Arogansi Freeport
http://news.okezone.com/read/2010/01/04/340/290667/340/pilot-garuda-pt-freeport-cengeng-dan-arogan
Pilot Garuda: PT Freeport Cengeng dan Arogan
Senin, 4 Januari 2010 – 13:09 wib
JAKARTA – Pesawat Garuda GA 653 sempat tidak diberi bahan bakar di Bandara Timika lantaran tidak bersedia mengangkut seorang Vice President PT Freeport dan dua stafnya dari Jayapura ke Timika.
Sikap tersebut menurut pilot pesawat Garuda Manotar Napitupulu sebagai sikap arogan sekaligus cengeng.
“Seharusnya mereka berlaku adil jangan terlalu cengeng dan arogan. Kenapa pengisian bahan bakar tidak ada buat Garuda tapi, buat pesawat lain ada,” ujar Monatar Napitupulu kepada okezone, Senin (1/4/2010).
Menurut Manotar saat itu pesawatnya tidak bisa mengisi bahan bakar karena pihak pengelola Bandara Timika yang dimiliki PT Freeport itu mengatakan sejak 4 Desember tidak ada bahan bakar untuk Garuda. Namun kemudian ada surat baru yang menyatakan hal itu mulai berlaku sejak 3 Desember.
Penolakan operator Bandara mengisi bahan bakar Garuda GA 653 (sebelumnya ditulis GA 652) dikaitkan dengan penolakan pesawat Garuda yang dipiloti Kapten Achdiyat mengangkut Vice Presiden PT Freeport dan dua orang stafnya dari Jayapura ke Timika Minggu kemarin.
Manotar yang juga Ketua Federasi Pilot Indonesia adalah pilot pengganti pesawat yang sama. Pesawat sebelumnya dipiloti Kapten Achdiyat dengan nomor perbangan GA 652 itu terbang untuk rute perbangan, Jakarta- Denpasar- Timika.Pesawat itu mendarat di Jayapura karena harus divert lantaran cuaca di Timika tidak memungkinkan untuk pendaratan.
Saat mendarat di Jayapura, itu lah vice Presiden PT Freeport yang seharusnya berangkat dengan pesawat yang sama namun dengan nomor penerbangan GA 653, meminta agar dapat diangkut ke Timika. Permintaan itu ditolak karena dapat memperlama delay sebab proses dokumentasinya telah selesai.
Buntutnya, saat pesawat mendarat dan pilot Achdiyat digantikan Monatar, pesawat tidak mendapatkan pengisian bahan bakar. Monatar mengaku sempat menunggu tiga jam untuk mendapatkan avtur, namun bahan bakar itu tak kunjung didapat. Dengan sisa bahan bakar, dia menerbangkan pesawatnya ke Biak untuk mendapat bahan bakar yang diperlukan dan kemudian melanjutkan perjalanan. (fit)
(ahm)
.
.
http://www.republika.co.id/berita/99874/Bos_Freeport_Arogan_Garuda_Hentikan_Penerbangan_ke_Timika
Bos Freeport Arogan, Garuda Hentikan Penerbangan ke Timika
Senin, 04 Januari 2010 pukul 17:57:00
JAKARTA–Buntut tidak diberinya avtur oleh PT Freeport, PT Garuda Indonesia untuk sementara tidak melayani jadwal penerbangan ke Bandara Mozes Kilangin, Timika, Papua. Juru Bicara Garuda, Pujobroto menyatakan, langkah ini diambil karena pengelola bandara Timika, yaitu PT Freeport Indonesia (FPI) bersikeras tidak melayani pengisian avtur untuk maskapainya.
Menurut Pujobroto, saat ini penerbangan berjadwal Garuda ke Timika adalah satu kali dalam sehari dengan rute Jakarta-Denpasar-Timika. ”Jika memang tidak diizinkan mengisi avtur, untuk sementara Garuda terpaksa menghentikan penerbangan ke sana sampai ada pemberitahuan lebih lanjut tentang jaminan pasokan avtur bagi Garuda di bandara Timika dan penghentian ini dilakukan sejak Senin (4/1) ini,”kata Pujobroto, Senin (4/1). ”Untuk itu kami mohon maaf kepada para pengguna jasa Garuda yang biasa ke Timika.”
Pujobroto menjelaskan, penghentian penerbangan ke Timika tersebut mengacu kepada Kepala Bandara Mozes Kilangin yang sudah mengeluarkan surat pemberitahuan bahwa pesawat Garuda Indonesia tidak bisa mengisi avtur di bandara tersebut. ”Surat tersebut diterbitkan pada Ahad 3 Januari 2010 hingga batas waktu yang tidak ditentukan,” kata Pujobroto.
