Oknum: Tentara Tewas di Tangan Eks Pacar

Jika berita ini benar, maka perempuan ini seharusnya dilindungi. Benak saya ketika baca berita ini adalah, bagaimana mungkin institusi segedhe TNI tidak mengetahui ada anggota-nya yg melakukan tindakan spt itu selama bertahun-tahun. Mengganggu masyarakat yg seharusnya dilindungi, mengganggu istri orang. Mabuk lagi.

Pantas saja Hankam kita lemah ….

Tentara Tewas di Tangan Eks Pacar

Sumber: jawapos

SURABAYA – Warga Dukuh Kupang Barat BX kemarin (23/10) dikejutkan adanya pembunuhan. Seorang anggota TNI-AL bernama Klk (Kelasi Kepala, setingkat praka di AD) Moch. Agus Haryanto tewas di pinggir jalan, tepat di depan sebuah warung kopi.

Pria 34 tahun yang sehari-hari berdinas di Satang Denmako Armatim (Satuan Anggota Detasemen Markas Komando Armada RI Kawasan Timur) itu roboh bersimbah darah. Dia tewas oleh sangkurnya sendiri yang menghunjam perut. Pelakunya adalah Nila Vitria, 26, ibu dua anak yang kos di Dukuh Kupang Barat. Kini Nila diamankan di Mapolres Surabaya Selatan sebagai tersangka.

Informasi yang dihimpun Jawa Pos menyebutkan, pokok permasalahan itu adalah asmara. “Agus dan Nila pernah berpacaran, sebelum Nila menikah dengan Zamroni pada 2003,” kata Kasatreskrim Polres Surabaya Selatan AKP Agung Marlianto.

Kepada Jawa Pos, Nila mengungkapkan, saat masih berpacaran, dirinya pernah mengajak Agus menikah. Tapi, dia tidak mau. “Karena tidak serius, akhirnya saya terima pinangan suamiku yang sekarang,” jelas Nila di ruang pemeriksaan Satreskrim Polres Surabaya Selatan.

Namun, Agus bukan tipe lelaki yang bisa terima jika mantan pacarnya menikah dengan orang lain. “Setelah menikah, saya terus diganggu,” ucapnya. Bahkan, Agus yang masih bujang itu sering datang dan meneror pasangan yang kemudian tinggal di Keputih (rumah yang diberi orang tua Zamroni) tersebut. Pernah, kata Nila, dirinya memberi uang Rp 2 juta atas tuntutan ganti rugi selama masa pacaran kepada Agus.

Saking kerasnya teror, orang tua Zamroni ketakutan dan menyuruh anaknya itu menceraikan Nila. Keduanya pernah berpisah pada 2004 dan akhirnya rujuk kembali secara backstreet pada awal 2005. “Setelah rujuk, saya hidup di beberapa tempat kos (terakhir di Dukuh Kupang Barat, Red) untuk menghindari teror Agus,” ujar Nila.

Namun, Agus memang keras kepala. Entah bagaimana, Agus selalu berhasil menemukan tempat kos Nila yang baru. Pertemuan terakhir (sebelum kejadian pembunuhan) terjadi Sabtu (20/10) malam. Ketika itu, Agus bertemu Nila dan Zamroni. Agus meminta lagi ganti rugi “uang selama pacaran” Rp 6 juta.

Saat itu Nila menyetujui dengan perjanjian Agus tidak mengganggunya lagi dan menandatangani surat perjanjian di depan Pomal (Polisi Militer TNI-AL). “Biar cepat selesai urusannya,” tegas Nila. Namun, perjanjian belum sempat terlaksana, Agus kembali meneror Nila. Bahkan, Agus melempar sangkur ke arah samping kepala Zamroni. “Saya tidak mau meladeni orang kalap. Saya diam saja biar dia cepat pergi,” kata Zamroni yang kemarin mengunjungi istrinya. Akhirnya, Agus memang pergi dengan sendirinya.

