KAJIAN ILMIAH TENTANG HAROKAH SALAFY

KAJIAN ILMIAH TENTANG HAROKAH SALAFY

oleh: [EMAIL PROTECTED]

Salafi meyakini bahwa hanya ada satu golongan yang selamat dan masuk
syurga, yakni salafi, dari sekian banyak golongan yang ada saat ini (73
golongan). Salafi menggunakan landasan hadits Nabi saw,
“Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya
masuk neraka kecuali satu golongan.” Ditanyakan kepada beliau:
“Siapakah mereka, wahai Rasul Allah?” Beliau menjawab: “Orang-orang
yang mengikutiku dan para sahabatku.” [HR Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu
Majah, Ahmad, Ad-Darami dan Al-Hakim].

Kemudian diperkuat lagi dengan kaidah yang mereka gunakan bahwa
“Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan jumlahnya banyak sekali”,
kebenaran yang satu ada pada salafi! Keyakinan ini berdasarkan hadits
Nabi Saw,

Rasulullah saw bersabda: “Inilah jalan Allah yang lurus” Lalu beliau
membuat beberapa garis kesebelah kanan dan kiri, kemudian beliau
bersabda: “Inilah jalan-jalan (yang begitu banyak) yang bercerai-berai,
atas setiap jalan itu terdapat syaithan yang mengajak kearahnya”.
Kemudian beliau membaca ayat,

Dan (katakanlah): “Sesungguhnya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah
dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” (Qs.
al-An’aam [6]: 153) [HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim] ( lihat 1, hal
47-48).

Sehingga salafi meyakini bahwa semua golongan sesat, bid’ah, tidak
selamat dan tidak masuk syurga. Dengan keyakinan ini maka salafi merasa
dirinya paling benar (karakter 1), sedangkan ulama/golongan lain selalu
salah, sesat dan bid’ah. Sehingga golongan sesat dan bid’ah ini layak
untuk dicela (karakter 2), harus diungkapkan semua keburukannya dan
jangan diungkapkan secuil-pun kebaikannya, karena khawatir nanti
diikuti oleh umat Islam (lihat 4, hal 28-29). Sehingga bertaburanlah
dalam pengajian, daurah, seminar, buku-buku dan website-website salafi
pernyataan bahwa hanya salafi-lah yang paling sesuai dengan as-sunnah
dan celaan sesat dan bid’ah kepada ulama/golongan selain salafi.

Berpecah Belah Sesamanya

Tetapi ada satu hal yang aneh dan sangat bertolak belakang dengan
keyakinan diatas, pada saat kita mencoba lebih jauh mengenal salafi
maka akan dijumpai fakta bahwa secara internal salafi berpecah belah
sesamanya. Salafi yang satu meyakini bahwa dirinya paling benar dan
yang lain sesat, sehingga mereka mencela salafi yang lain dan ditahdzir
(diperingatkan) agar segera bertaubat. Sedangkan salafi yang dicela
juga mengatakan hal yang sama, bahwa merekalah yang paling benar dan
yang lain sesat. Hal ini terjadi, kemungkinan besar karena karakter
salafi yang merasa dirinya paling benar (karakter 1), sehingga sesama
mereka sendiri saling berselisih, mau menang sendiri dan mencela satu
sama lain (karakter 2).

Abdurahman Wonosari:

Berkaitan dengan fitnah tahazzub, yang dinukilkan oleh Syaikh Muqbil
bin Hadi, dengannya memecah-belah barisan salafiyyin dimana-mana,
termasuk di Indonesia. Kemudian fitnah yang ditimbulkan oleh Yayasan
Ihya’ ut Turots yang dipimpin oleh Abdurahman Abdul Kholiq serta
Abdullah as Sabt. Abdurahman Abdul Khaliq telah dinasihati secara keras
dan sebagian Ulama’ menyebutnya sebagai mubtadi’. Adapun Jum’iyyah
Ihya’ ut Turots dan Abdurahman Abdul Khaliq telah berhasil menyusupkan
perpecahan sehingga mencerai-beraikan Salafiyyin di Indonesia. Apakah
Jum’iyah Ihya’ ut Turots (disingkat JI) ini memecah-belah dengan
pemikiran, kepandaian,gaya bicara mereka saja? (lihat 6).

