Menghadiri 17-an Haram ???
Fatwa aneh yang ku dapat menjelang 17-an. Haram .. menghadiri hari kemerdekaan ??? Mungkin syaikh ini tidak pernah mengalami betapa sengsaranya dijajah bangsa lain, atau tak tahu pahit getirnya memperjuangkan kemerdekaan, atau … entahlah. Ku bukan hendak taqlid kepada fatwa ini. Namun fatwa ku simpan di sini sebagai catatan.
7. Apakah boleh menghadiri perayaan-perayaan mereka (xxxxx-xxxxx xxxxx), misalnya hari-hari ulang tahun dan selainnya?
.
Jawab:
“Tidak boleh! Allah -Ta’ala- berfirman:
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan kedustaan”. (QS. Al-Furqan : 72) [Lihat fatwa no. 4]
Bahkan walaupun kaum muslimin sendiri, jika mereka mengadakan maulid atau merayakan malam 27 Rajab atau malam nishfusy sya’ban (pertengahan Sya’ban) atau hari raya Hijrah (Tahun Baru) atau hari kemerdekaan atau hari ibu atau hari pepohonan dan selainnya dari hari-hari raya jahiliyah, maka semua ini tidak boleh dihadiri”.
(Tuhfatul Mujib karya Syaikh Muqbil -rahimahullah- no. pertanyaan 42)
.
Dari : http://kautsarku.wordpress.com/
.
.
Yang ini dari syaikh yg lain lagi,
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah juga menyatakan:
“Dan termasuk mengikuti mereka (orang-orang kafir, pent) di dalam perayaan-perayaan baik yang bersifat syirik ataupun bid’ah adalah seperti memperingati perayaan-perayaan hari kelahiran, baik kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kelahiran para pemimpin atau penguasa. Dan kadang-kadang perayaan-perayaan yang sifatnya syirik dan bid’ah ini diberi nama dengan penyebutan hari-hari atau pekan-pekan. Seperti hari kemerdekaan, hari ibu, atau pekan kebersihan.” (Al-Khuthab, hal. 43)
.
Sumber: http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=826
aneh
dia ngasih dalil tapi kok ga menjelaskan sama sekali..
hmmm….. sapa yang ci yang aneh…???
super aneh tuch, masa’ merayakan kemerdekaan haram. dasar orang aneh.
ALLAHU AKBAR
ALLAHU AKBAR
ALLAHU AKBAR
MERDEKA INDONESIA.
kalau emang di tempat2 perayaan itu terdapat amalan2 kesesatan atau amalan kebid’ahan jelas saya sepakat sama syaikh itu…karna telah tsatbit,bahwa kesesatan dan kebid’ahan itu tempatnya di neraka,seperti perayaan kemerdekaan mslnya,klau di disana kalian melakukan penghormatan yang berlebihan melebihi penghoramatan kalian kepada Allah, ya bukankah itu sudah syirik.meskipun tergolong syirik kecil
–> Maaf … fatwa itu tak menjelaskannya demikian. Uraian anda membingungkan kami. Apa point yg ingin anda berikan dengan komentar anda itu,
Apakah bahwa perayaan kemerdekaan itu bid’ah sesat? Apakah ada penghormatan berlebihan sehingga melebihi penghormatan kepada Allah pada hari kemerdekaan ini? Apakah anda berpendapat merayakan kemerdekaan tergolong syirik? Amal sesat yg mana yg anda maksud yg terjadi di hari kemerdekaan?
mbo yo..o jangan langsung di sangkal fatwa syaikh itu,toh Dia lebih berilmu dari pada kamu…coba di gali kebenaranya…jangan hanya menturutkan hawa nafsu mu
–> Tak ada keterangan tambahan ttg fatwa dari sumber yg kami kutip. Dan ada satu hal yg insya Allah lebih kami ketahui dari syaikh. Kami mengetahui pahit getir perjuangan bangsa kami meraih kemerdekaan. Mestinya anda pun demikian. Lalu apa salahnya memperingatinya sebagai rasa syukur, sebagai pengingat kepada kakek n kakek buyut kami, kepada para pejuang. Untuk menyemangati dan mengingatkan kembali agar kami tak kan menyia-nyiakan perjuangan para pendahulu di tanah air ini.
Apa anda tak pernah mendapat cerita (dari orang tua di kampung atau guru sekolah) ttg sejarah? Apa yg terjadi di kampung anda waktu zaman penjajahan? Atau, di mana leluhur anda pada waktu perjuangan kemerdekaan? dan lain sebagainya.
Anyway .. Fatwa ini ku simpan di sini sebagai catatan. Sumbernya pun bisa dilacak. Kitabnya tertulis. Namun jika anda punya informasi tambahan ttg fatwa beliau, silakan tuliskan di sini.
Pada dasarnya yang namanya fatwa pastilah kontekstual, kalo anda kesulitan menemukan kecocokan poin konteksnya ya karena memang asalnya bukan untuk menjawab pertanyaan anda. Jawaban detil memang untuk menjawab pertanyaan detil. Pertanyaan umum akan menghasilkan jawaban umum.
