Fatwa Misterius, Ajaran NU Dianggap Sesat (1)

Qunut, Dzikir, dan Wirid Tak Perlu

Fatwa Misterius, Ajaran NU Dianggap Sesat (1)

Waraga NU Jawa Timur Jombang khususnya dan Indonesia pada umumnya, beberapa waktu lalu sempat dikejutkan dengan munculnya fatwa yang mengatasnamakan ulama Jombang. Fatwa itu berjudul “Fatwa Ulama Jombang Dalam Berbagai Ibadah/Amalan”. Dengan cepat, ulama yang bertentangan dengan ajaran ahlu sunah waljamaah itu menyebar kemana-mana, bahkan sampai di Kalimantan maupun Lampung. Ulama yang jauh dari Jombang pun bereaksi dengan keras. Bagaimana sebenarnya fatwa yang menyesatkan itu bisa beredar dan siapa yang membuat? Berikut ini beberapa catatan HARIAN BANGSA yang diturunkan secara bersambung.

 

TIDAK hanya ulama yang jauh dari Jombang saja yang terkejut, ulama yang berada di Jombang pun sempat terkajut dengan fatwa tersebut. Anehnya, selebaran ini diambil dari “Mimbar Dakwah” asuhan H Ahamd Abduh SH. Yang lebih mengejutkan lagi, di dalam selebaran fatwa tersebut terdapat nama 9 kiai yang seolah membenarkan fatwa tersebut. Para kiai itu adalah KH Abdullah Shidiq, KH Mahfudz Shidiq, KH Abdullah Hasyim, KH Hasyin Basdan, KH A Ridwan Hambal, KH Fathurrochman Sujono, KH Cholil Anshor, dan KH Tantowi.
Nama-nama kiai itu sangat melekat dan akarab di telinga para nahdliyin. Sontak mereka pun langsung mempertanyakan kebenaran fatwa tersebut. Padahal mereka sudah mengamalkan ajaran ahlusunah wal jamaah itu secara turun temurun. Jika ditelesik lebih jauh lagi dari model selebaran tersebut jelas dibuat bukan dari kalangan warga nahdliyin. Apalagi isinya banyak yang menyerang amalan-amalan warga NU.
Dalam selebaran itu disebutkan agar warga NU meninggalkan kebiasaan membaca Usholli dengan suara keras. Alasannyaa, kerana niat itu pekerjaan hati, jadi cukup di hati saja. Yang lainya soal membaca wirid, atau dzikir adalh ba’da shalat. Imam tidak perlu perlu membaca wirid, dzikir dengan suara keras, cukup dalam hati atau dilalafadzkan masing-masing dengan suara pelan. Imam ba’da shalat, juga tidak perlau memimpin dizkir dan doa bersama dengan jamaah lain. Jamaah shalat tidak perlu mencium tangan imam.

Demikian juga soal qunut shalat Subuh juga tidak perlu. Dalam selebaran itu, disebutkan tidak perlu memabca doa qunut, kecuali ada sessuatu bahahaya terhadap kehidaupan umat Islam, secara keseluruhan. Semenatra membaca qunut dibaca setiap sholat bila ada sesuatu bersifat darutat, tidak hanya dalam sholat subuh saja.

Sementara soal shalat sunat rawatib, disebutkan shalat sunat qabliyah dan ba’diyah adalah sebagai berikut” qabla subuh, qabla dhuhur, ba’da dhuhur, shalat Asar tidak ada rawatib, ba’da maghrib dan ba’da Isya. Sementara dalam shalat Jumat, tidak ada adzan sebelum khotib naik mimbar.

PB NU Diminta Bersikap

Menyikapi maraknya peredaran selebaran gelap yang mengatasnamakan ulama-ulama Jombang di beberapa daerah, ditanggapi datar oleh Rais Syuriah PC NU Jombang KH. Nashir A. Fattah beberapa waktu lalu. Ia hanya menyebut beredarnya selebaran yang melarang praktek ubudiyah yang sudah menjadi tradisi NU tersebut sebagai resiko dari kebesaran NU yang semakin tidak tertandingi. Meski merasa sedikit gerah, pihaknya mengaku tetap berfikir realistis dan tidak emosional.
“Dalam kontek ini, kita tidak perlu menduga-duga dan mencari siapa yang mengedarkan selebaran tersebut. Itu akan kontra produktif dengan tujuan perjuangan NU yaitu amar ma’ruf nahi mungkar. Kalau ada yang klarifikasi atau tabayun terkait dengan selebaran tersebut ya kita layani dengan baik bahwa tidak ada ulama Jombang yang pernah mengeluarkan intruksi seperti itu” tegasnya ditemui HARIAN BANGSA di kediamannya.
Menurut Nashir, dilihat dari banyaknya surat klarifikasi yang dikeluarkan oleh PCNU yang tembusannya ditujukan ke PWNU dan PBNU, sudah selayaknya saat ini baik PWNU maupun PBNU mengambil inisiatif klarifikasi dan tabayun ke semua pihak.
“Akan sangat efektif bila langkah klarifikasi diambil alih oleh PWNU maupun PBNU dan sebarkan secara nasional ke seluruh pihak” katanya.

Sementara Katib Syuriah PC NU Drs H Taufiq A. Jalil ditemui di ruang kerjanya mengaku tidak menduga bila soal selebaran tersebut akan berkepanjangan. Karena dianggap sebagai aksi ‘dadakan’, menurut Taufiq, langkah klarifikasipun hanya diambil secara parsial. “Karena kita tidak menduga kalau jadi panjang begini, melalui surat maupun fax kita hanya menjawab surat-surat klarifikasi yang masuk ke PCNU” tandasnya menyesalkan.
Melihat makin banyaknya reaksi dari ualama berbagai daerah maupun masyarakat yang bertanya secara langsng, PCNU Jombang minta agar PWNU maupun PBNU segera mengeluarkan sikap maupun imbauan. Sebab bisa jadi selebaran itu terus beredar kemana-mana di berbagai pelosok daerah. Jika tidak segera disikapi nantinya bisa menimbulkan masalah dikemudian hari.(sol)

 

Sumber:

http://harianbangsa.com/