Definisi Tauhid dan Ilmu Tauhid
Pengertian Tauhid
Tauhid dalam bahasa artinya menjadikan sesuatu esa. Yang dimaksud disini adalah mempercayai bahwa Allah itu esa. Sedangkan secara istilah ilmu Tauhid ialah ilmu yang membahas segala kepercayaan-kepercayaan yang diambil dari dalil dalil keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam termasuk hukum mempercayakan Allah itu esa.
Seandainya ada orang tidak mempercayai keesaan Allah atau mengingkari perkara-perkara yang menjadi dasar ilmu tauhid, maka orang itu dikatagorikan bukan muslim dan digelari kafir. Begitu pula halnya, seandainya seorang muslim menukar kepercayaannya dari mempercayai keesaan Allah, maka kedudukannya juga sama adalah kafir.
Perkara dasar yang wajib dipercayai dalam ilmu tauhid ialah perkara yang dalilnya atau buktinya cukup terang dan kuat yang terdapat di dalam Al Quran atau Hadis yang shahih. Perkara ini tidak boleh dita’wil atau ditukar maknanya yang asli dengan makna yang lain.
Adapun perkara yang dibicarakan dalam ilmu tauhid adalah dzat Allah dilihat dari segi apa yang wajib (harus) bagi Allah dan Rasul Nya, apa yang mustahil dan apa yang jaiz (boleh atau tidak boleh)
Jelasnya, ilmu Tauhid terbagi dalam tiga bagian:
1. Wajib
2. Mustahil
3. Jaiz (Mungkin)
.
1- WAJIB
Wajib dalam ilmu Tauhid berarti menentukan suatu hukum dengan mempergunakan akal bahwa sesuatu itu wajib (mutlak) atau tidak boleh tidak harus demikian hukumnya. Hukum wajib dalam ilmu tauhid ini ditentukan oleh akal tanpa lebih dahulu memerlukan penyelidikan atau menggunakan dalil.
Contoh yang ringan, uang seribu 1000 rupiah adalah lebih banyak dari 500 rupiah. Artinya akal atau logika kita dapat mengetahui atau menghukum bahwa 1000 rupiah itu lebih banyak dari 500 rupiah. Tidak boleh tidak, harus demikian hukumnya. Contoh lainnya, seorang ayah usianya harus lebih tua dari usia anaknya. Artinya secara akal bahwa si ayah wajib atau harus lebih tua dari si anak
Ada lagi hukum wajib yang dapat ditentukan bukan dengan akal tapi harus memerlukan penyelidikan yang rapi dan cukup cermat. Contohnya, Bumi itu bulat. Sebelum akal dapat menentukan bahwa bumi itu bulat, maka wajib atau harus diadakan dahulu penyelidikan dan mencari bukti bahwa bumi itu betul betul bulat. Jadi akal tidak bisa menerima begitu saja tanpa penyelidikan lebih dahulu.
.
2- MUSTAHIL
Mustahil dalam ilmu tauhid adalah kebalikan dari wajib. Mustahil dalam ilmu tauhid berarti akal mustahil bisa menentukan dan mustahil bisa menghukum bahwa sesuatu itu harus demikian.
Hukum mustahil dalam ilmu tauhid ini bisa ditentukan oleh akal tanpa lebih dahulu memerlukan penyelidikan atau menggunakan dalil.
Contohnya , uang 500 rupiah mustahil lebih banyak dari 1000 rupiah. Artinya akal atau logika kita dapat mengetahui atau menghukum bahwa 500 rupiah itu mustahil akan lebih banyak dari1000 rupiah. Contoh lainnya, usia seorang anak mustahil lebih tua dari ayahnya. Artinya secara akal bahwa seorang anak mustahil lebih tua dari ayahnya.
Sebagaimana hukum wajib dalam Ilmu Tauhid, hukum mustahil juga ada yang ditentukan dengan memerlukan penyelidikan yang rapi dan cukup cermat. Contohnya: Mustahil bumi ini berbentuk tiga segi. Jadi sebelum akal dapat menghukum bahwa mustahil bumi ini berbentuk segi tiga, perkara tersebut harus diselidik dengan cermat yang bersenderkan kepada dalil kuat.
