Imam Haramain (419 – 478 H)

Imam Haramain (419 – 478 H)

Imam Al Haramain adalah Abdulmalik bin Abdullah bin Yusuf bin Muhammad bin Abdullah bin Hayuwiyah Al Juwaini An Naisaburi. Pada masa hidupnya beliau digelari sebagai Imamul Hanrmain dan Dliyauddin.

Gelar Imamul Haramain (Imam Haramain), karena beliau pernah tinggal di Makkah Al Mukaramah selama empat tahun. Di sana belajar yang selanjutnya bahkan mengajar dan melakukan rnunazharah unfuk pemantapan dan memperkokoh pendiriannya dalam ilmu yang diperolehnya. Oleh sebab keunggulannya, beliau mampu rneluruskan dan membela pandangan aqidah yang hak. Beliau tempatkan pandangan aqidah Ahlussunnah pada ternpatnya dengan megenyampingkan pengaruh golongan yang sesat dan merusak. Sehingga beliau mendapat gelar Dliyauddin, yakni Penerang Agama.

 

Lahir dan Wafatnya.

Beliau lahir di kampung halaman ayahnya, di Juwain daerah Khurosan termasuk wilayah Naisabur. Yaitu daerah yang terletak di perbatasan dengan Afghanistan, Balukhistan, Irak dan Kirman. Imam As Subki mencatat, beliau lahir pada 18 Muharram 419 Hijriyah, bertepatan dengan 22 Februai 1028 M. Beliau hidup mencapai usia 59 tahun.

Silsilah keturunannya, sesungguhnya berasal dari Arab, yaitu dari suku Thoi, sebuah suku yang cukup masyhur dari qabilah Arab.

Menjelang wafatnya, beliau mengalami sakit kuning (al yarqoon). tapi sembuh kembali, sehingga dapat melaksanakan tugas kewajibannya mengajar dan bermunazharah. Tidak lama kemudian beliau mengalarni ganguan kesehatan, dan melakukan istirahat di Basytinqoon, suatu daerah sejuk dan berhawa bersih. Namun, akhirnya di kota itulah beliau pulang ke Rahmatullah yaitu pada 25 Rabiulakhir 478 H. bertepatan dengan 25 Agustus 1085M.

Pendidikannya.

Ayah ibunya sangat memperhatikan sekali, sejak dari perihal makan minum. Beliau tidak pernah diberi makanan yang syubhat apalagi yang haram.

Karena ayahnya juga seorang Ulama, maka kepada beliaulah Irnam Haramain berguru, sebagai guru utamanya. Dipelajarinya Bahasa Arab, Al Qularu Al Hadits, Al Fiqhu, Ilmu Ushul, Ilmu Khilaf dan lain-lain. Ia temyata memang memiliki akal yang cerdas, kuat hafalannya, tekun dan kritis serta berjiwa besar. Ayahnya merasa gernbira melihat anaknya rnemilki tanda-tanda cemerlang (alarnaat an najah wa al falaah) pada rnasa dewasa nanti.

Setelah ayahnya wafat pada 434 H., beliau tidak putus asa dalam mengembangkan kemampuannya. Selanjutnya beliau berguru antara lain kepada :

3.1. Abulqosim Abduljabbar bin Ali Al Isfiroyini. Beliau ini tokoh dan ahli Fiqih terkemuka. Dalam Ilmu Kalam beliau mengikuti pandangan Imam Al Asy’ari. Beliau wafat pada 452H.

3.2. Al Hafizh Ahmad bin Al Husein Al Baihaqi. Yaitu seorang Ahlul Hadits yang dalam Ilmu Fiqh berguru kepada Imam Abul Fatah Nashir bin Muhammad Al Manarazi. Para ahli mengemukakan, karangan Al Baihaqi hampir mencapai seribu judul dalam berbagai cabang ilmu.
Beliau wafat tahun 458 H.

3.3. Syaikhul Qurro Abu Abdillah Muhammad bin Ali Al Khubazi, yaitu seorang ahli di bidang Ulumul eu1an. Beliau wafat pada 449H.

3.4 Abu Muhammad Al Jauhari, yaitu seorang Ulama besar Bagdad, sewaktu Imam Haramain tinggal di sana.

Dapat dikemukakan disini, bahwa di antara murid Imam Al Haramain adalah Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali, pengarang Ihya Ulumuddin yang terkenal itu.

Keadaan masyarakat Islam.

Masa hidup Imam Haramain adalah masa akhir pemerintahan Khilafah Abbasiyah yang berpusat di Bagdad. Masa ini adalah masa yang penuh dengan gejolak termasuk gejolak pertentangan pandangan keagamaan antara kaum Sunni dengan sementara kelompok dari kaum Syi’ah. Situasi inilah yang mengakibatkan berpindahnya beberapa tokoh ulama Sunni meningalkan kampung halamannya unfuk mendapatkan perlindungan dan ketenangan. Diantara yang hijrah ini termasuk Imam Al Qusyairi dan Imam Al Haramain sendiri. Beliau ini hijrah ke Bahgdad, dan selanjutnya terus ke Mekah Al Mukarramah dan tinggal di sana selama empat tahun.

