Fatwa Misterius,Ajaran NU Dianggap Sesat (5)

Kisah Sahabat juga Dihapus

Fatwa Misterius,Ajaran NU Dianggap Sesat (5)

Langkah kaum Wahabi melakukan gerakan dengan menjelekkan faham Aswaja ternyata tak hanya di Indonesia. Ternyata langkah-langkah serupa dilakukan secara struktur di Arab Saudi. Berikut pengakuan lebih lanjut KH Miftahul Ahyar, kepada Mahrus Ali saat ditemui di kantor PWNU Jatim di kawasan Masjid Al Akbar.

More…Bagi KH Miftahul Ahyar, Wakil Rais Syuriyah PWNU Jatim, mengajar kitab-kitab karya Imam Nawawi (Abu Zakaria Yahya bin Syirfu al Nawawi al Dimsyaki) adalah pekerjaan rutin. Maklum di Ponpes Miftahus Sunnah, Kedung Tarukan, Surabaya yang ia asuh, sejumlah kitab Imam Nawawi itu sering diajarkan ke santri-santrinya. Oleh sebab itu, kiai berpenampilan kalem ini sangat mafhum, bab-bab mana dan ibarat apa saja dalam kitab itu.
Oleh sebab itu, ketika ada kitab Al-Adzkar An Nawawi, dicetak ulang oleh kelompok Salafi 1409 H lalu, ia mulai meneliti keasliannya. Apalagi kitab itu dicetak Darul Huda, Riyadh, Arab Saudi, negara yang saat ini ditengarai kuat penganut faham Wahabi paling ketat.

Dan ternyata benar, tahrif atau menghilangkan naskah dalam kitab asli, dilakukan kelompok Wahabi terhadap kita Al Adzkar karya Imam Nawi. Salah satu bab atau pasal yang ia temukan adalah tentang ziarah kubur Rasulullah SAW (bukan takziah seperti dalam edisi sebelumnya). Dalam cetekan Darul Huda itu, pasal atau bab itu diganti dengan ziarah ke Masjid Rasulullah SAW di akhir bab Haji

“Tahrif dalam kitab cetakan Darul Huda, Riyadh 1409 H itu, adalah bab ziarah kubur Rasulullah diganti dengan ziarah masjid Rasulullah SAW diakhir bab Haji,” tegasnya sembari membandingkan dengan kitab Adzkar yang pertama kali ia punya yakni cetakan Beirut, Lebanon, 1391 H/1978 M.

Termasuk juga dengan kitab komentar terhadap kitab Adzkar, yakni “Syarah al Adzkar Al Futuhat Al Rabbaniyah”. Dalam kitab itu pasal-pasal soal ziarah kubur masih lengkap. Termasuk kisah Sahabat Rasulullah, Utbiy.

Dalam kitab itu, Sahabat Utbiy melihat seseorang Arab, sedang bertawasul di makam Rasulullah SAW. Kemudian dalam tidurnya, Sahabat Utbiy bertemu dengan Rasulullah dan memerintahkan Utbiy supaya mencari orang Arab tadi, dan segera menyampaikan berita dari

Rasulullah bahwa dosa-dosa orang Arab tadi diampuni Allah.
“Kisah-kisah itu dalam cetakan Darul Huda, Riyadh tidak ada” jelasnya sembari menyedot kretek kesayangannya.

Tanggapan MUI Jombang
KH. Drs. M. Syamsul Huda, SH. MHI, Ketua MUI Jombang menyatakan, ia secara pribadi mengaku pernah menerima selebaran tersebut dan menangkap motifasi yang melatarbelakanginya tidak lain adalah usaha untuk memecah belah umat Islam. Soal kemungkinan dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu ia mengaku tidak tahu dan tidak mau tahu.
“Saya secara pribadi tidak suka dengan selebaran semacam itu. Dan saya yakin umat Islam sudah memiliki kedewasaan sedemikian rupa, sehingga selebaran-selebaran semacam itu tidak akan laku jual” tandasnya.
Menurut Huda, setelah melalui proses penyelidikan yang dianggap cukup, MUI mengambil kesimpulan bahwa selebaran tersebut ilegal karena tidak diketahui dengan jelas sumbernya. Selaku Ketua MUI Kab. Jombang pihaknya seketika itu mengirim surat klarifikasi ke MUI Jatim yang menerangkan bahwa nama-nama yang dicantumkan di dalam selebaran tersebut adalah fiktif. “Kalau memang dianggap masih meresahkan, mungkin pihak yang berkompeten segera mengambil inisiatif mengklarifikasi” tandasnya.
Sementara pada aspek substansi permasalahan yang diusung selebaran gelap tersebut, menurut Huda merupakan hal-hal furu’iyah (cabang) yang tidak perlu dibesar-besarkan. Khilafiyah yang terkait dengan bagaimana hukum ziarah kubur, membaca tahlil, membaca qunut, talqin dan lain sebagainya merupakah daftar panjang permasalahan perbedaan pendapat yang belum pernah berakhir. “Ini soal usang dan saya yakin umat Islam terutama NU tidak akan terpancing” tegasnya. (mha/sol/bersambung)

Sumber:
http://harianbangsa.com