.
3- JAIZ (MUNGKIN):
Apa arti Jaiz (mungkin) dalam ilmu Tauhid? Jaiz (mungkin) dalam ilmu tauhid ialah akal kita dapat menentukan atau menghukum bahwa sesuatu benda atau sesuatu dzat itu boleh demikian keadaannya atau boleh juga tidak demikian. Atau dalam arti lainya mungkin demikian atau mungkin tidak. Contohnya: penyakit seseorang itu mungkin bisa sembuh atau mungkin saja tidak bisa sembuh. Seseorang adalah dzat dan sembuh atau tidaknya adalah hukum jaiz (mungkin). Hukum jaiz (Mungkin) disini, tidak memerlukan hujjah atau dalil.
Contoh lainya: bila langit mendung, mungkin akan turun hujan lebat, mungkin turun hujan rintik rintik, atau mungkin tidak turun hujan sama sekali. Langit mendung dan hujan adalah dzat, sementara lebat, rintik rintik atau tidak turun hujan adalah Hukum jaiz (Mungkin).
Seperti hukum wajib dan mustahil, hukum jaiz (mungkin) juga kadang kandang memerlukan bukti atau dalil. Contohnya manusia mungkin bisa hidup ratusan tahun tanpa makan dan minum seperti terjadi pada kisah Ashabul Kahfi yang tertera dalam surat al-Kahfi. Kejadian manusia bisa hidup ratusan tahun tanpa makan dan minum mungkin terjadi tapi kita memerlukan dalil yang kuat diambil dari al-Qur’an.
.
SIFAT SIFAT ALLAH
Wajib bagi setiap muslim mukallaf yaitu yang memiliki akal yang sehat dan sudah masuk dewasa mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat sifat Allah itu banyak sekali dan tidak terhitung. Seandainya air laut dijadikan tinta untuk untuk menulis sifat sifat Allah tentu kita tidak akan mampu mencatatnya. Maka dari itu Abu Manshur Al-Maturidi membatasi 20 sifat yang wajib (artinya harus ada) pada Allah. Jika tidak memiliki sifat itu, berarti dia bukan Allah.
Jadi, minimal kita harus memahami dan meyakini 20 sifat tersebut agar tidak tersesat. Setelah itu kita bisa mempelajari sifat Allah lainnya yang banyak. Sebagaimana wajib dipercayai akan sifat Allah yang dua puluh maka perlu juga diketahui juga sifat yang mustahil bagi Allah. Sifat yang mustahil bagi Allah merupakan lawan dari sifat wajib.
20 Sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh seorang muslim mukallaf (akil baligh) yang terkandung di dalam al-Quran termasuk juga sifat-sifat Mustahil yang wajib diketahui. Untuk mempermudah mempelajarinya terlampir dibawah ini ringkasan sifat sifat Allah yang wajib dan mustahil.
Sifat-sifat itu adalah:
1- WUJUD
Wujud (ada) adalah sifat Nafsiyyah artinya sesungguhnya Allah itu ada dan keberadaan Nya itu pasti tidak diragukan lagi. Sifat ini juga menegaskan di mana Allah menjadi tidak ada tanpa adanya sifat tersebut.
Wujud artinya ada dan sifat mustahilnya ‘Adam artinya tidak ada. Untuk membuktikan bahwa Allah itu ada bukan hal yang mudah, kecuali bagi orang-orang yang memiliki keimanan yang luhur. Memang kita tidak dapat melihat wujud Allah secara langsung, tetapi dengan menggunakan akal, kita dapat menyaksikan ciptaan-Nya. Dari mana alam semesta ini berasal? Pastilah ada yang menciptakannya. Tidak mungkin alam semesta ini jadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan.