–> Kalau anda punya tafsir (takwil) lain sehubungan fatwa (yg menurut anda “kontekstual” ) ini, silakan jelaskan di sini. Bagi kami .. maksud fatwa itu telah jelas sebagaimana bunyi fatwa.
Yang memberi fatwa haram pasti tidak pernah merasakan penjajahan dan penindasan hanya memperoleh hasil para pejuang yang telah mengorbankan harta dan nyawa
Ini menyangkut masalah fiqiyah dimana kita ambil apakah perayaan itu ada manfaat atau mudorot, Saya yakin tidak ada satupun dalil yang mengharamkan perayaan kemerdekaan artinya dalil yang qot`i tsubut/dalalah maupun dzonny tsubut/dalalah. Disinilah seorang ahli fatwa harus menguasai ilmu Usul fiqih karena tujuan dari fiqih itu sendiri utk kemasalahatan hidup manusia. Satu hal lagi apakah haramnya itu sudah ijma` (artinya seluruh ulama dunia berkumpul disuatu tempat dan menyepakati dan ada nota tertulis yang mengatakan perayaan kemerdekaan itu haram ) kalau tidak ada ijma` maka fatwa itu jelas tidak berlaku di negara kita, apalagi beliau tidak tahu kondisi Indonesia. Yang harus kita pegang fatwa ulama yah ulama Indonesia karena mereka tahu persis kondisi Indonesia. Jangan sampai fatwa seorang ulama yang tidak tahu kondisi Indonesia dijadikan syareat Islam seolah-olah itu bersumber dari Islam yang berlaku Universal untuk seluruh dunia. Rasanya kita kelihatan jumud. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang salah.
–> Sama2 pak .. Menyimak fatwa di atas, ini berkaitan dgn fatwa peringatan Maulid. Saya kira ini adalah ekses dari fatwa haramnya Maulid Nabi saw yang niscaya merembet ke isra’ mi’raj, tahun baru dll. Kemudian merembet ke ultah para ulama (haul), ultah para syuhada (pahlawan), serta ultah negara (kemerdekaan) dan hari-hari besar kenegaraaan lainnya. DLL.
Jika semua hari besar/ bersejarah diharamkan untuk diperingati/ dirayakan, alangkah tidak ramahnya islam versi fatwa itu. Memvonis semua penduduk negeri ini sebagai ahli bid’ah, sesat, yg wajib dilempar ke neraka. Di sisi lain, jika maulid diharamkan, namun hari2 bersejarah lain dihalalkan, maka yg terjadi adalah double standard. Di sinilah .. tampak kelemahan fatwa itu.
jujur jika harus berkata saya sangat sedih mendengarnya. Menurut saya kita harus hargai pendapat tadi tapi jangan dijadikan patokan masalah jika memang memperingati hari kemerdakaan adalah haram maka saya pikir ulama di indonesia juga akan memberi fatwanya. apalagi dalam perkara halal dan haram dan MUI pun juga pasti mengeluarkan fatwanya.
–> Yaa .. kita hargai pendapat syaikh itu. Begini mas .. paparan artikel ttg fatwa ini disimpan di sini sebagai arsip kami, yg bisa dibaca oleh sekalian pembaca. Adalah suatu kenyataan bahwa fatwa itu ada, tertulis di kitab, bahkan terpampang di web. Berasal dari seorang syaikh (salafi/wahabi) .. yang pengikutnya ada banyak di tanah air. Fatwa ini pun ku ambil dari website mereka.
Dari sini pula .. saya baru tersadar ketika ada sebagian warga yg tak mau menghormat bendera, tak mau upacara, tak mau 17-an, tirakatan, dll. Ternyata mmg ada fatwa-nya dan diikuti oleh orang2 yang bertaqlid kepadanya.
pantes mas klo syaikh itu dari salafi/wahabi..
sangat gk masuk akal.
fikiran syaikh itu dmn sie?
betapa kemerdekaan itu harus diraih dgn pengorbanan nyawa, harta.
masa` mengenang jasa2 para pahlawan dgn peringatan 17an haram bid`ah sesat masuk neraka..astaghfirullah.
q bingung banget ama para pengikut salafy koar2nya mencela sikap taklid umat islam laen (seperti nahdliyin) tapi taklid mereka kpd syaikh mereka justru lebih parah parah..
Sang syaikh memang tidak pernah merasakan betapa mahal dan beratnya meraih kemerdekaan, mungkin dia saja tidak peduli bila negaranya dijajah kaum bangsa lain. Berarti ilmunya masih kurang untuk mendalami masalah muamalah. Memang cuma dia yang boleh berfatwa, sedang ulama yang lain tidak?
–> Tentu saja ulama lain boleh berfatwa. Namun fatwa yg ini boleh jadi sangat kuat pengaruhnya, karena Syaikh Muqbil adalah termasuk yg disegani di kalangan salafy/wahaby. Kalau tak salah, dia adalah gurunya Ja’far Umar Thalib dll.
