Bakrie

Ada tulisan menarik oleh Wimar Witoelar. Ada hubungan SBY – JK – Bakrie, atau lebih khusus lagi SBY – Bakrie yang dicoba diungkap di sini.

Opini

Menyelamatkan Bakrie
Senin, 20 Oktober 2008 – 10:29 wib

PADA saat tulisan ini dikirimkan, CNN baru mengeluarkan ringkasan hasil polling mengenai debat Presiden Amerika Serikat.

Debat yang dilakukan sebanyak tiga kali itu sudah semua dilakukan. Hasilnya, dalam persentase, untuk debat pertama, Obama-McCain 51-31. Debat kedua, 54-30. Debat ketiga, 58-31. Menurut CNN, perkiraan electoral vote adalah 277 untuk Obama dan 174 untuk McCain dengan state (negara bagian) yang tossup (bisa ke sana-ke sini) sebanyak 87.

Andaikata McCain menang untuk semua tossup states, dia tetap kalah. Jadi dia harus menang di semua tossup statesseperti Florida, Ohio dan North Carolina. Selain itu, McCain harus merebut state yang diperkirakan mendukung Obama seperti Pennsylvania dan Virginia.

Sebaliknya Obama cukup mempertahankan posisi. Karena itu, McCain agresif, Obama defensif. Ibarat pertandingan sepakbola di mana Obama di depan 2-0 dengan sisa waktu 10 menit. McCain harus tetap bersemangat berkampanye dan orang-orangnya harus tetap percaya diri supaya pendukungnya tidak patah semangat dan tetap mau mengikuti pemilu.

Obama harus tetap bersemangat dan tidak menunjukkan rasa menang supaya pendukungnya tetap bersemangat sampai memberikan suara pada tanggal 4 November. Kalau mereka merasa sudah menang, mungkin mereka malas memilih karena merasa sudah pasti menang.

.

Di kita, posisinya agak terbalik.Yang di atas angin adalah pihak elite, yang kalah adalah orang biasa. Kalau ikut rumus tadi, elite harusnya tenang dan orang biasa bersikap galak. Tapi di sini malah elite makin berani menjalankan kolusi dan orang biasa makin menerima.

Terbukti dalam kolusi Bakrie dengan SBY untuk menyelamatkan perusahaannya yang ambruk. Dalam kasus Lapindo, Bakrie tidak mau menunjukkan simpati kepada korban luapan lumpur. Sekarang Bakrie kena musibah pasar, dia minta simpati SBY. Minta dibantu dengan uang negara melalui BUMN.

Orang biasa yang melihat elite berkuasa merasa tidak punya jalan keluar. Mereka merasa terpaksa menerima keserakahan penguasa. Padahal, kita tidak harus menerima ketidakadilan. Kita bisa mengajak orang biasa memberikan pendapat. Kalau tidak, orang baik makin sedikit dan orang jahat makin banyak.

Apakah lupa munculnya Orde Baru? Tokoh angkatan 66 ikut membenarkan Soeharto. Sekarang tokoh Reformasi 98 ikut membenarkan SBY. Dengan menyelamatkan Bakrie, SBY kelihatan Orde Baru sejati. Tujuannya hanya mempertahankan kekuasaan, yang dipakai untuk melindungi pengusaha yang mendukungnya.

Segitiga SBY-Bakrie-Kalla menggelinding menuju Pilpres 2009. Krisis ekonomi dunia saat ini timbul karena terlalu banyak andalan pada kelancaran kredit. Kredit murah membuat orang berutang lebih besar dari kemampuan membayar.

Ketika timbul masalah dalam pembayaran kredit, masalah itu diatasi dengan meminjam lebih banyak lagi, gali lubang tutup lubang. Makin banyak kita punya kenalan di bank, makin mudah meminjam uang. Kalau kita kenal penguasa, lebih mudah lagi.

Meminjam menjadi sangat mudah kalau kita kenal Presiden yang tidak jujur. Kreditor mana akan menolak kasih kredit kalau Presiden memberikan lampu hijau? Setelah 11 September 2001, Bush menumbuhkan mesin ekonomi dengan melancarkan kredit properti.

Semua berjalan mulus sampai satu saat kredit perumahan yang terlalu lancar di Amerika Serikat menghasilkan kelebihan bangunan, harga properti jatuh. Nasabah kredit tidak bisa bayar kredit. Bank tertimpa kredit macet dan terpaksa minta pinjaman dari lembaga keuangan lain. Sekuritas yang dibangun di atas jaminan kredit anjlok nilainya.

Perusahaan asuransi jatuh nilai asetnya. Perusahaan asuransi AIG jatuh dan diberi bailout USD 770 miliar. Dengan cepat jepitan kredit merembes ke Eropa dan Asia. Akhirnya kemacetan kredit internasional menimpa perusahaan di Indonesia yang punya utang besar pada pihak asing.

Tidak mampu bayar kredit, takut disita jaminan berupa saham perusahaan, akhirnya dia bersembunyi dari kenyataan pasar dan meminta pemerintah mengatur BUMN ikut bantu. Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani tidak setuju, sebab ini intervensi pasar. Lebih baik Bakrie jatuh daripada orang biasa ikut menderita.