Contoh, pernah seorang Badui (Arab dari pegunungan) ditanya, ”Dari mana kau mengetahui bahwa Allah itu ada?”. Kebetulan di muka orang Badui tadi ada kotoran unta. Ia menjawab ”Apakah kau lihat kotoran unta ini? Setiap ada kotoran unta pasti ada untanya. Tidak mungkin kotoran unta itu berada dengan sendirinya”
Sedangkan untuk kita yang hidup di abad serba canggih dan modern cara membuktikannya pula berbeda. Tentu kita melihat pesawat terbang, kereta api, mobil, komputer dan lain-lainnya, sesuatu yang tidak masuk akal jika semua itu terjadi dengan sendirinya. Ya sudah pasti ada pembuatnya. Bahkan sampai benda-benda yang sederhana saja seperti jarum ada yang membuatnya, tidak mungkin jarum itu jadi dengan sendirinya.
Walaupun kita tidak bisa melihat Allah, bukan berarti Allah itu tidak ada. Allah ada. Mesikpun kita tidak bisa melihat-Nya, tapi kita bisa merasakan ciptaannya. Pernyataan bahwa Allah itu tidak ada hanya karena panca indera manusia yang sangat terbatas, karena Dia tidak bisa diraba dan tidak bisa dilihat, makanya kita tidak bisa mengetahui keberadaan Allah kecuali dengan bukti bukti ciptaan Nya
إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَمَاوَاتِ وَٱلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ يُغْشِي ٱلْلَّيْلَ ٱلنَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثاً وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلأَمْرُ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَالَمِينَ
”Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”.(Al-A’râf: 54).
.
2- QIDAM
– القدم : هو صفة سلبية لأنها سلبت و نفت أولية الوجود ، و معناه في حقه سبحانه و تعالى انه قديم لا أول لوجوده قال الله تعالى : { هُوَ ٱلأَوَّلُ وَٱلآخِرُ وَٱلظَّاهِرُ وَٱلْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ } والدليل العقلي على ذلك انه لو لم يكن قديما لكان حادثا و لو كان حادثا لافتقر الى محدث و يفتقر محدثه الى محدث ايضا و لوكان كذلك للزم الدور أو التسلسل و كل واحد منهما مستحيل فالله سبحانه و تعالى قديم لا أول لوجوده و يستحيل عليه الحدوث
Allah itu berada tanpa adanya permulaan. Sebagai Dzat yang menciptakan seluruh alam, Allah pasti lebih dahulu sebelum ciptaan-Nya. Kebalikannya adalah huduts (Baru) yaitu mustahil Allah itu baru dan memiliki permulaan. Allah itu dahulu tanpa awal, tidak berasal dari ”tidak ada” kemudian menjadi ”ada”.
هُوَ ٱلأَوَّلُ وَٱلآخِرُ وَٱلظَّاهِرُ وَٱلْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Allah berfirman: “ Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al Hadiid:3)
Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Allah yang menciptakan langit, bumi, serta seluruh isinya termasuk tumbuhan, binatang, dan juga manusia. Allah adalah awal. Dia sudah berada sebelum langit, bumi, tumbuhan, binatang, dan manusia lainnya ada. Tidak mungkin Allah itu baru ada atau lahir setelah makhluk lainnya ada.
Hikmah & Atsar:
Seorang Atheist (kafir) datang kepada Imam Abu Hanifah lalu bertanya: “Tahun berapa Allah itu berada? Abu Hanifah menjawab: “Allah berada sebelum adanya tahun, tidak berawal dalam wujud-Nya.” Orang kafir itu bertanya lagi: “Berikan kepada kami contoh” Beliau menjawab: “Angka berapa sebelum empat? Ia berkata: “Tiga” Abu Hanifah bertanya lagi: “Angka berapa sebelum tiga?” Ia menjawab: “Dua” Abu Hanifah bertanya lagi: “Angka berapa sebelum dua?” Ia memjawab: “Satu” Abu Hanifah betanya lagi: “Angka berapa sebelum satu?” Ia berkata: “Tidak ada sesuatu sebelum angka satu” Lalu Abu Hanifah berkata: “Kalau tidak ada sesuatu sebelum satu. Maka Allah itu esa tidak ada yg mengawali dalam wujudnya.”