Ass.wr.wb. Mengapa pada susah, lha peringatan kemerdekaan aja yang jelas kelihatan wujudnya sebagai rasa syukur dianggap syirik, bagaimana mengingat akherat yang ghaib?Kita diwajibkan mengingat yang tidak kelihatan (akherat ) untuk menjagga amalan kita, mengapa kita dilarang memperingati 17 Agustusan untuk menjaga amalan dan amanat para pahlawan kita demi cita2 mulia bangsa yang tidak bertentangan dengan agama, yaitu masyarakat adil makmur dalam ridho Allah SWT?Kita manusia tak akan pernah bisa menjalankan 100% sunnah dan Quran ingat itu.Selama tidak menghsilkan kemudharatan dan tidak menuju kearah sirik,peringatan itu wajar asal jangan berlebih2n.Manusia tidak lupt dari dosa, tugas utama manusia adalah istighfar dan perbaikan bukan berbuat tidak dosa,apa sanggup orang yang mengaku suci itu tidak berbuat dosa?Gak yakin tuh kecuali Rasulullah SAW
Ass.wr.wb.Lanjutan komen diatas : orang hanya berpikir 17 Agustus itu terlepas dari penjajahan, tapi lupa ada bhaya yang lebih dahsyat dari penjajahan itu sendiri yaitu KEKAFIRAN.Penjajah ( Belanda ) membawa misi : Gospel,Gold, Glory (agama,uang,kemenangan) dalam hal ini misi Kristenisasi.Kita melawan kekafiran berhasil dengan gemilang merupakan Anugerah Allah SWT yang berrti Allah tidak ridho kalo Indo jadi negara kafir.Sekarang kita mengenang keberhasilan itu kok dianggap sirik,padahal 17 agustus juga simbol kemenangan Islam Indonesia atas orang kafir yang jelas2 kafir.Momen tersebut harusnya berarti buat muslimin indonesia untuk bangkit melawan kekafiran,karena indonesia sendiri terkenal dengan bangsa yang ingatannya pendek, maka perlu diingatkan dengan momen2 tersebut agar terjaga amanh para pahlawan bangsa (Islam ) agar jaya di Nusantara ini.
Ass.wr.wb.Lanjutan komen diatas: orang yang menganggap dirinya paling benar dan selalu merendahkan dan menyalahkan orang lain apalagi saudra seiman itu namanya sombong,dan sombong itu akhirnya takabur, takabur ciri2 orang Kafir dan orang kafir itu pasti syirik.Nah bagaimana pendapat saudara muslimku mengenai analisa saya ini?Saya justru takut Syaikh ini menjadi takabur dan menganggap paling benar karena yang paling benar itu Allah SWT.Astagfirullah saya telah suudhzan!!Marilah saudaraku kita berdoa bersama agar dihindarkan dari sifat2 buruk diatas dan selalu bertauhid hanya kepada Allah SWT, dan memohon ampun apabila ucapan2 kita di blog ini menjadi murkaNya Allah SWT.
Dalam kutipan tersebut disebutkan:
Bisa tolong dituliskan juga di sini?
–> Ada di sumber mas … lebih ngeri lagi, karena memakan makanan darinya adalah haram. Dianggap membantu pelaku bid’ah ..dll ..dll. Disamakan dengan makanan hasil perdukunan. Duhh ..ngeri aku membacanya.
4. Dengan teks pertanyaan yang sama, Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdirrahman Al-Bukhary menjawab, “Makanan perayaan-perayaan maulid adalah bid’ah dalam agama -menurut pendapat yang paling benar- dan menyelisihi petunjuk Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- dan para sahabatnya. Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- bersabda sebagaimana dalam kitab Ash-Shohihain (Shohih Al-Bukhary dan Shohih Muslim):
“Siapa saja yang mengadakan perkara baru dalam urusan kami ini yang bukan darinya, maka dia tertolak” [Telah berlalu takhrijnya].
Tentunya manusia tidak hanya terbatas dengan mengadakan maulid-maulid atau bid’ah-bid’ah seperti perayaan maulid ini atau perayaan-perayaan lainnya yang berkaitan dengan hal yang seperti ini, bahkan mereka juga menambahnya dengan sembelihan-sembelihan dan berbagai jenis makanan. Maka kiriman makanan tersebut kepada manusia, menurutku adalah tidaklah pantas untuk diambil dan (tidak pantas untuk) dimakan. Karena (dengan memakannya) ada bentuk menolong pelaku bid’ah. Jika seseorang melihat sunny (pengikut sunnah) atau selainnya mengambil makanan seperti itu atau memakannya dan membolehkan hal tersebut untuk dirinya, maka manusia akan menjadi bingung sehingga mereka tidak bisa mengetahui (baca : membedakan) kebenaran dari kebatilan. Jadi, seharusnya manusia diberitahu bahwa hal yang seperti ini adalah tidak boleh serta tidak pantas untuk menghidupkan bentuk (perayaan) seperti ini. Jelaskan kepada mereka, ingatkanlah mereka, dan buatlah mereka takut kepada Allah -Jalla wa ‘Ala-.
