Kata-kata Mutiara Steve Jobs, Apple

Pidato Steve Jobs di Stanford University pada 2005
“Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah cara yang paling efektif untuk berani membuat keputusan besar dalam hidup. Karena segala harapan, kebanggaan, rasa malu, serta ketakutan terhadap kegagalan akan tidak berarti jika dihadapkan dengan kematian. Mengingat bahwa kita akan mati adalah cara terbaik untuk menghindari pemikiran takut gagal. Tidak ada alasan untuk Anda tidak mengikuti kata hati Anda.”

“Waktu Anda sangat terbatas. Jangan terperangkap oleh dogma yang membuat Anda hidup di pemikiran orang lain. Jangan biarkan gangguan dari opini orang lain mengalahkan suara hati Anda.”

Konferensi AllthingsD pada 2010
“Tidak ada hal yang lebih menyenangkan daripada menerima e-mail dari seseorang yang tidak saya kenal di berbagai belahan dunia yang baru saja membeli iPad. Ia menceritakan pengalamannya menggunakan iPad dan menyatakan bahwa iPad merupakan produk teknologi paling keren yang ia bawa pulang ke rumah sepanjang hidupnya. Itulah yang membuat saya untuk terus bertahan. Itulah yang menguatkan saya pada 5 tahun lalu, 10 tahun lalu, ketika semua kesempatan hampir tertutup. Dan, ini yang akan terus menyemangati saya pada lima tahun ke depan, apa pun yang akan terjadi.”

Wawancara dengan majalah “Playboy” pada 1985
“Saya tidak berpikir akan bekerja sekeras ini untuk sesuatu, tapi bekerja untuk Macintosh adalah pengalaman paling menarik dalam hidup saya. Ketika kami selesai presentasi pada rapat pemegang saham, semua orang di auditorium berdiri dan memberi penghargaan dengan melakukan standing ovation selama lima menit. Itu merupakan hal yang tidak akan saya lupakan. Tidak ada yang pernah berpikir bahwa kami bisa menyelesaikan proyek ini. Dari situ, semua orang mulai menitikkan air mata.”

Peluncuran produk Apple pada Juni 2011
One more thing….”

Wawancara dengan “Business Week” pada 2004
“Inovasi datang ketika orang bertemu di jalan atau bercakap-cakap di telepon pada pukul 22.30 tentang sebuah ide. Atau, inovasi itu ketika mereka sadar ada sesuatu yang bisa dipecahkan terhadap sebuah masalah. Atau, ketika pada sebuah pertemuan dengan enam orang yang dihubungi oleh seseorang karena dia pikir menemukan suatu ide yang akan menghasilkan sesuatu yang hebat dan semua orang mendengarkan dengan antusias.”

Wawancara dengan “Fortune Magazine” pada 2000
“Di benak sebagian besar orang, desain itu berarti hanya untuk menutupi sesuatu dan interior adalah sebuah dekorasi. Desain dan interior tak lebih dari produk kain untuk gorden dan sofa. Tapi buat saya, tidak ada yang lebih berharga dari sebuah desain. Ini merupakan jiwa dari setiap kreasi manusia yang mampu menginformasikan tiap-tiap lapisan yang ada dari produk maupun jasa yang dihasilkan.”

Wawancara dengan “Wired” pada 1996

“Teknologi membuat hidup kita lebih mudah. Ini bisa menyentuh berbagai sisi kehidupan seseorang yang kita pikir tidak akan bisa. Anda mungkin memiliki anak yang kurang sempurna dan bisa membentuk komunitas dengan orang tua lain yang memiliki pengalaman serupa sehingga bisa mendapatkan informasi medis, dukungan, serta informasi obat-obatan yang sangat berguna.”

.

Sumber: http://internasional.kompas.com/read/2011/10/07/02125127/Inilah.Ucapan.dan.Pemikiran.Steve.Jobs.Semasa.Hidup

.

Steve Jobs Dulu Anak yang Diadopsi

Sebagai seorang tokoh besar, salah satu pendiri perusahaan raksasa Apple, sekaligus tokoh visioner dunia, Steve Jobs terlahir dan memulai kehidupan masa kecilnya tidak dalam kondisi layaknya anak dari sebuah keluarga normal.

Kedua orangtua kandungnya, Joanne Schieble dan Abdulfattah Jandali, pria kelahiran Suriah, adalah pasangan kekasih yang masih berstatus mahasiswa saat Steve dilahirkan ke dunia. Steve lahir di San Francisco, AS, 24 Februari 1955. Mereka lalu menyerahkan Steve untuk diadopsi pasangan lain.