Lalu orang kafir itu bertanya lagi pertanyaan kedua: “Kemana Allah itu berpaling?” Abu Hanifah menjawab: “Kalau anda menyalahkan pelita di tempat yang gelap, kemana cahaya pelita itu berpaling? Ia menjawab: “Ke setiap penjuru” Abu Hanifah berkata: “Kalau cahaya pelita berpaling ke setiap penjur, bagaimana halnya dengan cahaya Allah, pencipta langit dan bumi.”
Lalu orang kafir itu bertanya lagi dengan pertanyaan ketiga: “Terangkan kepada kami tentang dzat Allah. Apakah Ia jamad seperti batu, atau cair seperti air, atau Ia berupa gas?” Abu Hanifah menjawab: “Apakah anda pernah duduk di muka orang yang sedang sakarat?” Ia menjawab: “Pernah” Abu Hanifah bertanya: “Apakah ia bisa bercakap setelah mati?” Ia menjawab: “Tidak bisa” Lalu beliau bertanya lagi: “Apakah ia bisa berbicara sebelum mati?” Ia menjawab: “Bisa” Lalu abu Hanifah bertanya lagi: “Apa yang bisa merobahnya sehingga ia mati?” Ia menjawab: “Keluarnya ruh dari jasadnya” Abu Hanifah mejelaskan: “Oh kalau begitu keluarnya ruh dari jasadnya membuatnya ia tidak bisa berbicara? Ia menjawab: “Betul” Abu Hanifah bertanya: “Sekarang, terangkan kepada saya bagaimana sifatya ruh, apakah ia jamad seperti batu, atau cair seperti air, atau ia seperti gas? Ia menjawab: “Kami tidak tahu sama sekali” Abu Hanifah menjawab: “Jika ruh sebagai makhluk kamu tidak bisa mensifatkanya, bagaimana kamu ingin aku mensifatkan kepada kamu zdatnya Allah.
.
3- BAQA’
– البقاء : صفة سلبية لأنها سلبت و نفت الفناء و معناه عدم الآخرية للوجود و معناه في حقه تعالى أنه موجود وجودا مستمرا لا آخر له ، قال الله تعالى { كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ } و الديل العقلي على ذلك انه لو لم يكن باقيا لجاز عليه العدم و لو جاز عليه العدم لكان حادثا و كونه حادثا محال لأنه قديم و ما ثبت قدمه استحال عدمه فيستحيل عليه ضده و هو الفناء
Baqa’ (kekal) adalah sifat Salbiyah artinya sifat yang mencabut atau menolak adanya kebinasaan wujud Allah. Dalam arti lain bahwa keberadaan Allah itu kekal, berlanjut tidak binasa atau rusak.
Allah adalah Dzat yang Maha Mengatur alam semesta. Dia selalu ada selama-lamanya dan tidak akan binasa untuk mengatur ciptaan-Nya itu. Hanya kepada-Nya seluruh kehidupan ini akan kembali. Firman Allah:
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
”Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (al-Qashash: 88).
Adapun sifat mustahilnya Fana, artinya rusak. Semua makhluk yang ada di alam semesta ini, baik itu manusia, binatang, tumbuhan, matahari, bulan, bintang, dll, suatu saat akan mengalami kerusakan dan kehancuran. Manusia, betapa pun gagahnya, suatu saat pasti mati. Setiap orang pasti akan mati dan hancur dimakan tanah. Hukum kehancuran berlaku hanya bagi manusia, benda dan meteri. Sedangkan Allah bukan manusia, benda atau materi. Dia adalah Dzat yang tidak terkena hukum kehancuran atau kerusakan. Dia kekal abadi untuk selama lamanya, tidak bisa wafat atau dibunuh. Jika ada Allah yang bisa wafat atau dibunuh, maka itu bukan Allah tapi manusia biasa.