Sesungguhnya makanan yang seperti ini seharusnya ditinggalkan, berdasarkan atsar Abu Bakar -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa seorang budaknya menghadiahkan suatu makanan kepada beliau, kemudian dia (budak) berkata, “Makanan ini (adalah hasil) dari perdukunan yang saya lakukan di masa jahiliyah”. Maka Abu Bakar memasukkan tangannya (ke mulutnya), lalu mengeluarkan makanan tersebut dari perutnya (memuntahkannya) seraya berkata, [“Demi Allah, andaikata saya tahu bahwa ruhku akan keluar bersama makanan tersebut, niscaya saya akan mengeluarkannya”] [Baca kelengkapan kisahnya dalam Shohih Al-Bukhary no. 3842]
Ini menunjukkan kesempurnaan wara` (kehati-hatian) beliau -radhiyallahu ‘anhu-. Dibangun atas dasar nash ini dan selainnya, maka tidaklah pantas untuk membantu orang-orang tersebut (para pelaksana perayaan-perayaan bid’ah), tidak boleh memakan makanannya. Meninggalkannya itulah yang terbaik”.
Ass,wr.wb.
Sori sblm’y..ni HK prembun bkn?
–> w ww.. HK prembun maksudnya??
Itulah fatwa wahabiyin (orang2 wahabi) yang tidak mendudukkan beberapa hadits secara proporsional mengenai BID`AH.
Saya hafal hadits2 mereka dan di sini saya coba mendudukannya :
(Saya sebut hadits bagian A )
1.(Tiap-tiap bid`ah adalah sesat dan setiap yang sesat masuk neraka )كل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار
2.(Barangsiapa membuat perkara baru dalam perkara kami ini yang bukan berasal dari padanya maka ia tertolak ) من أحدث في أمرنا هذا ما ليش منه فهو رد
3.(Barangsiapa berbuat/beramal yang bukan perkara kami maka dia tertolak ) من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
Tiga hadits di atas saya coba dudukkan dengan hadits dibawah ini 🙁 saya sebut hadits bagian B )
1.من سن في الإسلام سنة حسنة فله اجرها واجر من عمل بها من غير ان ينقص من اجورهم شيئا ومن سن في الإسلام سنة سيئة فعليه وزرها ووزر من عمل بها……
1.(Barangsiapa membuat (yang baru) sunah ( jalan, cara, methode ) yang baik dalam agama Islam maka baginya pahala dan pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa membuat sunah (jalan,cara, metode) yang jelek (buruk) maka baginya dosa dan dosa2 orang yang mengikutinya……)
2.Shohabat Umar berkata (setelah sholat taraweh berjamaah yang diimami sahabat Ubai bin ka`ab) : نعمت البدعة هذه (Sebagus-bagusnya bid`ah adalah ini ).
Menurut hemat saya pembagian bid`ah sudah terjadi pada masa Umar Ra. dengan ucapan beliau -sebaik-baiknya bid`ah adalah ini- .
Ini menunjukan pengertian, adanya pembagian bid`ah berupa yang baik (seperti kata Umar ra.)/ Hasanah dan lawannya yaitu sayyi`ah/dolalah.
Diperkuat lagi oleh hadits ke-1 pada bagian B, Barangsiapa membuat ( سن )metode baru yang baik dalam Islam ( sesuai dengan ajaran Islam/ sesuai dengan nafas Islam ) maka baginya pahala….. Hadits ini menujukkan bid`ah hasanah.
dan Barangsiapa siapa membuat metode (sunah) yang buruk dalam Islam ( tidak sesuai dengan ajaran Islam/ nafas Islam )maka baginya dosa ….. Hadits ini menunjukkan bid`ah
sayyi`ah/dolalah/sesat.
Jadi jelaslah hadits di bagian A ditafsirkan oleh hadits di bagian B, bahwa bid`ah ada 2 yiatu bid`ah hasanah/ baik dan sayyi`ah/dolalah/sesat.
Peringatan 17-an termasuk bid`ah hasanah/baik karena ia menunjukkan kecintaan kita kepada negara Indonesia yang telah lepas dari penjajahan.
Bentuk kecintaan kepada negara sesuai dengan hadits nabi – Hubbul wathon minal iimaan – Cinta tanah air sebagian dari Iman. Lalu orang yang tidak cinta tanah air, harus kita sebut apa ????
Peringatan kemerdekaan saya kira tidak bisa dikatakan “bid’ah hasanah”, bid’ah yang baik. Mengapa bisa dikatakan sebagai bid’ah yang baik?
“Cinta tanah air sebagian dari Iman“, setahu saya itu bukan hadits kanjeng Nabi. Itu adalah slogan yang dipropagandakan para penjajah di negeri-negeri kaum Muslimin guna meningkatkan rasa nasionalisme di antara mereka, yang tidak lain justru untuk memecah persatuan umat.
