Cegah Zina, Peliharalah Budak Seks
Sebuah ide yang dicetuskan oleh seorang politikus perempuan dari negara yang notabene berfaham wahabi, dan katanya didukung oleh sejumlah mufti dari Arab Saudi. Mungkinkah era jahiliyah akan kembali muncul…
Cegah Zina, Peliharalah Budak Seks
RABU, 08 JUNI 2011 | 18:27 WIB
TEMPO Interaktif, Kuwait City – Boleh jadi politikus perempuan dari Kuwait, Salwa al-Mutairi, paham betul betapa laki-laki kebanyakan memiliki syahwat seksual yang kerap kali tak terbendung. Sebab itu, ia mengusulkan satu resep jitu agar para lelaki di negaranya tidak terjerumus godaan sehingga berzinah dengan pembantu, gadis, atau istri orang.
Ia mengatakan para lelaki yang telah menikah harus memelihara budak seks sebagai antisipasi jika istri mereka berhalangan. Ia menegaskan mempunyai budaks seks sama saja dengan mempunyai istri sah. Ia bahkan menyebutkan perempuan-perempuan yang dapat diperdagangkan itu bisa diperoleh dari negara-negara yang sedang berperang, seperti Chechnya. Karena budak seks itu harus berstatus tawanan perang.
Dia berdalih dulu, orang-orang kaya dibolehkan mempunyai budak, termasuk perempuan yang bisa dijadikan pemuas hawa nafsu. Namun di zaman sekarang, ide itu sangat kontroversial dan dianggap melecehkan kaum hawa.
Ia beralasan ketimbang mati sia-sia lantaran kelaparan akibat situasi perang, lebih baik menjadi budak seks dengan hidup terjamin dan aman. “Tidak ada yang memalukan dan (budak seks) ini tidak haram menurut hukum Islam,” kata Salwa beralasan. Ia pun menuduh secara sepihak bahwa para pemimpin yang hidup di abad ke-8 bahkan ada yang memelihara 2.000 budak seks.
Meski begitu, ia mensyaratkan umur minimal perempuan yang bisa dijadikan pemuas nasfu adalah 15 tahun. Ia pun mengusulkan agar perdagangan budak seks itu dilegalkan seperti perdagangan pembantu rumah tangga.
Salwa mengklaim idenya itu mendapat dukungan dari sejumlah mufti di Arab Saudi. “Mereka bilang (memelihara budak seks) itu benar. Itu satu-satunya solusi bagi seorang pria layak yang memiliki kekayaan, nafsu seks luar biasa, dan tidak ingin berbuat zina,” ujarnya.
Ide itu bertentangan dengan ajaran Islam. Saat Islam datang, saat itu budaya Arab memang masih diwarnai perbudakan. Untuk menghapuskan perbudakan itulah, maka dibolehkan majikan menikahi budaknya. Bila sudah dinikahi, maka status sang budak menjadi orang merdeka.
DAILY MAIL/FAISAL ASSEGAF
sumber: http://tempointeraktif.com/hg/timteng/2011/06/08/brk,20110608-339481,id.html
Dengan reputasi sebagai tukang menyalah2kan orang, memelintir/gunting tambal fatwa ulama, mengedit/merubah redaksi isi kitab karya ulama2, menafsirkan Quran/Hadits/fatwa secara dangkal sepotong2.. SAYA GA HERAN SAMA MEREKA
Itu setengah-setengah, bahkan seorang sekretarispun kedudukannya adalah seorang hamba sahaya, karenanya seorang boss (kalau dia mau, yang jelas banyak maunya daripada tidaknya) berhak untuk menyetubuhi sekretarisnya, 100% Halal!!!
Siapa bilang melecehkan kaum perempuan, wong tidak ada paksaan, justru itulah ide konyol dan bodoh yang dilontarkan oleh KARTINI TOLOL itu, sehingga lahirlah banyak ‘KARTONO-KARTONO’ yang mau aja dikibulin wanita sehingga mau menjadi bawahannya.
Mau lebih lengkap tentang aku, lihat di:
http://eddycorret.wordpress.com/2008/08/25/mengapa-satrio-piningit-sejati-sulit-ditemukan/
-Satria Piningit-
Di antara sekian banyak fatwa wahhabi yang aneh-aneh dan tidak saya ikuti, sepertinya fatwa budak seks ini yang bikin menggiurkan untuk diikuti……
Sesuai dengan hawa/naluri lelaki saya……
WAHABI memang sudah salah dari dulu…..
wah kalau boleh aku nyari di uzbek dan amerika latin
Tidak ada pernyataan bahwa usulan tersebut berasal dari wahabi. Mengapa dikait2kan dengan Wahabi?
Di Al Qur’an sendiri diatur tentang perbudakan, jadi mengapa menolak?
alamat link nya pindah ke https://m.tempo.co/read/news/2011/06/08/115339481/politikus-kuwait-cegah-zina-peliharalah-budak-seks