Pada krisis moneter (krismon) 1997, banyak perusahaan jatuh dan pimpinannya dituntut. Krismon 2008 menyangkut satu perusahaan dan pimpinannya adalah pembantu terdekat Presiden. Pinjaman macet Bakrie adalah untuk menjadi makin kaya lagi, bukan untuk kesejahteraan rakyat.

SBY tetap merasa berutang budi pada Bakrie dan menolak keberatan Sri Mulyani. Beliau tidak tahu, kekuatannya dari suara rakyat, bukan dari penguasa yang memanfaatkannya. Setelah Sri Mulyani gagal mempertahankan sikapnya untuk melepas Bakrie ke pasar, Bakrie mulai menjual sahamnya diam-diam kepada pihak asing, dilakukan dengan cepat, dengan kerugian besar, karena takut kena sita jaminan.

Penjualan saham kepada pihak Indonesia yang dikoordinasi Menteri BUMN dan Sekneg akan terjadi dengan lebih leluasa dan dengan harga yang lebih manis untuk Bakrie. Seorang pengamat cerdas mengeluhkan gagalnya Reformasi 1998 dan mengatakan: “Tahun-tahun terbuang…” Bakrie bantu Kalla, Kalla bantu SBY, SBY balas budi dengan mengangkat Kalla sebagai Wakil Presiden dan Bakrie sebagai Menko Ekuin.

Ketika Bakrie gagal mengurus ekonomi, dia tetap dipertahankan sebagai Menko Kesejahteraan Rakyat walaupun tidak memiliki jiwa sosial sama sekali. Balas budi SBY kini menggunakan dalih “mendukung swasta nasional”.

Ekonom dan politikus nasionalis mengatakan, Bakrie sebagai perusahaan nasional harus dibantu melawan ancaman cengkeraman asing. Orang lupa bahwa orang Indonesia yang menjahati rakyat perlu dikenai sanksi sebelum kita mempersoalkan orang asing.

Bakrie adalah pengusaha nasional, tapi bukan nasionalis. Kebesaran usahanya dan statusnya sebagai orang terkaya dicapai melalui kolusi politik dengan SBY dan kolusi pasar dengan perusahaan luar negeri. Ketika krisis internasional menjatuhkan harga pasar Bakrie, dia lari minta perlindungan kepada Presiden.

Sangat menyedihkan bahwa orang-orang pandai di Indonesia membenarkan bantuan SBY kepada perusahaan yang antisosial ini. Sangat menyedihkan bahwa suara jernih Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani tidak didukung secara terbuka, hanya melalui bisik-bisik. Pengamat cerdas itu melanjutkan dalam e-mail:

“Jelek-jelek, pemilihan presiden di Amerika Serikat memberi kesempatan calon presiden untuk berpendapat dan menunjukkan kemampuan. Di sini? Apa yang jadi penentu seseorang jadi Presiden: intrik dan uang.” Betul sekali. Tapi kita tidak boleh berhenti dengan mengeluh dan putus asa.

Marilah kita sebagai orang biasa belajar mengerti persoalan. Kalau sudah mengerti, marilah membentuk sikap. Kalau sudah punya sikap, marilah menyatakan sikap dan bersuara. “A bell is no bell until you ring it. A song is no song until you sing it.” (*)

WIMAR WITOELAR

.

Sumber: http://news.okezone.com/

.

Upadated.

Ada jawaban dari Staf Khusus Menko Kesra. Saya kutip persis dari sumber, http://www.perspektif.net/indonesian/article.php?article_id=976

Perspektif Online, 23 October 2008

Staf Khusus Menko Kesra, Lalu Mara Satria Wangsa, menjawab tulisan Wimar berjudul Menyelamatkan Bakrie di Koran Sindo, dengan tulisan berjudul Benarkah Pengusaha Hanya Mengejar Untung? di koran yang sama, kali ini dengan gelar Eksekutif di Kelompok Usaha Bakrie.

Ini kutipannya:

Saudara Wimar, kalau saja orientasi Keluarga Bakrie hanya sekadar kepentingan pribadi, tentu akan lebih baik Keluarga Bakrie tidak mengembangkan usaha apa pun dan tidak perlu terlalu peduli untuk ikut menyediakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang di Republik Indonesia.

Perlu Anda ketahui, sampai saat ini Kelompok Usaha Bakrie mempekerjakan 35.000 orang tenaga kerja secara langsung (teregistrasi) dan 50.000 orang tenaga kerja secara tidak langsung. Bandingkan berapa orang tenaga kerja yang bisa Anda ciptakan, Saudara Wimar Witoelar? Dilihat dari kemampuan menciptakan kerja, kita bisa membandingkan lebih nasionalis mana seorang Wimar Witoelar atau Keluarga Bakrie?

Sebagai informasi, Wimar sendiri tercatat sebagai direktur non-executive di ANTV, meski itu dari mitra ANTV, Star-TV. Jabatan Anda itu menjadi bukti bahwa Anda memang tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas ketimbang Bakrie. Bahwa program Anda dihentikan tayangannya oleh ANTV itu semata-mata karena rating-nya hampir nol!

.

Wallahu a’lam.