Abu Ubaidah Syafrudin:

Bahkan sampai ta’ashub dengan kelompoknya, golongannya, sehingga
menyatakan bahwa salafy yang murni adalah kelompok salafy yang ada di
tempat fulani dan berada di bawah ustadz fulan (lihat 6).
Perpecahan internal ini bisa sangat tajam, sehingga kata-kata yang
diucapkan bisa sangat kasar, sehingga tidak layak diucapkan oleh
seorang hamilud da’wah (pengemban da’wah),

Abdul Mu’thi:

Khususnya yang berkenaan tentang Abu Nida’, Aunur Rafiq, Ahmad Faiz
serta kecoak-kecoak yang ada di bawah mereka. Mereka ternyata tidak
berubah seperti sedia kala, dalam mempertahankan hizbiyyah yang ada
pada mereka (lihat 6).

Muhammad Umar As-Sewed:

Adapun Abdul Hakim Amir Abdat dari satu sisi lebih parah dari mereka,
dan sisi lain sama saja. Bahwasanya dia ini, dari satu sisi lebih parah
karena dia otodidak dan tidak jelas belajarnya, sehingga lebih parah
karena banyak menjawab dengan pikirannya sendiri. Memang dengan hadits
tetapi kemudian hadits diterangkan dengan pikirannya sendiri, sehingga
terlalu berbahaya.
Ini kekurangan ajarannya Abdul Hakim ini disebabkan karena dia
menafsirkan seenak sendiri dan memahami seenaknya sendiri. Tafsirnya
dengan Qultu, saya katakan, saya katakan , begitu. Ya.., di dalam
riwayat ini,ini, dan saya katakan, seakan-akan dia kedudukannya seperti
para ulama, padahal dari mana dia belajarnya.
Ketika ditanyakan tentang Abdul Hakim , “Siapa?”, lalu diterangkan
kemudian sampai pada pantalon (celana tipis yang biasa dipakai untuk
acara resmi ala Barat, red), “Hah huwa Mubanthal (pemakai panthalon,
celana panjang biasa yang memperlihatkan pantatnya dan kemaluannya
itu)” (lihat 2).

Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji:

KITA KATAKAN: apalagi yang kalian tunggu wahai hizbiyyun? Abu Nida’,
Ahmad Faiz dan kelompok kalian At-Turatsiyyin!! Bukankah kalian
menunggu pernyataan dari Kibarul Ulama’? Bahkan ‘kita hadiahkan’ kepada
kalian fatwa dari barisan ulama salafiyyin yang mentahdzir Big Boss
kalian!! Kenapa kalian tidak bara’ dan lari dari At-Turats?! Mengapa
kalian masih tetap menjilat dan mengais-ngais makanan, proyek-proyek
darinya?! (lihat 5).

Walhasil, perpecahan diantara salafi terjadi beberapa kelompok dan
diantara mereka merasa paling dirinya paling benar. Kelompok-kelompok
yang berpecah belah dan saling menganggap sesat itu antara lain:
Kelompok Al-Muntada (sururiyah) yang didirikan oleh Salafi London yakni
Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin, kemudian di Indonesia membentuk
kelompok Al-Sofwah dan Al-Haramain dengan pentolannya Muhammad Kholaf,
Abdul Hakim bin Abdat, Yazid bin Abdul Qadir Jawwas, Ainul Harits
(Jakarta) dan Abu Haidar (As-Sunnah Bandung).

Ini juga dari kedustaan dia, membangun masjidnya ahlul bid’ah, Hadza
Al-Sofwah, dan Yazid Jawwas mengatakan “Al-Sofwah itu Salafy”, padahal
tadinya ketika dia masih sama kita dia mengatakan bahwa Al-Sofwa itu
ikhwani, Surury, tapi ketika dia bersama mereka sudah meninggalkan
Salafiyyin, terus omongnya sudah lain.