والله أعلم
–> Saya hanya menyoroti kata anda ini,”Peringatan kemerdekaan saya kira tidak bisa dikatakan “bid’ah hasanah”..”. Adakah anda punya dalil demikian? (apalagi jika anda maksud sebagai bid’ah sesat).
Jika anda hanya berdalil bahwa itu tidak dicontohkan Rasulullah saw, .. maaf hujah anda lemah sekali. Di sisi lain, anda telah men-sesatkan penduduk seluruh negeri.
Untuk Sdr, Zahir (زهير),
Bukankah cinta tanah air masih dalam ruang lingkup dalil – Atii`u Alaha wa atii`ur rosul wa ulil amri minkum ( Tatilah Allah dan rosullnya dan Pemerintah kamu ), sedangkam pemerintah Indonesia di sini mengangjurkan 17-an untuk menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan sedangkan rasa persatuan dan kesatuan itu sendiri banyak dianjurkan oleh nabi di banyak haditsnya.
Nah kalau begitukan 17-an dengan niat seperti itu tidak bertolak belakang dengan AL-qur`an dan hadits dalam makna umumnya.
bahkan bisa berpahala asal sesuai tuntunan-nya yang bersifat umum itu.
Persoalan khuubul wathon minal iimaan (cinta tanah air sebagian dari iman) bukan hadits ( dan itu mungkin kehilafan saya dan saya beristighfar kepada Allah dan berlindung kepada-Nya dari syaethon la`anatullah ),tapi slogan itu dapat digunakan oleh kita untuk tujuan yang baik demi bangsa.
Slogan2 senada dengan itu banyak digunakan oleh orang2 wahabi di saudi (slogan itu juga di akui mereka) misalnya mereka dalam memperingati hari kemerdekaannya dengan ditulis dilaohah2/papan2 pengumuman (di tulis dengan huruf besar)di jalan2 dengan kata اليوم الوطني (hari kemerdekaan/ saudi maksudnya)dengan motto yang berbeda2 tiap tahun.
Slogan2 juga mereka gunakan disekolah/madrasah2 atau kampus2 seperti, وراء كل أمة عظيمة تربية عظيمة (Dibelakang bangsa yang besar adalah pendidikan yang maju/besar),إجعل لإبنك لسان آخر ,لاتبخل عليه بمفاتيح المستقبل . Begitulah banyak mereka gunakan slogan2 (ada yang diambil dari hadits dan ada juga tidak), apakah slogan itu haram ? ya…akhii,coba renungkan.
Dalil saya mengenai Bid`ah hasanah, ada di atas komentar anda, walaupun itu bersifat umum tapi dapat mencakup kekhususan suatu perkara.
Intinya saya dukung peringatan 17-an dengan cara2 yang islami tentunya.
Sdr. menentukan dalil/berpendapat dengan hanya mengira2/perkiraan, seperti terdapat dalam ulasan Sdr. (Peringatan kemerdekaan saya kira tidak bisa…..)
dan itu menunjukkan kebimbangan saudara dalam berpendapat, padahal dalam agama, kita disuruh meninggalkan kebimbangan/keragu2an untuk menuju keyakinan berdasarkan dalil yang ada dalam suatu perkara.
Dari ulasan saudara ,saya mempunyai pemahaman, saudara (bersambng)
ya akhi
mksudmu lo yg”ati’ullaha dn sterusna kn da kt lo brselisih dlam mslh agma kn kmbli ke al-quran dan sunah
skrg Qt lht donk pa pmrintahan brhukum dngan al-quran dan assunnah??????????????
lo kmbl ksh cthna!!!!!!!!!!
dan slogan itu Qt ga tw hram pa halal,,kn yg brhak mmutuskn prkara itu hny robb Qt
slogan hnyalah sbuah ucpan seorg bkan dri qouli rasul maupn prbuatan srta pmbenarana
skra akhi lbh brat dmn???SLOGAN atw Quran maupun hadits
dan uud 45 tu bwtan manusia!!!!!!!!!bkan bwatan allah
anda pst tw kn dalilnya brgsiapa yg tdk brhukum kpd hkum allah mka dy???????
trakhir tlg sbutkan perayaan 17-an yg islami,,,
bahwa sdr. berpendapat 17-an adalah bid`ah dolalah/ sesat yang ahlinya (pengamalnya) akan masuk neraka ( A`udzubillah alaa dzalikal kalamik / aku berlindung kepada Allah dari ucapan Sdr. itu).
Kalau Sdr. menggunakan dalil, pasti menggunakan dalil penolakan, seperti yang tersebut (dalam bagian A)padahal itu sudah saya dudukkan dengan dalil di bagian B.
Wa Allahu `alam. Smoga kita diberi ilmu yang bertambah dan bermanfaat. Amiin.
