Sepakbola Indonesia = Sepakbola Kriminal
Ketika tanding bola selalu menimbulkan kerusuhan, bentrok massa, dan rampok (jajan tak bayar, bonek, dsb). Ketika event2 pertandingan bola menjadi saat-saat yang menakutkan bagi masyarakat sekelilingnya.
Ketika pengurus bola tak mau bertanggung jawab dengan alasan itu di luar stadion. Namun ternyata perkelahian (kadang) juga terjadi di lapangan.
Ketika di event internasional.. tidak ada wakil team indonesia dari laga internasional. Liga Champion Asia .. no way .. indonesia ditolak AFC/FIFA. Jadi apa sebenarnya yang dicari dari kompetisi ini.
Ketika ketum-nya saja orang bui. Rapat kerjanya saja kadang di komplek penjara. Diminta diganti oleh FIFA, masih dipertahankan juga, dengan berbagai alasan ..bla bla bla… Entahlah hati nurani para pengurus ini.
Mungkin pantas.. jika PSSI diputuskan sebagai organisasi terlarang saja, dicap sbg organisasi penyebab kriminal massa. Mungkin pantas … jika dibubarkan.. endapkan, setelah 5 tahun kira2 bentuk baru yang fresh.
Final Bola Diusir dari Senayan
JAKARTA – Otoritas keamanan tidak ingin lagi keributan sepak bola merusak ibu kota. Karena itu, Polda Metro Jaya mencabut izin laga final Liga Indonesia (Ligina) XIII yang sedianya digelar hari ini di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Izin tersebut dicabut menyusul jatuhnya korban tewas Fathul Mulyadin dalam pertandingan semifinal Rabu lalu (6/2). Fathul adalah pendukung Pesija yang meninggal secara mengenaskan dan diduga akibat perkelahian antarsuporter.
“Kemarin (maksudnya, 6/2) terdapat kerusuhan dan mengakibatkan salah seorang suporter meninggal. Dengan alasan itu, kami tidak memperkenankan final di Jakarta,” kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Adang Firman kemarin (8/2).
Karena itu, partai puncak yang mempertemukan PSMS Medan dan Sriwijaya FC bakal digelar di Bandung. Tepatnya di Stadion Jalak Harupat, Soreang, Bandung. Konsekuensi dari penundaan itu, partai final pun harus ditunda sehari.
Pengusiran tersebut menunjukkan pentas sepak bola Indonesia semakin “menakutkan”. Dalam babak delapan besar saja, terjadi beberapa kali kerusuhan yang menjadi noda sepak bola nasional. Misalnya, saat pertandingan Arema Malang melawan Persiwa Wamena di Stadion Brawijaya, Kediri pada 16 Januari lalu. Suporter berbaju Aremania mengamuk karena kecewa kepada wasit. Hakim garis dipukul dan gawang stadion dibakar.
Lantas, saat Persija Jakarta melawan Persik Kediri di Solo, 17 Januari 2008, terjadi perkelahian antarpemain yang sangat memalukan. Lantas, dalam semifinal 6 Feberuari lalu, terjadi perkelahian antarsuporter Persija dan Peripura. Perisitiwa itu terjadi gara-gara mereka saling ejek. Sekitar stadion saat itu sangat mencekam, penuh dengan lemparan benda serta kekerasan fisik. Di situlah seorang pendukung Persija Jakarta tewas menyedihkan.
Kematian suporter Jakmania itu dikhawatirkan membuat psikologi massa suporter Jakarta sedang tidak bagus. “Hasil koordinasi kami dengan Mabes Polri dan Polda Metro Jaya bahwa situasi masih berkabung. Mereka meminta kami tidak melaksanakan final di Jakarta. Kami harus respek dengan situasi ini,” kata Sekjen PSSI Nugraha Besoes.
“Tapi, final tetap menjadi agenda yang harus dilaksanakan. Karena itu, kami memutuskan untuk tetap melaksanakannya,” sambung Direktur Kompetisi Badan Liga Sepak Bola Indonesia (BLI) Joko Driyono.
PSSI dan BLI pun memutuskan untuk menggelarnya di Bandung. Waktu yang dipilih untuk melangsungkan pertandingan adalah Minggu, mulai pukul 19.00 WIB. Dipilihnya Bandung karena BLI mempertimbangkan masalah efisiensi waktu. Sedangkan pemilihan hari Minggu lantaran pertimbangan emosi dan recovery kontestan final.
“Masalah tempat sudah definitif. Hanya masalah waktu yang masih tentatif. Yang jelas, kami sudah mengantongi izin dari keamanan setempat,” aku Joko Driyono.
Hanya saja, Joko menambahkan bahwa izin itu masih sebatas lisan. Sebab, pihaknya memang belum sempat melakukan pertemuan secara langsung dengan jajaran aparat keamanan di Bandung.
Kembali berubahnya jadwal final kali ini jelas semakin membuka fakta betapa amburadulnya kinerja PSSI. Ingat, perubahan kali ini terhitung sebagai yang keempat dalam musim ini.
Final Ligina XIII sejatinya digelar 22 Desember 2007 lalu. Tapi, karena sesuatu hal, PSSI memundurkannya menjadi pertengahan Januari 2008. Tak berselang lama, jadwal final diundur lagi menjadi 27 Januari 2008.
Jadwal itu pun tak bisa dijalankan. Seiring dengan kerusuhan suporter Arema Malang di Stadion Brawijaya Kediri saat delapan besar lalu, PSSI dan BLI memilih mengundurkan jadwal final lagi. Mereka menetapkan 9 Februari sebagai hari pelaksanaan partai puncak Ligina XIII.
Tapi kenyataannya, kini kembali ditunda. “Ini merupakan situasi yang tidak mengenakkan bagi sepak bola Indonesia. Tapi, kami harus mengambil sikap karena aparat keamanan sendiri meminta kami tidak menggelar final di Jakarta,” ujar Nugraha.
“PSSI tidak akan lepas tangan. Karena perubahan ini akibat kerusuhan fans, maka ke depan tentu kami akan lebih giat melakukan pembinaan terhadap fans,” tambahnya. (fim/pen/ind)
.
Sumber: http://jawapos.com
Artikel di blog Anda bagus-bagus. Agar lebih bermanfaat lagi, Anda bisa lebih mempromosikan dan mempopulerkan artikel Anda di infoGue.com ke semua pembaca di seluruh Indonesia. Nantikan segera plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi untuk Blogspot dan WordPress dengan instalasi mudah & singkat. Salam!
http://www.infogue.com/sepak_bola/sepakbola_indonesia_sepakbola_kriminal/