Sebuah Kasus: Hisab Saja Tak Cukup
Kebetulan aku membaca sebuah kelompok muslim yg menetapkan awal-awal bulan Hijriyah hanya berdasarkan perhitungan .. yaa, hanya hisab saja. Yang dipakai adalah rumus abad 14 M, masa-masa Walisongo dulu. Tentu saja hitungannya (kemungkinan besar) ……. MELESET. Tak jauh memang .. hanya 2 hari setelah 7 abad kemudian.
Akan terasa aneh bagi perhitungan masa kini .. bahkan oleh anak SMP sekalipun. Ini adalah ibrah, bahwa perhitungan hisab saja tak cukup. Harus ada pengamatan/ observasi/ rukyah. Berguna antara lain untuk menyempurnakan rumus hisab yg telah ada. Alangkah agungnya hadits baginda Nabi saw ttg penetapan awal puasa dan lebaran.
Jika menafikan pengamatan, bukan tak mungkin rumus hisab (perhitungan astronomi) kita saat ini juga diketawain sama anak-anak SMP pada masa abad yang akan datang. Wallahu a’lam.
.
.
Rabu Puasa Pertama Bagi Pengikut Islam Aboge
Kamis, 4 September 2008 11:24
Purbalingga, NU Online
Meski pemerintah telah mengumumkan bahwa tanggal 1 Ramadhan jatuh pada 1 September, tetapi pengikut Islam aliran Raden Rasid Sayid Kuning atau Alip-Rebo-Wage (A-bo-ge) mulai menjalankan ibadah puasa pada Rabu (3/9).
“Hari ini (Rabu, red) puasa hari pertama bagi penganut Aboge,” kata Maksudi penganut Aboge di Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu.
Menurut dia, dasar penentuan 1 Ramadhan telah diyakini warga Aboge sejak abad 14, yakni dalam kurun waktu delapan tahun atau satu windu terdiri dari tahun Alif, Ha, Jim, Awal, Za, Dal, Ba, Wawu dan Jim akhir.
Dengan demikian, para penganut Aboge menyakini tanggal 1 Muharam yang lalu jatuh pada tahun Alip, dan pada hari Jumat dengan pasaran Pon.
“Dalam hal ini kami meyakini 1 Ramadhan jatuh pada Don-Nem-Ro yang merupakan singkatan dari Don (Ramadan) Nem (hari keenam) dan Ro pada pasaran hari menurut hitungan Jawa yakni Wage, sehingga 1 Ramadhan jatuh pada 3 September atau tepatnya hari Rabu dengan pasaran Wage,” katanya.
Selain itu, menurut dia, penganut Aboge juga meyakini hari pertama adalah hari Jumat, dan dalam satu tahun jumlah hari hanya 29 hingga 30 hari.
Mengenai perhitungan ini, Maksudi mengatakan perhitungan yang dipakai aliran Aboge telah digunakan para wali sejak abad 14 dan disebarluaskan oleh ulama Raden Rasid Sayid Kuning dari Pajang.
Menurut dia, perhitungan Aboge merupakan gabungan perhitungan dalam satu windu dengan jumlah hari dan jumlah pasaran hari berdasarkan perhitungan Jawa yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi), dan Pahing.
“Dengan dasar perhitungan tersebut, 1 Syawal 1429 Hijriah akan jatuh pada Wal-Ji-Ro, yakni pada hari Siji (Jumat) dengan pasaran Ro (Loro) yaitu hari Jumat Wage atau 3 Oktober mendatang,” kata Maksudi yang mengaku sebagai keturunan ke-9 Raden Rasid Sayid Kuning.
Bahkan, kata dia, perhitungan itu dapat digunakan untuk menentukan 1 Ramadhan hingga 10 tahun mendatang.(ant)
Sumber: http://www.nu.or.id/
terima kasih sharing info/ilmunya…
saya membuat tulisan tentang “Benarkah Kita Hamba Allah?”
silakan berkunjung ke:
http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/09/benarkah-kita-hamba-allah-1-of-2.html
(link di atas adalah tulisan ke-1 dr 2 buah link benarkah kita hamba Allah?)
Apakah Allah juga mengakui bahwa kita adalah hamba-Nya?
semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua umat Islam, amin…
salam,
achmad faisol
http://achmadfaisol.blogspot.com/
Assalmu’alaikum !