Sungguh, betapa hina dan lemahnya manusia ini di hadapan Allah. Makanya tidak pantas jika ia berbangga diri atau sombong dengan kehebatannya, karena segala kehebatan itu pada akhirnya akan berlalu, yang tersisa hanyalah amal kebaikan.
.
Sumber: disadur dari
Subhanallah
Terimakasih Pencerahannya.
Setiap yang mengaku muslim, pasti mengakui dan yakin bahwa Allah maha tinggi, tidak ada seorang muslim pun yang mengingkari ketinggian-Nya, namum sebagian yang mengaku muslim salah dalam memahami maksud sifat maha tinggi Allah, mereka menyangka maha tinggi artinya Allah berada di arah atas paling tinggi, dan tanpa sadar telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, mereka menyangka hakikat sifat Allah dengan hakikat sifat makhluk sama saja, cuma berbeda kaifiyat nya, seakan yang tidak boleh sama Allah dan makhluk-Nya hanya dalam kaifiyat nya saja, sementara aqidah Ahlus sunnah waljama’ah tidak hanya membedakan dalam kaifiyat nya tapi juga membedakan dalam hakikat sifat nya, dzat dan sifat Allah sangat berbeda dengan dzat dan sifat makhluk-Nya, bukan bereda kaifiyat saja, oleh karena itu, Allah bersifat dengan maha tinggi, tapi bukan berarti Allah berada di arah atas, berada di arah atas adalah sesuatu yang tidak mungkin pada Allah (mustahil), karena dapat menimbulkan kekurangan bagi Allah dan keserupaan sifat dengan makhluk.
thoriqoh dan tauhid , apakah suatu kesatuan atau memang terpisah ?
siapa yang dapat bantu menjelaskan makna, maha Qudus, maha besar, maha tinggi.maha terpuji dimana letak perbedaan hakiki kalau bisa dengan dalil aqli/ naqli, tks.
Untuk lebih hampir lagi dengan Allahu rabbil Alamin,marilah kita hancurkan hati,bengkakkan hati kerana Allah,Maknanya matikan diri,,diri yang terperi..sehingga tiada lagi yang berharga didalam hati kita kecuali Allah yang maha esa.
Allah aku,aku Allah,
Alhulul alihtihad widhatul wujud,
Bagi saya intinya allah maha dari segala yang maha maha kuasa segala galanya .tak ada bandingan dan tandingan baginya .allah’hu’ak’bar allah maha besar.
izin copy sob
balas sob y ,sy tunggu saran dari sob…
SubkhanaALLAH .
subhaanalloh
gak lengkap
izin copy untuk bahan belajar 🙂
bagaimana dengan defenisi ilmu tauhid pada pasca modren ?
Alhamdulllah.. Terima kasih . Sangat b’syukur bisa mampir ke situs ini, Keterangan ini sangat bermanfaat sekali bagi saya dan untuk semua umat manusia.
[…] http://orgawam.wordpress.com/2012/11/07/definisi-tauhid-dan-ilmu-tauhid/ […]
Assalamu’alaikum…wr.wb
Trimakasih ya’Allah aku ttap mmohon agar engkau slalu mmbimbing ku dalam pmblajaran yg agung ini.:-)
ass wr wb.kami berharap tambah lagi penjelasan penjelasannya
agar lebih luas pengetahuan ummat islam tentang tauhid
assalamu’alaikum….
tolong penjelasan sedikit tentang makna/definisi “ALLAH”
wassalam
TAUHID TIDAK HANYA ILMU UNTUK MENGETAHUI DAN MENGAKUI KEKUASAAN SERTA KEESAAN DIA TUHAN BERNAMA ALLAH. JIKA HANYA DEMIKIAN, MAKA IBLIS PUN SUDAH SAMPAI PADA TAHAP MA’RIFAT. IBLIS TELAH MENGAKU BAHWA TUHAN ITU ESA DAN MAHA KUASA. NAMUN PENGAKUAN NYA TIDAK DI IKUTI DENGAN SIFAT TUNDUK, TAAT DAN MENGIKUTI PERINTAHNYA. SEMOGA TEGUH BERKAH DAN SALAM SELAULU.