Sehingga apa yang mereka sebarkan dari prinsip-prinsip ikhwaniyyah dan
Sururiyyah ini, adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan Sunnah
Rasulullah, dan bertentangan dengan 180 derajat (lihat 2).
Kemudian kelompok Jami’atuts Turots Al-Islamiyah (lembaga warisan
Islam) yang didirikan oleh salafi Kuwait Abdurrahman Abdul Khaliq, di
Indonesia membentuk kelompok Ma’had Jamilurahman As-Salafy dan Islamic
Center Bin Baaz (Jogya) dengan pentolannya Abu Nida’ Aunur Rafiq
Ghufron (Ma’had Al-Furqan Gresik), Ahmad Faiz (Ma’had Imam Bukhari
Solo), dan lain-lain.

Lantas bagaimana menyikapi orang-orang at Turots/Abu Nida’ cs ini?
Syaikh Muqbil memberikan kaidah tentang orang-orang yang padanya ada
pemikiran hizbiyah, bahkan Abdurahman Abdul Kholiq dicap adalah
mubtadi’. Dengan keadaan Abu Nida’ yang demikian, apakah sudah bisa
memastikan bahwa Abu Nida’ adalah hizbi? Ya (Syaikh Yahya al Hajuri).
Disinilah perlunya membedakan antara Salafiyyin dan At Turots,
sebagaimana Allah tegaskan tidak akan sama orang yang berilmu dan
beramal, dibanding orang yang beramal dengan kejahilan (lihat 6).
Ada lagi kelompok salafi lain seperti FK Ahlussunnah wal jamaah (FKAWJ)
dan Lasykar Jihad yang didirikan oleh Ja’far Umar Thalib, yang juga
dianggap sesat oleh salafi lainnya.

Abdurahman Wonosari:

Sebagian orang menganggap kita yang telah berlepas diri dari kesesatan
Ja’far Umar Thalib (JUT). Namun ketika jelas setelah nasihat dari para
Ulama’ atas JUT, namun dia enggan menerimanya bahkan justru dia
meninggalkan kita, maka Allah memudahkan kita berlepas diri
daripadanya. Bahkan memudahkan syabab kembali kepada Al Haq, tanpa
harus bersusah-payah. Padahal sebelumnya, banyak yang ingin menjatuhkan
JUT dari sisi akhlak dan muammalahnya.
Qadarallah, selama ini kita disibukkan dengan jihad (th 2000 – 2002),
yang dengan jihad tercapai kebaikan-kebaikan, tidak diingkari juga
adanya terjerumusnya dalam perkara siyasah/politik. Dan hal ini,
membikin syaikh Rabi’ bin Hadi menasehatkan dengan menyatakan: “Dulunya
jihad kalian adalah jihad Salafy, kemudian berubah menjadi jihad
ikhwani.” Mendengar peringatan yang demikian, alhamdulillah, Allah
sadarkan kita semua, langsung bangkit dan kemudian berusaha membubarkan
FKAWJ (Forum Komunikasi Ahlusunnah wal Jama’ah, red) dan menghentikan
komandonya JUT (Laskar Jihad Ahlusunnah wal Jama’ah, red).
Alhamdulillah.” (lihat 6).

Kemudian kelompok salafi lainnya Ponpes Dhiyaus Sunnah (Cirebon) dengan
Muhammad Umar As-Sewed. lihat 2 dan 6 Kelompok yang satu ini merasa
salafi yang paling asli diantara salafi-salafi asli lainya, karena
merujuk kepada ulama-ulama salafi Saudi.
Saking kerasnya pertentangan diantara kelompok salafi itu, mereka
memperlakukan kelompok salafi lain telah keluar dari salafi dan
dianggap sesat dan bid’ah oleh salafi lainnya,

Muhammad Umar As-Sewed (Cirebon):

Dalam syarhus Sunnah dalam aqidatus salaf ashabul hadits, kemudian
dalam Syariah Al-Ajurry, kemudian Minhaj Firqatun najiyah Ibnu
Baththah, itu semua ada. Yang menunjukkan mereka semua sepakat untuk
memperingatkan ummat dari ahlul bid’ah dan mentahdzir ahlul bid’ah,
membenci mereka, menghajr mereka, memboikot mereka dan tidak bermajlis
dengan mereka, itu sepakat. Sehingga apa yang mereka sebarkan dari
prinsip-prinsip ikhwaniyyah dan Sururiyyah ini, adalah sesuatu yang
bertolak belakang dengan Sunnah Rasulullah, dan bertentangan dengan 180
derajat (lihat 2).

Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, di negara-negara Arab-pun
juga demikian, diantara ulama salafi sendiri mengklaim merekalah salafi
yang asli dan harus diikuti, sedangkan yang lain sesat dan harus
dihindari pengajian-pengajian, buku-buku dan kaset-kasetnya. Salafi
yang merasa asli menyatakan bahwa merekalah pengikut shalafush shalih
yang benar, sedangkan salafi yang lain hanya mengaku-ngaku saja sebagai
salafi. Begitu juga sebaliknya!

Ada kelompok ulama semisal Abdullah bin Abdil Aziz bin Baz, Shalih bin
Fauzan Al Fauzan, Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin, Muhammad bin Rabi’ Al-Madkhali, dan lain-lain. (Saudi),
Muqbil bin Haadi, Yahya Al-Hajuri (Yaman), Muhammad bin Abdurrahman
Al-Maghrawi (Maroko), Falah bin Ismail, Falah bin Tsani As-Su’aidi,
Walid Al-Kandari, Mubarak bin Saif Al-Hajiri (Kuwait).
Disisi lain terdapat pula ulama salafi yang mereka anggap sesat semisal
Abdurrahman Abdul Khaliq (Kuwait), Muhammad Quthb (ex IM yang dianggap
masuk salafi), Muhammad Surur bin Nayif Zainal (London), dan lain-lain
(lihat 5). Abdurrahman Abdul Khaliq misalnya, beliau mendirikan
Jami’atuts Turots Al-Islamiyah (lembaga warisan Islam) di Kuwait juga
menggunakan landasan yang sama sebagai salafi, yakni menyatukan langkah
dengan menjadikan Al-Quran dan sunnah serta mengikuti salafush shalih
sebagai sumber tasyri’, mengembalikan setiap persoalan kepada
kalamullah dan rasul-Nya (lihat 7, hal 11). Tetapi Abdurrahman Abdul
Khaliq dianggap sesat dan bid’ah oleh salafi yang lain, karena beliau
membentuk hizbi (lihat 6).

Begitu juga Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin yang mendirikan
Al-Muntada di London, juga mengaku sebagai salafi. Tetapi karena beliau
mengkritik dengan keras kebijakan kerajaan Saudi yang bersekutu dengan
kafir AS untuk memerangi Iraq pada perang teluk, beliau juga mencela
ulama-ulama yang menjadi budak kerajaan Saudi dengan mecari-carikan
dalil yang sesuai dengan kebijakan penguasa kerajaan (lihat 4, hal
78-82 catatan kaki). Disamping itu beliau menggunakan prinsip IM:

“Nata’awan fima tafakna wa na’dziru ba’dina ba’don fi makhtalahna”
atau “Kita saling kerjasama apa yang kita sepakati dan kita
hormat-menghormati saling memaklumi apa yang kita berbeda” (lihat 2).
Sehingga beliau dianggap sesat dan bukan lagi sebagai salafi.
Sungguh menggelikan, satu-satunya golongan yang mengaku selamat dan
masuk syurga, menganjurkan umat Islam untuk tidak berpecah belah dan
hanya menyatu dalam satu golongan saja (salafi), serta menganggap
golongan lain sesat dan bid’ah. Tetapi secara internal berpecah belah
sesamanya, baik di Indonesia maupun di daerah Arab dan sekitarnya.
Sangat kontradiksi bukan?, disatu sisi menganjurkan umat Islam untuk
bersatu tetapi disisi lain internal salafi berpecah belah.
Kecenderungan salafi untuk mencela golongan lain sebagai sesat dan
bid’ah sehingga ‘terkesan’ salafi memecah belah persatuan umat, apakah
hal ini dimaksudkan karena mereka tidak rela bahwa hanya salafi saja
yang berpecah belah, sedangkan golongan lain tidak? Silahkan nilai
sendiri! Wallahu’alam

Khatimah:

1. Karakter salafi berupa “Merasa dirinya paling benar” (karakter 1)
dan kebiasaan “mencela golongan/ulama lain” (karakter 2) yang
berseberangan pendapat dengan mereka bukanlah issue semata, tetapi
dapat dibuktikan melalui fakta yang terjadi diinternal salafi sendiri.