Sesuai ulasan di atas tentang Bid`ah,saya akan menyebutkan fat`wa2 baru (جديد الفتاوي) syeh2 mereka ,masih dalam bentuk bahasa Arab (Insya Allah suatu saat saya terjemahkan/ mungkin ada sahabat lain yang mau menerjamahkannya, silakan)yaitu tentang membaca Shodaqollahul `adziim ( صدق الله العظيم ) setelah membaca ayat Al-Qur`an atau tilawatil Qur`an,fatwanya berbunyi sebagai berikut ( Oleh Syeh Abdur Rohman Assakhim ) :
ماحكم قول : صدق الله العظيم عقب الآية أو بعد التلاوة ؟
الجواب : لآيجوز قول ّصدق الله العظيم ّ بعد الفراغ من قراءة القرآن, لأن العبادات توقيفية,فلا يفعل منها شيئ الا بدليل ,وقراءة القرآن عبادة, فلا يحدث فيهامثل هذا قول الا بدليل, ولا دليل علي هذا القول, وهو من قبيل البدع ولم يكن من عمل السلف من الصحابة فمن بعد هم. atau ada juga fatwa dari lajnah daimah ,semakna dengan fatwa di atas.
Coba mari kita sama2 berkomentar menurut derajat ilmunya masing2. Tafaddol ! Boleh beda tapi persatuan dan kesatuan tetap di jaga . Ikhtilaafu ummati Rohmah.
Yang saya pahami adalah bahwa umat ini harus bersatu. Sedangkan kemerdekaan dan peringatannya, yang diselenggarakan oleh puluhan negeri pecahan kaum Muslimin, saya lihat justru semakin menjauhkan umat dari persatuan tersebut.
Tidak lain tidak bukan, hanya ingin umat ini bersatu di bawah satu naungan..
–> Sebuah kesimpulan yg tanpa bukti.
akhi sya stuju dngan anda,,,krna skra Qt dibingungkn oleh hal2 mcm gini
akhi bsa bgi emailna??????
Setuju dengan saya atau mas Orang Awam?
Salah satu buktinya, ribut2 antara Indonesia dengan Malaysia.
Yang lain, misal, Mesir berdiam diri saat warga Gaza dibantai pasukan Israel, malahan justru menutup jalur pengungsian antara Gaza-Mesir.
Kata Syeh Abdul Aziz fauzan,Beliau berfatwa mengenai hari kemerdekaan ( Penjelasannya sangat panjang skl kurang lebih 50 halaman ) antara lain :(kata beliau)
و ذكرت أنه لا يظهر لي مانع شرعي من تخصيص يوم للوطن كما هو الحال في كل دول العالم.
,”Dan saya mengatakan bahwa tidak tampak bagi saya LARANGAN SAR`I yang dikhususkan kepada hari kemerdekaan seperti yang diperingati di negara2 di dunia.”
Pendapat beliau berseberangan dengan syeh2 yang segolongan dengannya (wahabi) mengenai larangan memperingati hari kemerdekaan.
Dalam fatwanya beliau mensyaratkan kebolehan peringatan hari kemerdekaan.( Kalau ada kesempatan saya ulas ). Teriam kasih.
Untuk zahir ( زهير ) untuk menanggapi no # 22,
اذا عجزت عن قول الحق , فلا تقل الباطل
Artinya,
Apabila saudara tidak dapat berkata yang haq ( benar dan berdasar ), Maka janganlah berkata batil ( Omongan tidak berdasar alias omongan ngawur ).
Terjemahan fatwa ulama wahabi ( Syeh Abdur Rahman Assakhim )no# 21 tentang membaca Sodaqollahul Adzim setelah membaca Al-Qur`an .
Yang artinya sebagai berikut,
Pertanyaan, Apakah hukum membaca Sodaqollahul Adzim setelah membaca atau tilawah Al-Quran ?
Jawab Syeh, TIDAK BOLEH mengucapkan Sodaqollahul Adzim setelah selesai membaca Al-Qur`an,Karena yang namanya ibadah adalah Tauqifiyah ( ada ketetapan ),maka janganlah mengerjakan sesuatu kecuali dengan dalil,sedangkan membaca Al-Quran adalah ibadah maka janganlah menciptakan sesuatu yang baru dalam ibadah, semisal ucapan ini (Sodaqollahul Adzim )kecuali dengan dalil, dan tidak ada dalil/dasar berkaitan dengan ucapan ini (sodaqollahul Adzim) . Ucapan ini adalah BID`AH dan tidak ada para sahabat (salaf) dan ulama sesudahnya, yang mengerjakannya.