Bahkan, lanjut Pujobroto, pihak Freepport meminta Garuda meminta maaf karena tidak melayani pejabat Freeport. Meski demikian, kata Pujobroto, Garuda Indonesia tidak akan menggubris surat tersebut. Jika pesawat Garuda tidak boleh mengisi avtur di Timika, kata Pujobroto, Garuda masih bisa melakukan pengisian avtur di Biak.
Sementara itu, terkait penolakan pengisian avtur pesawat Garuda oleh pengelola Bandara Mozes Kilangin, Timika, Papua, Kementerian Perhubungan akan memanggil pihak pengelola bandara. Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bakti S Gumay mengungkapkan suratnya sudah dikirimkan sejak kemarin.
”Awalnya lewat teleopon dan surat pemanggilan juga sudah dikirimkan,” kata Herry kepada Republika, Senin (4/1). Menurut Herry, dari konfirmasi yang diterimanya, pihak pengelola bandara baru bisa memenuhi panggilan besok atau Selasa (5/1).
Herry menambahkan, pemanggilan tersebut dilakukan untuk meminta keterangan dari pihak pengelola bandara atas penolakan pemberian avtur kepada Garuda. Menurut Herry, jika ditemukan indikasi pelanggaran karena tidak melayani pengisian avtur penerbangan umum maka Ditjen Hubud akan mengambil tindakan tegas kepada pengelola bandara.”Kita akan lihat semuanya besok dalam pertemuan,”kata Herry. cep/kpo
.
.
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2010/01/04/brk,20100104-217065,id.html
Dewan: Negara Ini Bukan Milik Freeport
Senin, 04 Januari 2010 | 13:21 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta – Dewan Perwakilan Rayat (DPR) menilai, tindakan PT Freeport yang melarang pesawat Garuda Indonesia GA 652 mengisi bahan bakar merupakan tindakan arogan.
“Freeport jangan arogan, ini negara bukan negaranya, harus ikuti standar operasional,” kata Anggota Komisi V DPR, Akbar Faisal saat dihubungi Tempo, Senin (4/1).
Akbar berjanji, pihaknya akan mengirim surat kepada Freeport supaya jangan melakukan tindakan arogan lagi. “Kalau benar tidak punya tiket memaksa naik pesawat, ini malah semakin parah. Memang negara ini milik kalian, Garuda milik kalian?” tukasnya.
Kejadian itu bermula ketika Presiden Direktur Freeport Armando Mahler mendapat penolakan dari pilot saat memaksa naik Garuda di Jayapura menuju Timika. Pihak bandara Freeport pun melarang Garuda mengisi bahan bakar di bandara tersebut. Namun pagi tadi larangan itu sudah dicabut lagi dan Garuda mendapatkan izin mengisi bahan bakar lagi.
Meskipun punya tiket, lanjut Akbar, bos Freeport tidak boleh naik pesawat yang sedang singgah akibat cuacu buruk itu. “Kalau pun punya tiket tidak bisa. Alasan keterbatasan bahan bakar itu dibuat-buat. Pokoknya harus ikuti aturan main,” terangnya.
Anggota komisi perhubungan ini, mengimbau kepada perusahaan asing lainnya agar tidak melakukan tindakan yang sama. “Ini yang membuat masyarakat kita semakin tidak percaya dan dongkol terhadap perusahaan asing,” ujarnya.
Politisi asal Partai Hanura ini juga mengimbau agar pihak Garuda sendiri meningkatkan profesionalitasnya dalam pelayanan penerbangan. “Pada kasus berbeda, gara-gara tidak ada pilotnya, penumpang Garuda harus menunggu hingga 2,5 jam,” tukasnya.
.
.
http://www.gusbud.web.id/2010/01/garuda-vs-freeport-arogansi-drakula-sda.html
Kasus Garuda Vs Freeport – Sungguh arogan Freeport gara2 presdirnya gak tertib dan ingin ikut pesawat garuda yang gak sesuai tiketnya sehingga pihak garuda gak mau ngangkut, Freeport gak mau ngisi aftur Pesawat garuda di Bandara Biak. Isu kronologi garuda versus Freeport itu memanag sudah dibantah Freeport tetapi tetap saja gak bisa di elakkan pangkalnya adalah arogansi darkula Sumber Daya Alam Freeport tersebut.Tulisan ini adalah opini pribadi dengan berdasarkan buku Marwan Batubara berjudul Menggugat Pengelolaan Sumber Daya Alam, Menuju Negara Berdaulat. Berikut beberapa tentang fakta freeport yang merugikan bangsa Indonesia
1. PT Freeport McMoran Indonesia (Freeport) melakukan aktivitas penambangan di Papua yang dimulai sejak tahun 1967 atau selama 42 tahun. Keuntungan dari kegiatan penambangan mineral freeport telah menghasilkan keuntungan luar bisas besar terhadap perusahaan milik bule tersebut, tetapi lihat apakah keuntungan it juga dinikmati bangsa Indonesia terutama rakyat papua, kenapa pula di Yohukimo masih terjadi kelaparan.
