PCNU Jember Gunakan Fasilitas Kantor untuk Pilkada
Ketika syahwat (politik) sudah melekat, semua fasilitas pun seperti rasa coklat. Semua dimakan. Aturan tak diindahkan. Semoga calon pemimpin yang seperti ini tak terpilih.
Apa jadinya kalau terpilih. Tidak hanya fasilitas NU … fasilitas Kabupaten dan bahkan Negara pasti akan dimanfaatkannya untuk mempertahankan kekuasaannya.
Selain itu, sebagaimana pelanggaran yang lalu-lalu, sepertinya PBNU tak punya gigi untuk menindak / menghukum anggota-nya yang melakukan pelanggaran. Mungkin pemilaian saya salah. Kita lihat saja nanti.
Innalillahi wainnailaihi raji;un.
Larangan PBNU Gunakan Fasilitas Kantor untuk Pilkada Tak Diindahkan PCNU Jember
Sabtu, 22 Mei 2010 20:35
Jember, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama bisa saja melarang penggunaan fasilitas organisasi untuk kepentingan politik praktis. Namun Pengurus Cabang NU Jember merasa tidak bersalah memasang spanduk posko pemenangan pasangan calon bupati-wakil bupati Guntur Ariyadi-Abdullah Syamsul Arifin, di kantornya.
Wakil Ketua PCNU Jember Nur Hasan mengatakan, sejak awal pihaknya sudah mengagendakan keterlibatan NU dalam proses politik pemilihan umum kepala daerah dalam berbagai alternatif. Salah satunya dengan mengusung kader sendiri. Akhirnya NU Jember memutuskan untuk mendukung dan mengusung kader sendiri sebagai calon wakil bupati, yakni Ketua Tanfidziyah PCNU Jember Abdullah Syamsul Arifin.
Soal larangan penggunaan fasilitas kantor NU, Nur Hasan memaknai, xxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxx keputusan resmi PCNU untuk mendukung salah satu kader sendiri, apa salahnya (menggunakan fasilitas kantor).”
Sekretaris NU Jember Misbahussalam menambahkan, pemasangan spanduk posko pemenangan Guntur-Abdullah, tak lepas dari keputusan Musyawarah Kerja NU Jawa Timur.
“NU harus memberikan petunjuk calon mana yang harus didukung kepada warga NU. Dari empat pasangan calon yang maju dalam pemilukada Jember, tak ada kader NU kecuali Gus Aab (Abdullah Syamsul Arifin),” katanya.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siradj, melarang penggunaan fasilitas Nahdlatul Ulama untuk kepentingan politik pemilihan umum kepala daerah.
“Jangan sampai kandidat calon bupati atau wakil bupati menggunakan stempel, kop, tanda tangan NU, fasilitas NU,” kata Said seperti dilansir beritajatim.com.
Said menyatakan baru tahu mengenai persoalan spanduk tersebut. “Saya sudah bincang-bincang dengan Pak Babun (Babun Sugiarto, Ketua Gerakan Pemuda Ansor Jember). (Saya katakan) kantor jangan sampai dijadikan untuk kepentingan politik. Jelas tidak benar kalau kantor NU dijadikan posko siapapun,” katanya.
Salah satu bagian kantor NU Jember di Jalan Imam Bonjol digunakan sebagai posko pemenangan pasangan Guntur Ariyadi-Abdullah Syamsul Arifin. Di atas salah satu bangunan kantor, tampak spanduk bertuliskan ‘Posko Pemenangan H. Guntur-Gus Aab’, dengan gambar lambang Partai Demokrat dan Partai Kebangkitan Bangsa.
Sekretaris PCNU Jember Misbahussalam memandang, penggunaan kantor sebagai posko tak perlu dipermasalahkan. “Tidak masalah, wong ketuanya sendiri yang mencalonkan diri,” katanya, Jumat (7/5). Abdullah Syamsul Arifin atau Gus Aab memang Ketua tanfidziyah PCNU Jember.