Terus terang saya tidak sependapat dengan fatwa ini.
xxxxxx sopo sin ngomong haram.. pasti iku penjajah / pki . jelas tirakatan bukan senang2 koq , berkumpul dan bersilaturahim dengan masyarakat apa itu dilarang sama agama . kalau itu dilarang ya mending aku pindah agama saja.. tlng dibalas yang ngomong haram kalau nda bisa buktikan carok saja sama saya jangan gatelin loe…. MERDEKA.. MERDEKA ..MERDEKA
Kemerdekaan adalah karunia besar dari Allah Yang Maha Kuasa kepada bangsa Indonesia . menurut saya (yg masih awam dalam masalah2 hukum agama) … jika perayaan hari kemerdekaan dimaksudkan sebagai manifestasi dari rasa syukur atas karunia Allah tersebut, dan dijadikan moment untuk mengingatkan kepada setiap generasi bahwa karunia kemerdekaan itu diperoleh dengan perjuangan dan pengorbanan yang tidak ringan dari pendahulu2 kita maka rasanya tidak patutlah mengharamkan perayaan itu … wallahualam bissawab …
Fatwanya bagus n jelas gak perlu diperdebatkan kalo kita mengaku sebagai pengikut Rosulullah…..
–> saya juga pengikut Rasulullah saw mbak.. saya juga ikut upacara 17-an.
Yang aneh itu ya anda lah mas. Anda mengaku muslim tapi tak mau menerima fatwa yang keluar dari seorang ulama yang berjalan diatas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau beliau bukan satu tahun dua tahun belajar Islam lho mas.. Seluruh usianya mereka habiskan untuk belajar dinullah dan memahaminya serta mengamalkannya..
Coba bandingkan dengan diri anda..??
Sudah khatam al-Qura’an kah anda..??
Sudah hafal berapa hadist kah anda..??
Sehingga anda menganggap aneh fatwa mereka …??
Jika anda tidak setuju dengan fatwa mereka yang anda lakukan adalah membantahnya dengan dasar hukum atau hujjah dari kitabullah dan as-sunnah….
mana hujjah anda.???
Tapi makasih aku ucapkan mas,,,dengan adanya artikel ini saya jadi tahu tentang hukum merayakan HUT kemerdekaan. Jadi saya akan meninggalkan perkara tersebut demi keselamatan saya dan kemuliyaan Islam.
Bagi yang mau ikut perayaan setelah datang hujjah,silahkan. Semua dosa dipikul sendiri2…
Jadi gak usah memvonis aneh seorang ulama…
Ingat lho mas,,,ulama adalah pewaris Nabi..apalagi yang membuat fatwa diatas sudah terkenal sbg ulama yang berjalan diatas sunnah Nabi-Nya…
Kalau kita belum mampu meninggalkan perkara yang diharamkan seharusnya kita mohon ampun kepada Allah Ta’ala bukannya mencaci ulama yang telah memberikan nasehatnya…
Salam kenal dan salam ukhuwah….
mbak Sholehah Assyahidah n mas giok yang sekarang ongklang ongklang menikmati kemerdekaan. anta mengikuti fatawa ulama su’ud silahkan dengan landasan yang memang anta tau. Tolong sampaikan di sini dalal yang mngharamkan perayaan 17 Agustus.
Ulama Su’ud saja beda pendapat berkenaan dengan perayaan kemerdekaannya , coba anta lihat fatawa yang dibuat Mukbil dengan fatawa Abdul Aziz fauzan,Abdul Aziz fauzan berfatwa mengenai hari kemerdekaan ( Penjelasannya sangat panjang skl kurang lebih 50 halaman ) antara lain :(kata beliau)
و ذكرت أنه لا يظهر لي مانع شرعي من تخصيص يوم للوطن كما هو الحال في كل دول العالم.
,”Dan saya mengatakan bahwa tidak tampak bagi saya LARANGAN SAR`I yang dikhususkan kepada hari kemerdekaan seperti yang diperingati di negara2 di dunia.”
Artinya fatawa/pendapat yang dibuat itu tidak memberikan kemutlakan hukum haramnya peringatan kemerdekaan , lha disini kok anta malah memberikan penegasan keharaman peringatan itu.
Kalo masalah penghormatan adalah suatu hal yang haram , dan itu akan membatalkan keimanan Anta maka Iblispun melakukan penolakan penghormatan. Dulu iblis disuruh sujud menghormat kpd Adam. Tetapi dia menolak. disamping alasan kesompbongannya ada pula alasan loyalitas bahwa penyembahan hanya kepada Allah.
( وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآِدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً ) الكهف / 50 .
Pengikut Iblis mungkin akan mengelabui ummat yang bertauhid dg berkata, ‘Iblis tdk salah, karena sujud itu hanya boleh kpd Allah.’ itulah pengikut iblis. Hanya paham zhahirnya saja, namun gagal memahami haqiqatnya. Hal itu, adalah utk menghormat, bukan menyembah.Nanti lama2, diharamkan pula sujud ke arah ka’bah.Itulah kaum zhahiriah, tak mampu memahami haqiqat.
Kita hanya menghormati para syuhada. Bukan menyembah mereka atau pun bendera merah putih. Sudah mereka haramkan kita mengirim pahala fatihah bagi syuhada, haram pula kita mengenang mereka. Kalau mereka bilang kita tasyabbuh kpd kuffar. Maka ketahuilah,tak mau memulyakan yg dimulyakan Allah adalah tasyabbuh kpd Iblis.