Beliau kembali ke Naisabur, tahun 451, setelah Khurosan diperintah oleh Alba Arselan dengan Perdana Menterinya Nizhomul Muluk. Beliau kemudian dikenal sebagai pendiri sejumlah Madarasah An Nizhomiyah, yaitu di Naisabur, Baghdad, Balkhi, Hiroh, Ashbahan Bashrah, Rowa, Amal Thobaristan dan di Maushul. Di Naisabur dipimpin oleh Imam Haramain, yang selanjutnya di pimpin oleh Imam Al
Ghazali. Sedangkan Madrasah An Nizhomiyah Baghdad dipimpin oleh Imam Abu Ishaq Asy Syirazi, pengarang Kitab Al Muhadzdzab yang masyhur itu. Kelak Al Muhadzdzab ini disyarah oleh Imam Nawawi (w 676 H) dengan judul al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab.

Memang setelah penguasa baru itu naik tahta, segenap ulama yang hijrah itu diminta untuk segera kembali ke kampung halamannya. Dan sejumlah madrasah itu didirikan dengan maksud untuk kembali mengembangkan pemikiran Sunni, yang dalam bidang aqidah mengikuti pandangan Al Asya’ri.

Karangan-Karangannya.

Keunggulan beliau dapat diketahui dari sejumlah karangannya. Karangannya disusun secara keilmuan, dengan sistem dan metodologi tertentu, melalui bahasan yang meyakinkan. Karangan beliau kita kelompokkan menjadi bidang :

A. Ilmu Ushuluddin yaitu :

1. Al Irsyad Ila Qowwathi’il Adillati Fi Ushulil I’tiqood.
2. Ar Risalah Fi Ushuliddin.
3. Asy Syamil Fi Ushuliddin.
4. Ghiyatsul Umam Fi IltiyatsizhZhulam.
5 Syifaa’ul Gholil Fi Bayaani Maa Waqo’a Fi At Taurooti wa Al Injiili Minat Tabdiil.
6. Al Aqidah anNizhoorniyah Fi Al A*aanil Islamni)iah.
7. Luma’ul Adillati Fi Qowaa’idi ‘Aqoo’idi Ahlussunnah Wal Jama’ah
8. Mukhtashor AL Irsyad Lil Imam al Baqilani.
9. Masa’ilil Imarn Abdulhak Ash Shoqoli Wa Ajwibatu ha Lilimami Abilma’ali.
10. At Talkhiish Fi Al Ushuli.

B. Ilmu Ushulul Fiqhi yaitu :

1. Al Burhan Fi Ushulil Fiqhi.
2. Al Mujtahiddun (Min At Talkhish Fi Ushulil Fiqhi).
3. Al Waroqot Fi Ushulil Fiqhi.
4. Mughiitsul Kholqi Fi Ikhtiyaril Ahaqqi.
5. Al Irsyaad Fi Ushulil Fiqhi.

C. Al Fiqhu yaitu:

1. Nihaayatul Mathlab Fi Diroyatil Madzhab.
2. Munazhorroh Fi Al Itjtihaadi Fil Qiblati.
3. Munazhoroh Fi Ziwaajil Bikri,
4, As Silsilatu Fi Ma’rifatil Qaulaini Wal Wajhain.
5. Ar Risalatu Fil Fiqhi
6. A rRisalatu Fit Taqlidi Wal Ijtihadi.

D. Karangan-karangan lainnya, yaitu:

1.    As Durrotul Maliyah Fima Waqo’a Min Khilafi Baina Asy Syafi’iyah Wa Al Hanafiyah.
2.    Ghunyatul Mustarsyidiin Filkhilaf .
3.    Al Kafiah Fi Al jadal.
4.    Qoshidatun Fil Washiyah Liwaladihi.
5.    Kitabun Nafes
6.    Diwanul Khuthob Al Minbariyah Al jumu’iyah Fil Mawasimi Wal A’yadi.

Selanjutnya perlu kami kemukakan, Kitab Al Irsyad di cetak ulang akhir-akhir ini dengan tahqiq dan ta’liq dua guru Besar Al Azhar Mesir yaitu Dr. Muhammad Yusuf Musa dan Syeikh Ali Abdulmun’im Abdulhamid. Al Aqidah An Nizhomiyah ditahqiq oleh Dr. Ahmad Hijazi As Saqa, dalam rangka mencapai gelar Doktor dari Fakultas Ushuluddin Al Jami’ah Al Azhar. Asy syamil, diterjemahkan ke dalam Bahasa Jerman oleh orientalis bangsa itu, Cleophabare. Demikian halnya kitab Al Irsyad tadi
menarik perhatian orientalis Prancis, Luciani yang menerjemahkannya ke dalam bahasanya, sehingga dapat tersebar di negaranya. Bahkan dua orang ilmuwan Prancis, yaitu L. Gardet dan C. Anawati membahas tentang Imam Haramain dengan karangan-karangannya, melahirkan buku dengan judul “Madkhal llaa llmil Kalam”. Buku ini dicetak pertama kali di Paris, pada tahun 1948 M.

.

Sumber: Luma’ul Adillati Fi Qowaa’idi ‘Aqoo’idi Ahlussunnah Wal Jama’ah, Al Imam Abul Ma’ali Haramain, versi terjemah: Aqidah Ahlus sunnah Wal Jama’ah oleh Drs. H. Hafizh Utsman, Gandewa Penerbit, Jakarta, 1994.