NU itu sekedar pijakan

Kayaknya .. memimpikan NU benar-benar sebagai organisasi-nya para Ulama, yang mengayomi semua pihak. Membuat sejuk masyarakat. Damai. Masih jauh dari harapan.

Bagaimana tidak? Kader-kadernya .. para kyai muda, gus-gus, justru menjadikan organisasi ini (dan underbouw-nya) sebagai kereta politiknya. Ada banyak berita mengenai hal ini ..yg tidak mungkin tampil di sini semua.

Jika terus berlanjut.. bukan tidak mungkin NU tinggal kenangan. Ditinggalkan masyarakat. Bye-bye mbah kyai.


Ali Maschan Moesa Diberhentikan dari PWNU Jatim
Sabtu, 22 Maret 2008 19:48

Surabaya, NU Online
Jajaran Syuriah (pengarah) PWNU Jawa Timur memberhentikan Ketua PWNU Jatim Ali Maschan Moesa MSi karena melanggar kontrak jam’iyah dan tidak patuh kepada syuriah terkait keterlibatan dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim pada 23 Juli 2008.

“Pak Ali dianggap berhalangan tetap, karena itu beliau sudah diberhentikan (dipecat), tapi keputusan itu akan diumumkan Rais Syuriah PWNU Jatim KH Miftachul Akhyar yang sekarang sedang umrah dengan saya,” kata anggota Syuriah PWNU Jatim KH Mutawakkil Alallah per-telepon dari Mekkah, Selasa.

Informasi dari sumber di PWNU Jatim menyebutkan pemberhentian itu diputuskan dalam rapat yang dihadiri sepuluh anggota syuriah PWNU Jatim, tapi sudah dikoordinasikan dengan KH Miftachul Akhyar dan KH Mutawakkil Alallah yang sedang umroh di Mekkah.

Rapat Syuriah dihadiri KH Agoes Ali Masyhuri (Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim/Sidoarjo) dan beberapa anggota syuriah, diantaranya KH Abdurrahman Navis Lc (Surabaya), KH Anwar Manshur (Kediri), dan KH Husin Zuhri (Lumajang).

Selain itu, KH Zainuddin Djazuli (Ploso, Kediri), KH Mudatsir Badruddin (Pamekasan), KH Yasin Asmuni (Kediri), KH Abdul Matin (Tuban), KH Muin Arif (Tulungagung), dan KH Nuruddin A Rachman (Bangkalan).

Dalam keputusan itu, Ali Maschan Moesa dinilai berhalangan tetap, sehingga dia tidak bisa menjabat sebagai Ketua PWNU Jatim dan kendali PWNU Jatim langsung diambil alih Syuriah PWNU Jatim.

“Alasan pemberhentian itu karena pak Ali Maschan dinilai melanggar kontrak jam’iyah (perjanjian tertulis di depan peserta konferensi wilayah NU Jatim di Probolinggo pada awal November 2007) dan melanggar AD/ART NU serta keputusan Muktamar ke-27 di Situbondo (1984),” kata sumber di PWNU Jatim itu.

Menurut sumber itu, AD/ART NU yang dilanggar Ali Maschan Moesa dalah Bab VII pasal 11 ayat 3 dan 4 tentang kepengurusan bahwa tanfiziyah dapat diberhentikan syuriah bila syuriah berpendapat benar-benar telah terjadi pelanggaran terhadap jam’iyah (organisasi) dan agama.

“Karena itu, pak Ali nantinya tidak dapat menggunakan NU sebagai alat politik dalam kampanye dirinya sebagai cawagub dari pak Soenarjo (Wagub Jatim dan Ketua Golkar Jatim) dalam Pilgub Jatim mendatang,” kata sumber itu.

Secara terpisah, Wakil Rois Syuriah PWNU Jatim KH Agoes Ali Masyhuri yang juga hadir dalam rapat syuriah itu mengelak berkomentar.

“Saya nggak ngurus yang itu, saya tak mulang ngaji mawon (saya tidak mengurus politik, saya mengajar santri mengaji saja),” kata pengasuh Pesantren Bumi Sholawat, Tulangan, Sidoarjo itu.

Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim DR KH Ali Maschan Moesa MSi saat dihubungi melalui telepon tidak ada respon, meski handphone miliknya aktif. Rencananya, Soenarjo-Ali Maschan dideklarasikan sebagai pasangan cagub-cawagub pada 23 Maret 2008.

Hingga kini, kader NU yang meramaikan bursa Pilgub Jatim adalah Ketua PWNU Jatim Ali Maschan Moesa yang berpasangan dengan DR H Soenarjo MSi (Wagub Jatim/Ketua Golkar Jatim), Ketua Umum PP GP Ansor H Saifullah Yusuf yang berpasangan dengan DR H Soekarwo SH MHum (Sekdaprov), dan Bupati Mojokerto DR H Achmady (PKB). (ant/eko)

.

Sementara itu.. gus Ipul melenggang dengan kereta Ansor-nya.

.

Syuriah NU Jatim “Warning” Ansor
Senin, 10 Maret 2008 12:14

Surabaya, NU Online
Syuriah PWNU Jawa Timur KH memberi “warning” (peringatan) kepada kader-kader GP Ansor se-Jatim terkait dukungan simbol-simbol organisasi dalam pencalonan Ketua Umum PP GP Ansor H Saifullah Yusuf sebagai Calon Wakil Gubernur (Cawagub) pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim.

“Ansor harus cerdas dan cermat, karena pilgub adalah perjudian yang menyebabkan Aswaja menjadi babak belur,” kata Rois Syuriah PWNU Jatim KH Miftachul Akhyar di Surabaya, Minggu, menanggapi banyaknya kader Ansor yang menjadi tim sukses pasangan Soekarwo – Saifullah Yusuf.

Menurut pengasuh Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan, Surabaya itu, Ansor hendaknya menyadari tidak ada tawaran politik yang gratis, karena itu tidak seharusnya “bersarang” pada telur yang belum jelas, apakah telur ayam atau telur buaya.

“Sudah banyak contoh kader NU di rumah orang lain yang menjadi liar, karena dalam politik memang tidak ada yang gratis, buktinya sudah terjadi di Lamongan ada kader NU yang merusak rumah sendiri karena jabatan. Anak-anak NU yang masuk kendaraan orang lain itu tunduk kepada orang lain, bukan orangtuanya,” katanya.

Menanggapi hal itu, Ketua Umum PP GP Ansor H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengatakan Ansor tetap akan mengutamakan keumatan dan menjalankan “peran tengah” sehingga Ansor akan tetap berhubungan baik dengan siapa saja, termasuk semua calon dalam Pilgub Jatim.

“Karena itu, saya senang, pak Ali (Ketua PWNU Jatim DR KH Ali Maschan Moesa MSi yang menjadi cawagub dari Wagub Jatim DR H Soenarjo MSi) juga datang dalam acara Ansor,” katanya di sela-sela pembukaan Rakerwil Ansor Jatim yang dihadiri Ali Maschan.

Menurut keponakan Ketua Dewan Syuro DPP PKB KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu, warga Ansor sudah tahu siapa yang harus dipilih dalam Pilgub Jatim mendatang, karena itu dirinya juga tak perlu minta dukungan dari para kader Ansor se-Jatim.

“Yang penting adalah Ansor harus punya program konkret untuk masyarakat yang tak tersentuh pembangunan, seperti pengadaan sarana air bersih, pembangunan jalan, dan sebagainya, sedangkan soal Pilgub atau yang lain cukup lima tahun sekali,” katanya.

Tentang adanya banyak pengurus NU dan badan otonom (banom) yang maju dalam Pilgub Jatim, ia mengatakan warga NU sudah biasa berbeda, seperti masalah tahlil, sehingga warga NU justru dapat menjadi contoh bagi warga masyarakat lainnya dalam demokrasi.

“Karena itu, saya berharap kader-kader Ansor di Jatim menjelaskan kepada masyarakat, apakah masyarakat NU atau yang lain, kenapa saya maju dan kenapa pak Ali maju, karena semuanya bergantung program, bukan orang,” katanya.

Di sela-sela Rakerwil GP Ansor Jatim itu, Ali Maschan Moesa dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) siap mengikuti aturan NU untuk non-aktif terkait keterlibatannya dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim, namun hal itu akan dilakukan saat mereka benar-benar sudah menjadi cawagub melalui proses pendaftaran dirinya di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim pada Mei mendatang. (ant/eko)