2. Karakter salafi yang merasa paling benar sendiri, menimbulkan
perpecahan internal salafi. Ini merupakan hal yang wajar, golongan
manapun jika mendahulukan egoisme dan hawa nafsu belaka maka akan
berpecah belah. Sedangkan golongan-golongan Islam lain, tidak mengalami
perpecahan internal separah yang dialami salafi, bahkan secara internal
mereka solid. Kita bisa merujuk kepada NU, Muhammadiyah, Ikhwanul
Muslimin/Tarbiyah/PKS, Hizbut Tahrir, Persis, Al-Irsyad, Jamaah
Tabligh, dan lain-lain, mereka lebih tahan terhadap perpecahan internal
karena karakter mereka memang beda dengan salafi (karakter 1 dan 2)

3. Perpecahan salafi menjadi beberapa kelompok antara lain: kelompok
Al-Sofwah & Al-Haramain Jakarta; Imam Bukhari Solo, Al-Furqan Gresik,
Islamic Center Bin Baaz & Jamilurahman As-Salafy Jogya; FKAWJ & Lasykar
Jihad Jakarta; Dhiyaus Sunnah Cirebon. Ini belum termasuk kelompok
salafi yang telah ditahdzir dan kemudian taubat, tetapi tidak bergabung
dengan salafi “asli” dan membentuk kelompok-kelompok sendiri.

4. Orang awam yang baru mengenal salafi menjadi kebingungan, bagaimana
mungkin satu golongan yang meyakini selamat dan masuk syurga, tetapi
secara internal mereka sendiri berpecah belah. Lantas mana golongan
salafi yang asli, yang selamat dan masuk syurga itu?. Kembali kepada
kaidah yang diyakini salafi: “Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan
jumlahnya banyak sekali”, maka berarti salah satu salafi saja yang asli
dan yang lain sesat dan bid’ah, atau bisa jadi semuanya salafi palsu!

5. Dengan memahami karakter asli salafi, kita bisa berlapang dada jika
dicela sesat dan bid’ah oleh salafi, karena jangankan anda, sesama
salafi sendiri saja saling mencela sebagai sesat dan bid’ah. Lantas
apakah perlu dilayani jika anda dicela sesat dan bid’ah? Tidak perlu,
karena tidak ada gunanya berdiskusi dengan orang yang merasa paling
benar dan golongan lain selalu salah. Diskusi yang sehat adalah untuk
“mencari kebenaran bukan kemenangan”, mencari hujjah yang paling kuat
(quwwatut dalil). Jika meyakini hujjah lawan diskusi lebih kuat maka
dengan lapang hati menerimanya, tetapi jika tidak ada titik temu dalam
diskusi maka masing-masing harus menghargai perbedaan ijtihadnya. Jadi,
sebaiknya dalam menghadapi salafi adalah dengan tidak menghadapinya.

Maraji’:

1. Risalah Bid’ah, Abdul Hakim bin Amir Abdat
2. www.salafy.or.id: manhaj:”Sururiyyah terus melanda muslimin
Indonesia”, Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji
3. Lihat juga www.assunnah.or.id
4. Menepis penyimpangan manhaj dakwah, Abu Abdillah Jamal bin Farihan
Al-Haritsi
5. www.salafy.or.id, manhaj: Ulama berbaris tolak JI (Jum’iyah Ihya’ ut
Turots), Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji
6. www.salafy.or.id, manhaj: “Bahaya jaringan JI dari Kuwait dan At
Turots”, Abdul Mu’thi, Abu Ubaidah Syafrudin dan Abdurahman Wonosari
7. 10 wasiat bekal aktifis dakwah dan harokah, Abdurrahman Abdul Khaliq
8. Mendudukkan antara sunnah dan bid’ah, Lajnah Ihya’ut Turats
Al-Islamiy
9. Lihat juga www.atturots.or.id
10. Lihat juga www25.brinkster.com/salafyoononline/

Wassalam,

EP


sumber:
http://www.mail-archive.com/