Hanya berselang beberapa bulan setelah Steve diadopsi, Schieble dan Jandali menikah resmi, lalu memperoleh keturunan, seorang anak perempuan bernama Mona, yang tidak pernah tahu dan kenal kakak kandungnya hingga dewasa.

Steve diadopsi pasangan Paul dan Clara Jobs asal California. Mereka tinggal dan membesarkan Steve di Lembah Silikon, kawasan industri elektronik di AS. Walau berlatar belakang ”menyedihkan”, Steve mampu membuktikan dirinya menjadi orang yang sangat berbakat dan bervisi jauh ke depan.

Saat remaja, Steve menghabiskan masa liburan musim panas di masa SMA dengan bekerja magang di perusahaan Hewlett Packard di Palo Alto. Saat itulah dia bertemu dan menjalin pertemanan dengan Steve Wozniak, perancang mesin komputer. Wozniak berhasil membangun sebuah mesin komputer yang dinamai Steve, Apple I. Keduanya kemudian mendirikan perusahaan bernama Apple, yang awalnya bermula dari garasi di sebuah rumah di Los Altos.

Pada tahun 1976 Steve mampu menjual 50 unit Apple I ke sebuah toko elektronik setempat dengan membuat mereka bisa membeli dengan cara mencicil. Steve berhasil menjual Apple I tanpa harus mencari pinjaman atau bantuan pemilik modal dengan iming-iming bagi keuntungan.

Keuntungan yang didapat diputar kembali oleh Steve dan Wozniak untuk membangun Apple II, yang kembali sukses dijual di pameran komputer California tahun 1977. Pada tahun itu, mereka resmi mendirikan perusahaan komputer Apple setelah Steve berhasil meyakinkan seorang pengusaha lokal, Mike Markkula, untuk menyuntikkan dana 250.000 dollar AS.

Pernah ditendang Apple

Walau ikut mendirikan, pada tahun 1985 Steve dikeluarkan dari Apple lantaran dianggap ”tak dapat dikontrol”, dengan ide-idenya, serta tidak punya kemampuan manajerial. Ditendang dari Apple, Steve malah kembali membuktikan kehebatannya. Dia membuat Komputer NeXT dan membeli sebuah perusahaan grafis dari sutradara film Star Wars, George Lucas, seharga 10 juta dollar AS. Dia mengganti nama perusahaan menjadi Pixar, yang kemudian ”banting setir” mengembangkan perangkat keras animasi.

Komputer animasi rancangan Pixar laku dibeli dan dipakai banyak perusahaan film animasi, termasuk Walt Disney. Terobosan itu membuahkan hasil. Pada tahun 1995 Pixar sukses membuat film animasi Toy Story dengan keuntungan 350 juta dollar AS. Kesuksesan itu disusul dengan film A Bug’s Life”, Finding Nemo, dan Monster Inc.

Sekali lagi, Apple dipaksa mengakui kehebatan Steve. Mereka membeli komputer NeXT senilai 400 juta dollar AS sekaligus menarik kembali Steve pada tahun 1996. Setahun berselang Steve menjadi CEO. Pasca-kembalinya Steve, Apple maju pesat. Produk-produk revolusioner dan laku macam iPod, iPhone, dan Macbook Air yang supertipis (2008) pun lahir. Pundi-pundi kekayaan Steve bertambah gemuk. Pada tahun 2010 dia mencatat kekayaan senilai 8,3 miliar dollar AS.

Walau sukses, kondisi kesehatan Steve, yang menganut dan menikah dalam prosesi agama Buddha pada tahun 1991, memburuk. Dia menderita kanker pankreas pada tahun 2003. Hanya sedikit orang di lingkar dalam Apple yang tahu penyakitnya.

Pada tahun 2004 dia terpaksa menjalani sebuah pembedahan dan tahun 2009 dia mengambil cuti besar selama enam bulan dan kemudian menjalani operasi transplantasi hati pada bulan April. Dua tahun kemudian, Apple mengumumkan Steve akan keluar akibat kondisi kesehatannya. Dia ”pergi” dalam usia 56 tahun, meninggalkan seorang istri dan tiga anak.

.

Sumber: http://internasional.kompas.com/read/2011/10/07/05152697/Steve.Jobs.Dulu.Anak.yang.Diadopsi