Namun, pukul 04.30 kemarin, Agus kembali mendatangi kos Nila. Celakanya, Zamroni saat itu tengah berada di rumah orang tuanya di kawasan Dupak. Mengenakan jaket hitam, celana dinas biru, dan dalam keadaan mabuk, Agus langsung mengetuk kaca nako kamar kos Nila dengan sangkur. “Dia berteriak-teriak menyuruh saya membuka pintu seraya menggedor-gedor dengan keras,” ujar Nila. Malu dengan tetangga, Nila pun membuka pintu.

Alih-alih tenang, Agus justru makin kalap melihat pintu yang sudah dibuka. Tanpa alasan yang jelas, Agus langsung menghajar Nila. Rambut Nila dijambak, kemudian diseret keluar tempat kos. Nila melawan, namun itu membuat Agus bertambah kalap. Kepala Nila dibentur-benturkan ke tembok dan aspal.

Agus kemudian menelanjangi bagian atas tubuh Nila. Mulai baju hingga bra dibetot dan disobek dengan sangkur. “Saya sudah berteriak-teriak minta tolong, tapi tak ada orang yang berani menolong. Saya benar-benar dipermalukan,” ucap Nila sambil terisak.

Agus juga menodongkan sangkurnya ke leher Nila. Entah mendapat kekuatan dari mana, ibu dua anak itu memberanikan diri untuk mengibaskan sangkur yang menempel di lehernya tersebut. Akibat tindakan nekatnya itu, dua ujung jarinya terpotong hingga pertengahan kuku. Darah pun mengucur deras. Namun, hal tersebut tak membuat Agus berhenti menyiksa. Setelah memasukkan sangkur ke sarungnya, Agus menyeret Nila, yang dalam keadaan telanjang bagian atas dan berdarah-darah, keluar hingga ke pinggir jalan sejauh 50 meter dari tempat kos. Tepat di depan sebuah warung kopi, Nila dipiting dan mukanya dipukuli.

Aksi brutal tersebut dilerai warga sekitar. “Saya kaget, subuh-subuh ada wanita yang dipukuli berkali-kali oleh seorang pria,” kata Samsuri, seorang tokoh masyarakat setempat yang ikut melerai.

Ketika warga melerai, rupanya konsentrasi Agus terganggu. Saat itulah, Nila berhasil menarik sangkur dan menusukkan ke perut Agus. “Hanya refleks. Saat itu saya tidak mikir apa-apa,” ujarnya.

Sesaat kemudian, Nila terlihat lemas dan pingsan. Warga pun segera menolong dengan membawa Nila ke dalam kamar kosnya.

Setelah itu, perhatian warga tiba-tiba beralih kepada Agus. Sebab, mendadak, tangan Agus menggapai-gapai. Saat diperhatikan, sangkur miliknya telah menancap di perut. Warga, rupanya, tidak melihat ketika Nila menarik sangkur, kemudian menghunjamkan ke perut Agus.

Hasil visum menunjukkan bahwa penyebab kematian Agus adalah sobeknya liver akibat tusukan sangkur. “Selain itu, tim dokter menemukan bahwa kandungan alkohol dalam darah Agus cukup tinggi,” ucap seorang petugas yang ikut menangani kasus tersebut.

Di bagian lain, Kadisprov Armatim Mayor Laut (PM) Bambang Sugeng Irianto mengatakan, sebelumnya Agus tak pernah punya catatan kasus apa pun di tempat bekerja. “Setahu kami, dia (Agus, Red) tak pernah bermasalah di dinasnya. Yang jelas, kami telah menurunkan tim untuk menyelidiki kejadian tersebut,” ujar Bambang saat dikonfirmasi kemarin sore. Agus, lanjut Bambang, sehari-harinya juga tidur di mes Denmako Armatim.

Sementara itu, Nila punya peluang untuk bisa lolos dari jerat hukum jika berhasil membuktikan bahwa yang dilakukannya adalah upaya bela diri. AKP Agung Marlianto juga mengakui hal tersebut. “Yang jelas, kami akan melihat seluruh aspek dalam kasus ini,” tandasnya. (ano/fid)