Sebenarnya penentuan Hilal secara Hisap itu tidak pernah dilakukan oleh semua mazhap,(bid’ah nggak ya??).
Bagi yang menentukan hilal dengan ilmu falak memakai dasar:
“Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (petunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk”.(QS. An-Nahl:16). Tetapi inti permasalahannya sebenarnya bukan dari cara yang dipakai untuk menentukan hilal, ingat tahun lalu di Indonesia terjadi 5 kali 1 Sawwal,entah tahun ini.
Menurut hemat saya kelemahan itu terjadi karena di kalender Hijriyah tidak mengenal ” International Date Line ” sebagaimana tahu Masehi, akibatnya terjadi penentuan Hilal menurut versi masing-masing. Jika seluruh ummat Islam sepakat kalau kota Makkah dijadikan titik nol, tentunya hanya terjadi 2 kali 1 Syawal di seluruh dunia sebagaimana terjadinya 2 kali 1 Januari.( baca : Bujur Timur dan Bujur Barat).
Wallahua’lam.
–> Wa’alaikum salam wrwb. Dua2nya (hisab n rukyah, perhitungan n observasi) saling melengkapi, berkembang maju seiring. Lihat ICOP, moonsighting, islamicfinder, dll. Bahkan NASA pun melakukan pengamatan. Tak ada ahli astronomi di dunia saat ini yg hanya mengandalkan perhitungan (hisab) thok2 dan menolak observasi/ rukyah, kecuali ……….. (ada pokoknya).
Menurut ramalan bintang .. tahun ini insya Allah akan seragam. Tunggu beberapa hari mendatang, kami insya Allah akan tampilkan simulasi-nya.
Assalamualaikum Wr wb,
Mohon pencerahanya, sebelum saya komentar saya pingin tanya2 dulu tentang Hilal. Bulan purnama itu yang benar jatuh pada tanggal berapa sih
–> Wa’alaikum salam wrwb. Ku tak paham maksud anda. Coba anda ikuti atau simak milist rukyatul hilal indonesia atau milist astronomi saja.
Assalamu’alaikum wr wb salam kenal orgawam, saya H Bakri Syam dari pakanbaru riau, setelah saya simak paparan di atas tampaknya perhitungan Islam ABOGE ada persamaan dengan perhitungan rasullulah saw, tetapi ada perbedannya yg saya ketahui diantaranya : 1) tahun 1 bukan huruf Alif tetapi huruf Ha. 2) sebab mulai membilang dari nol. uruf tahu yg ke 7 bukan jin 3 tetapi urufnya Dal 4 . yg mau saya tanyakan ,apa dasar perhitungan / landasannya kok dapat ketetapan seperti itu, dari saya seperti ini :
” Telah berkata Rasulullah SAW:
“Aku lihat dimalam Israk denganku akan sej umlah kalimat di tiang Arasy sebagai berikut : “Allahul Hadi” satu kali, “Hudallah” lima kali, “Jamalul Fi’li” tiga kali, “Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali, “Dinullah” empat kali, “ Badi ussamawati walArdhi” dua kali, “Wailun liman asha” enam kali
, “Dinullah” empat kali, “Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali,“Ba’di’ussamawati” dua kali, “Jamalul fi’li” tiga kali, “Hudallah” lima kali, “Wailun Liman asha” enam kali, “allahul hadi” satu
kali,“Ba’di’ussamawati” dua kali ,“Dinullah” empat kali,“Hudallah” lima kali, Zara’allahu Zar’an bilabazrin” tujuh kali,“Allahul Hadi” satu kali “Jamalul Fi’li”tiga kali.”
Berkata Rasulullah SAW:
“Ambil olehmu awal kalimat yang delapan pertama menjadi huruf Tahun dan awal kalimat yang sebanyak dua belas kedua menjadi huruf Bulan, maka himpunlah huruf tahun dengan huruf bulan, artinya jumlahkanlah, maka mulailah membilang dari hari Rabu atau Kamis , dan dihari mana sampai bilangan, maka hari itu adalah awal bulan itu
”, dan Rasulullah SAW berkata:
“Takwim adalah jalanku, selain puasa Ramadhan”.