1. Hasil tambang Freeport berupa tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di dunia. Fasilitas dan tunjangan serta keuntunga yang dinikmati para petinggi freeport besarnya 1 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika, Papua yang hanya sekitar $132/tahun. Keuntungan yang diperoleh Freeport tidak melahirkan kesejahteraan bagi Indonesia terutama warga sekitar. Kesenjangan ala kolonial ini menjadi bibit konfik di papua
2. Keberadaan sang freeport sangat didukung pemerintah. Dilihat dari Penandatanganan Kontrak Karya (KK) I pertambangan antara pemerintah Indonesia dengan Freeport pada 1967, yang kemudian menjadi landasan aktivitas pertambangan freeport. Bahkan kemudian UU Pertambangan Nomor 11/1967, yang disahkan pada Desember 1967 yang disahkan delapan bulan setelah penandatanganan KK menjadikan KK tersebut menjadi dasar penyusunanya.
3. Penambangan Ertsberg dimulai pada Maret 1973 dan habis pada tahun 1980-an sisanya lubang sedalam 360 meter.
4. Pada tahun 1988, Freeport mulai menambang Grasberg sebuah cadangan raksasa lainnya, hingga saat ini.
5. Hasil dari eksploitasi kedua wilayah tersebut diatas,Freeport memperolah sekitar 7,3 juta ton tembaga dan 724, 7 juta ton emas.
6. Sampai Bulan Juli 2005, lubang yang diakibatkan penambangan Grasberg mencapai diameter 2,4 kilometer yang meliputi luas 499 ha, dalamnya 800m, sama dengan ketinggian gedung tertinggi di dunia Burj Dubai
7. Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1.430 ton cadangan emas yang tersisa hingga rencana penutupan tambang pada 2041.
8. Masalah yang timbul dari aktivitas Freeport yang berlangsung dalam kurun waktu lama ini diantaranya penerimaan negara yang tidak optimal dan peran negara/BUMN untuk ikut mengelola tambang yang sangat minim serta dampak lingkungan yang luarbiasa. Kerusakan bentang alam seluas 166 km persegi di DAS sungai Ajkwa yang meliputi pengunungan Grasberg dan Ersberg. berupa rusaknya bentang alam pegunungan Grasberg dan Erstberg.
8. Cadangan emas yang dikelola freeport termasuk di dalam 50% cadangan emas dikepulauan Indonesia. Dari hasil luar biasabanyak tersebut yang masuk APBN sangat sedikit.
9. Freeport baru mengakui bahwa mereka menambang emas pada tahun 2005, sebelumnya yang diakui hanya penambangan tembaga. banyaknya emas yng ditambang selama 21 tahun tidak diketahui publik.
10 Volume emas dicurigai lebih diperkirakan sebesar 2,16 hingga 2,5 miliar ton emas.
11. Coba anda simak, Pendapatan utama Freeport adalah dari operasi tambangnya di Indonesia (sekitar 60%, Investor Daily, 10 Agustus 2009).
12. Hampir 700 ribu ton material dikeruk dan mengahsilkan225 ribu ton bijih emas Setiap hari . Jumlah ini setara dengan 70 ribu truk kapasitas angkut 10 ton berjejer sepanjang 700 km sejauh jarak Jakarta – Surabaya
11. Freport hampir tidak berkontribusi terhadap Indonesia bahkan penduduk mimika sendiri. Kompisisi Penduduk Kabupaten Mimika, tempat Freeport berada, terdiri dari 35% penduduk asli dan 65% pendatang. Menurut BPS 41 % penduduk mimika miskin, 60% penduduk miskin tersebut adalah penduduk asli. Di Provinsi Papua sendiri kemiskinan mencapai 80,07% atau 1,5 juta penduduk.
11.Lebih dari 66 % pnduduk miskin papua adalah penduduk asli tinggal wilayah operasi freeport di pegunungan tengah. Kantong2 kemiskinan justru ada diwilayah freeport
Kasus Garuda vs Freeport hanya 1 dari sekian banyak kerugian Bangsa yang di lahap hasil buminya oleh perusahaan asing. Lantas kenapa sampai saat ini freeport masih beroperasi? Kadang kita gak bisa diam begitu saja, meskipun sampai saat ini yang bisa saya lakukan hanya beropini dan mencari peluang usaha bisnis online, setidaknya kita telah berusaha.