PSSI periode 2011-2015 ini membuat sepak bola nasional terancam dapat sanksi dari FIFA.

http://bola.kompas.com/read/2011/05/23/18561478/Agum.Minta.Maaf.Perwakilan.FIFA.Geleng.Kepala