Tujuh Kebiasaan Yang Sangat Efektif

TUJUH (7) KEBIASAAN MANUSIA YANG SANGAT EFEKTIF

Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif

Bersikap proaktif bukan hanya mengambil inisiatif, tetapi juga bertanggung jawab atas diri sendiri  (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat keputusan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, tidak bersikap reaktif, tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik – kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas – dan dengan menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nikmat suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri mengubah keadaan dirinya.” ( Al-Ra’du 13 : 11 )

Namun ingatlah bahwa semua takdir itu pasti berasal dari Allah swt. Maka janganlah lupa berdoa walaupun kita sudah mengambil sikap proaktif.

“Tidak ada yang bisa mengubah qadhanya Allah kecuali doa.” ( HR. Tirmidzi )

“Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya doa kalian Aku jawab.” ( Al-Mu’min 40 : 60 )

Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir

Individu, keluarga, tim, dan organisasi, membentuk masa depannya masing-masing dengan terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap proyek secara mental. Mereka menjalani kehidupannya hari demi hari bukan tanpa tujuan-tujuan yang jelas. Mereka yang mengidentifikasi prinsip-prinsip, nilai-nilai, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataaan misi ini adalah keputusan utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan.

Setiap muslim pasti berorientasi pada akhir (hidupnya) yang khusnul khatimah (akhir yang baik).

“Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya” [HR Bukhari dan selainnya]

“Setiap hamba dibangkitkan sesuai dengan kondisi saat ia meninggal.” (HR. Muslim no. 2878)

“Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh.” (QS. Yuusuf: 101)

“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (QS. Al-A’raaf: 126)

Beberapa doa,

Allaahummaj’al khayra ‘umrii aakhirahu wa khayra ‘amalii khawaatiimahu wa khayra ayyaamii yawma lliqaa’ika (Yaa Allah jadikanlah sebaik-baik umurku pada ujungnya dan sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan (jadikanlah) sebaik-baik hariku yaitu hari ketika aku bertemu dengan-Mu (di hari kiamat).” (Hadis riwayat Ibnus Sunny)

Allahumma inna nas aluka khusnul khotimah. Wa naudzubika suul khotimah.  (Ya Allah aku mohon kepadaMu akhir yang baik dan jauhkan aku dari akhir yang buruk)

Allahummakhtim lanaa bil islaam, wakhtim lanaa bil imaan, wakhtim lanaa bihusnil khootimah (Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan islam, akhirilah hidup kami dengan membawa iman, akhirilah hidup kami dengan husnul khotimah)

Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama

Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda. Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.

Kebiasaan 4 : Berpikir Menang/Menang

Berpikir menang/menang adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang artinya tidak berpikir egois (menang/kalah) atau berpikir seperti martir (kalah/menang). Dalam kehidupan bekerja maupun keluarga, para anggotanya berpikir secara saling tergantung – dengan istilah “kita”, bukannya “aku”. Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.

Rasulullah SAW bersabda, “Khairunnas anfa’uhum linnas”, “Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru Dipahami

Dengan mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, dari pada langsung menanggapinya, maka kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.

Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi

Sinergi adalah menyatukan energi/cara/tindakan untuk fokus ke tujuan – bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga/gabungan yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Kekuatan yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar (1 + 1 = 3 atau lebih), bukan sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Bukan mengesampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2), bukan dengan sekedar kompromi (1 + 1 = 1 ½).

Kebiasaan 7 : Mengasah Gergaji

Ini adalah memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita utnuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya. Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau kemerosotan moral, dan memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang baru. Bagi sebuah keluarga, Kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat kegiatan-kegiatan pribadi maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk tradisi-tradisi yang merangsang semangat pembaharuan keluarga.

Amal yang paling di cintai oleh Allah adalah amal yang terus-menerus (kontinu/ berkesinambungan) walaupun sedikit.” (HR Muslim)

.

Sumber:  7 HABITS OF HIGHLY EFFECTIVE PEOPLE – Stephen R. Covey

Dari berbagai sumber.