Assalamualikum ikhawan..semoga Allah membimbing kita semua untuk selalu istikomah dan berserah diri pada Allah…
sedikit cerita Dulu ana berkelana dalam lautan yang fana mencariTuhan ku yang hilang…dengan bimbingan guru dan kitab ihya ulumudin imam gozali…kurang lebih 5 tahun,ana kedatangan seseorang yang mengajarkan tentang Hakikat dan magrifat Nur yang sebenarnya… tidal lama setelah itu ,ana seperti mengarungi lautan dalam yang bergelombang…keinginan ntuk meninggalkan dunia begitu kuat..Sholat terasa seperti terbang ,,membaca ayat dalam sholat tubuh gemetar…menjauhi istri..dan makan tidak selera lagi..lebih senang tinggal di masji dan langgar berlama -lama,,Subuh ketemu Zuhur..Azar ketemu magrib ..Isya …terpaksa pulang karena istri dan anak..merasa menyesal telah berkeluarga karena dianggap ibadah menjadi terhalangi .terakhir ana mengatakan Tuhan telah menyatu dalam diriku , Laailahaillaloh tiada Tuhan selain aku sembah dan sujudlah kepadaku… aku aku aku ..(di dalam aku ada aku.(yaa Akulah Tuhan yang kamu cari selama ini..Dia adalah Aku ).bertahun tahun ana seperti itu…Istri ana curhat dalam sebuah buku Diare..mencurahkan kekesalan dan kesedihan atas sikap ana…terakhir dalam perjalanan spiritual itu pada waktu bada Azhar entah mimpi atau bukan antara sadar dan tidak ana merasakan sekaratul maut..sakitnya ada sesutu yang bergerak dari pusar menuju ke leher begitu sulit ana mengambil nafas..terlihat anak dan sedang bermain di teras Rumah dan istri ana menyapu lantai..ana menangis merasakan sakit dan sedih tak kuasa meninggalkan mereka….
Alhamdulialah ana tak jadi mati….
…..Ana bertaubat kepada Allah karena mensifatkan Allah tidak pada tempatNya ..Aku bertobat..Sungguh Roh adalah dari Tuhanmu dan sedikit yang di beritakan kepadamu…
…..Terima kasih Alhamdulilah engkau masih sayang pada-ku
Allohuma ini auzubika min azabi zahanam ,wa min azabi kobri,wa min finati mahya wal mamamt,wa min fitnati al masih ad dazal.
Allahuma ini asaluka ilmana fian warizkon toyiban wa amalan mutakobalan..amin
maaf apa bila salah kata….
mari kita kembali kepada Al-Quran..kitab yang Langsung Allah turunkan dari langit dan Allah sendirilah yang menjaga-nya…
sesungguhnya Al-Quran adalah kitab yang berisi peringatan dan kabar gembira…
Subhanallah
Allah maha segalanya
Mas Yusuf…
AJAKAN Anda yang ini sepertinya indah :
mari kita kembali kepada Al-Quran..kitab yang Langsung Allah turunkan dari langit dan Allah sendirilah yang menjaga-nya…
sesungguhnya Al-Quran adalah kitab yang berisi peringatan dan kabar gembira…
Tapi biarlah Nabi Besar Muhammad Saw yang menjawab dalam sebuah Hadist untuk ajakan anda..
Nabi Muhammad saw bersabda :
يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ
” Mereka mengajak (berpegang teguh) pada kitab Allah(Al-Qur’an) tetapi justru mereka tidak mendapat bagian sedikitpun dari Al-Quran “. (Sunan Abu Daud : 4765)
syukron atas penjelasannya ustd, menambah wawasan sy akan ilmu tauhid 🙂
wah lengkap gus
subhanallah, sangat lengkap dan je;las
izin copas ke web saya akh transparan.org
–> silakan ..
Saya mhn izin copypaste ya?
Trm ksh.
Semoga Allah mmbalas kebaikan saudara dgn balasan yg berlipat ganda.
Aamiin.