Hasil Musyawarah Kerja NU Jember menyatakan, secara kelembagaan NU harus memberikan petunjuk kepada kadernya tentang siapa yang akan dipilih dalam pemilihan umum kepala daerah. Hadirnya Abdullah Syamsul Arifin, Ketua NU Jember, dalam pemilukada sebagai calon wakil bupati membuat NU secara kelembagaan harus mendukung dan menyukseskannya. (mad)
Sumber: http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=23521
.
Dari berita di bawah, yang ikut main ternyata tak hanya PCNU .. tapi juga Gus Ipul dengan ANSOR-nya. Mereka berada di pihak yang berseberangan.
.
PCNU Jember Kecewa kepada Ansor
Rabu, 24 Maret 2010 21:07
Jember, NU Online
Sejumlah tokoh di Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jember mempertanyakan komitmen Ansor terhadap NU terkait dengan majunya Ketua PCNU, KH. Abdulah Syamsul Arifin dalam Pilkada 7 Juli mendatang. Menurut Wakil Ketua PCNU Jember, H. Dawam Wahid, selama ini Ansor selalu menyatakan akan tunduk kepada NU. Bahkan untuk hajatan Pilkada, Ansor awalnya juga mendukung calon yang dimunculkan dari NU.
“Tapi kenyataannya, jauh pangang dari api,” ujar H. Dawam di sela-sela pengajian rutin di aula gedung NU semalam (23/3). Menurut Ketua MWC NU Wuluhan itu, sebelum muncul sekian nama yang direkomendasi NU untuk maju dalam Pilkada mendatang, Ansor dan semua Banom NU dilibatkan dalam rapat-rapat terkait penggodokan nama-nama itu. Tapi, kata Dawam, setelah nama itu mengerucut kepada satu nama, yakni KH. Abdulah Syamsul Arifin, Ansor uring-uringan, bahkan terang-terangan menolak pencalonan Ketua PCNU tersebut.
“Ini kan sulit dimengerti. Dari awal ikut (rapat) dan setuju. Tapi setelah final, menolak,” jelasnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Ketua MWC NU Balung, Ahmad Nurhadi. Menurutnya, sebagai Banom NU seharusnya Ansor tidak menampakkan sikap berseberangan dengan NU. “Minimal tidak menabuh genderang perang,” tukasnya sambil menambahkan bahwa Ansor sering tidak sejalan dengan NU.
Seperti diketahui, Ansor akhirnya memilih bergabung dan mendukung incumbent Djalal. Padahal, sebelumnya Ansor termasuk pihak yang memelopori sosialisasi Guntur Ariyadi. Mantan Kapolda Maluku itu akhirnya mendapat rekom dari DPP Partai Demokrat, yang didalamnya langsung dipasangkan dengan Gus A’ab (sapaan KH. Abdullah Syamsul Arifin) di posisi Cawabup.
Dihubungi terpisah, Komandan Banser GP. Ansor Jember, Lutfi Alif menyatakan bahwa sejauhh ini Ansor masih netral. Tapi ia mengakui bahwa memang ada arahan dari Ketua Umum GP. Ansor, H. Saifullah Yusuf agar Ansor Jember mendukung Djalal. “Intinya Kami tidak bisa mengabaikan arahan Gus Ipul,” urainya singkat (ary).
http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=22680
.
Assalamualaikum ,sekalian kamimenyampaikan edisi majalah ababil terbaru
http://www.4shared.com/document/KFGFjuA-/Majalah_Ababil_Edisi_3_Mei_201.html
lha orang ngerti dikasih tahu malah merasa paling ngerti. calon pemimpin nek ndak bisa mimpin diri sendiri gimana mimpin orang lain. kaidah NU wis jelas kok masih aja ngeles pakai berbagai alasan untuk pembenaran…..Gus Hasyim saya lapor santrinya masih ada yang mbetik….sok mau jadi pimpinan tapi melanggar aturan main….tobat-tobat