Jika kita disebut musyrik karena menghormat bendera, maka para shahabat adalah biang musyrik, karena mereka tdk sekedar menghormat, bahkan jiwa mereka melayang dg cara mengenaskan demi menjaga bendera yg mereka bawa agar tak jatuh ke tanah. Apakah para shahabat sudah gila? Bagi yg tak memahami haqiqat, ya. Tetapi bg yg memahami haqiqat dan aturan perang, mereka tdk gila.
Sebagaimana para shahabat melihat haqiqat bendera, begitulah kita. Kita memang sudah tdk perang (fisik). Tetapi perlakuan kita kepada bendera adalah sama seperti perlakuan para pejuang kita terhadap bendera. Kita tasyabbuh kpd para syuhada. Dg cara spt itu kita mengenang para syuhada yg darah mereka telah mengharumkan negeri ini. Ketahuilah, tanah2 negeri ini termulyakan dg mengandung jasad2 mereka.
peringatan kemerdekaan pada hakekatnya alah bentuk penghormatan kita kepa para syuhada dan rasa syukur kita dari hasil yang telah para syuhada perjuangkan , menghargai dan mensyukuri karyanya, baik dirasakan secara langsung atau tidak. Karena pada hakekatnya mensyukuri manusia dalam waktu yang sama adalah mensyukuri Allah Swt., sebab karya yang ada pada manusia adalah titipan Allah Swt. dengan kata lain, kebaikan yang ada pada manusia bersumber dari kebaikan Ilahi, berarti bila kita tidak bersyukur kepada manusia, sama artinya tidak bersyukur kepada Allah Swt. Rasul Saw. bersabda: “Man lam yasykurinnas lam yasy kurillah” (Siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia berarti tidak berterima kasih kepada Allah). Dan itu sedikit orang yang melakukan. Maha Benar Allah Swt. yang telah berfirman sedikit sekali hambaku yang bersyukur”. (QS. 34 : 13).
Orang yang tidak bisa menghormati karya , jerih payah, perjuangan oarang lain artinya terbersit sifat Merendahkan atau meremehkan manusia, dimana sifat tersebut adalah bagian dari kesombongan. Rasulullah s.a.w bersabda: ‘Tidak akan masuk ke dalam surga seseorang yang dalam hatinyaada kesombongan barang seberat debu.’ Seorang laki-laki bertanya : ‘sesungguhnya ada seseorang yang menyukai supaya bajunya bagus dan terompahnya bagus.’ Nabi menjawab: ‘Sesungguhnya Allah itu indah, Dia menyukai keindahan. Kesombongan itu ialah menolak kebenaran dan memandang rendah orang lain.’” (Shahih Muslim)
Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat,hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yangsombong. (an nahl:22)
“Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahanam, dan kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong“. (al mukmin:76)
–> terima kasih ilmunya mas.. tidak mau menghormati (bersujud) apa yang Allah pun menghormati (memerintahkannya bersujud) kepada makhluk-Nya, itu adalah tasyabuh kepada iblis. Sebagaimana iblis menolak bersujud kepada Adam.
Kalo kita coba mengomentari ini dengan tidak pake hawa nafsu….seperti : syeikh ini tidak merasakan perjuangan, pahit getirnya merebut kemerdekaan….dsb…coba kita simak hadist yang mengatakan bahwa 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi, Allah telah menentukan segala sesuatu kejadian di alam semesta ciptaannya….termasuk hari kemerdekaan Republik Indonesia, pada dasarnya Indonesia merdeka karena sudah ditakdirkan oleh Allah SWT (bukan mutlak karena para pahlawan) dalam lauh mahfudz, tentunya sebabnya bisa karena perjuangan para Pahlawan. Oleh karena itu, kalo kita mau mensyukuri nikmat kemerdekaan maka jalankan apa yang sudah disyariatkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah. Kalo kita mau mendoakan para pahlawan (yang muslim karena kalo mendoakan yang kafir dilarang oleh Allah) sebagai tanda terima kasih kita maka doakanlah buat mereka (para pahlawan muslim) ampunan dari Allah SWT pada waktu-waktu mustajab berdoa seperti yang diberitahukan oleh Rasulullah, seperti sebelum salam shalat, waktu sujud, antara azan dan iqomah, dsb. Memang biasanya kita selalu mengedepankan akal/logika/hawa nafsu tanpa mengetahui ilmunya. Sebagaimana informasi, dalam agama Islam, hari raya yang boleh dirayakan secara berulang (tiap tahun) adalah Iedul Fitri dan Iedul Adha (sesuai hadist Rasulullah). Semoga kita semua mendapat hidayah….Aamiin…Wallahu’alam.
–> mohon maaf .. mengutip perkataan anda bahwa jangan pakai hawa nafsu, anda pun juga jangan menuduh kami pakai hawa nafsu bahwa 17 agustus itu hari raya. Itu hari kemerdekaan kita, hari proklamasi … siapa pula yang memperingati 17-an itu sebagai hari raya..