Ada Sel Surya Buatan Dalam Negeri
Jika sumber energi ini berhasil dikembangkan di dalam negeri, alangkah murahnya energi kita. Penerangan malam hari tak perlulah tergantung sama PLN. Cukup pakai sel surya yg energinya telah tertabung di siang harinya. Demikian pula kebutuhan2 energi yg tak begitu besar lainnya. Maka akan menghemat yg banyak. Kita kaya energi matahari yg belum termanfaatkan maksimal.
Semoga penelitian dan industri sel surya di dalam negeri terus dikembangkan sehingga menghasilkan harga yang murah yg terjangkau masyarakat.
Sel Surya Buatan Dalam Negeri Justru Dipesan Luar Negeri
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Jumat, 10 Oktober 2008 | 17:01 WIB
JAKARTA, JUMAT – Sel surya dari industri dalam negeri yang sedang dirancang Wilson Walery Wenas dari Institut Teknologi Bandung, dengan investor Bakrie Power dan investor dari Amerika Serikat, justru sudah dipesan pembeli dari luar negeri.
Pemesanan sebesar 10 megawatt (MW) datang dari Spanyol dan harus bisa dipenuhi Mei 2009. Sementara itu, pemesanan dari konsumen dalam negeri sama sekali belum ada, padahal kapasitas produksinya 90 MW per tahun.
Wilson ketika dihubungi Kompas dari Jakarta, Kamis (9/10), mengatakan, lokasi industri sel surya yang masih tahap persiapan itu berada di Cikarang, Jawa Barat, dengan nama perusahaan Nano-PV. Jenis sel surya yang akan diproduksi berupa sel surya generasi kedua, yaitu sel surya thin film (lapisan tipis) dari hasil temuan Wilson yang kini sudah dipatenkan.
“Teknologi yang saya temukan itu nanti akan digabungkan dengan teknologi dari Amerika Serikat,” kata Wilson.
Termurah di dunia
Harga komersial sel surya yang diharapkan, menurut Wilson, bisa mencapai 0,8-0,9 dollar AS (Rp. 9000 -an) per watt. “Harga demikian akan menjadikan sel surya Nano-PV menjadi yang termurah di dunia,” kata Wilson.
Beberapa waktu sebelumnya, Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman mengatakan, industri sel surya memiliki produk akhir yang ramah lingkungan. Akan tetapi, pada proses pembuatannya harus dicermati karena tergolong tidak ramah lingkungan.
Menanggapi persoalan ini, Wilson mengatakan, pembuatan sel surya pada generasi pertama diakui memang tidak ramah lingkungan. Penggunaan logam berat merkuri masih dominan.
“Namun, tidak demikian halnya untuk produksi sel surya generasi kedua yang tidak mengandalkan penggunaan logam berat merkuri,” kata Wilson menjelaskan.
Menurut Direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Arya Rezavidi, kebutuhan dalam negeri terhadap sel surya sebetulnya cukup tinggi. Pada tahun 2025, pemerintah menargetkan pemanfaatan energi yang berasal dari sel surya mencapai 800 megawatt. Padahal, kapasitas terpasang saat ini baru mencapai 10 megawatt.
Dengan target yang cukup ambisius tersebut, menurut Arya, semestinya setiap tahun pemerintah menargetkan penginstalan sel surya dengan kapasitas 40 megawatt. Namun, target ini belum tercapai. (NAW)
.
Sumber: http://kompas.com/
Penggunaan sel surya untuk di Indonesia tidak cocok karena Indo banyak debunya.
–> Lhoo ..debu kan bisa dibersihkan, bisa dicegah masuk, dll. Kalau menurutku sih.. sel surya sangat cocok dikembangkan untuk kita karena kita punya sinar matahari yg selalu setia menyinari.
nice info gan…………
waahh… ini ni yang ditunggu tunggu…..
saya doakan berhasill !!!!
sukses
ratu adil setuju dengan tehnologi ini.
penemuan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita, secara TDL sekarang mahal dan tidak ramah lingkungan,
itu penemuan yang harus disiarkan di tanah air, karena bisa menolong kebanyakan anak negri yang notabenenya kurang mampu.
–> Kita tunggu saja. Kami juga masih penasaran untuk mengetahui lebih lanjut tentang produk2 ini. Pabriknya, tokonya, dll. Semoga cepat dijual ke masyarakat dengan harga murah dan mutu terjamin. Amien.
ini penemuan yg brilian! 😀
tentunya ini bisa menolong banyak masyarakat kita!!
Bangga jadi anak indonesia, semoga indonesia makin maju dalam bidang energi terbarukan