Oknum Pendidikan: Sejak Kecil Sudah Diajari Mencontek

Apa jadinya masa depan bangsa. Sejak kecil anak-anak SD sudah diajari mencontek. Contek mencontek menjadi perbuatan massal yang tidak ada rasa malu/bersalah. Yang berusaha melindungi anaknya malah dimusuhi.

Keluarga Pelapor Contek Massal masih Mengungsi
Metro Siang / Sosbud / Selasa, 14 Juni 2011 13:36 WIB

Metrotvnews.com, Surabaya: Malang menimpa Alifah Ahmad Maulana dan keluarganya. Gara-gara mengungkap kasus contek Ujian Nasional (UN) massal di sekolahnya, SD Negeri Gadel 2, Alifah yang akrab disapa Aam dan keluarga diusir warga Gadel, Kecamatan Tandes, Surabaya, Jawa Timur.

Hingga kini Aam dan orangtuanya, Siami dan Widodo, masih mengungsi di rumah neneknya di Desa Sedapur Kelagen, Gresik, Jawa Timur. Namun demi kelanjutan sekolah anak mereka, keluarga berencana kembali tinggal di Surabaya.

Sebagian warga Gadel juga berharap agar masalah tersebut dibicarakan lebih lanjut, dan tidak perlu ada pengusiran. Syaikhu, seorang warga Gadel menilai pengusiran oleh sebagian warga terhadap keluarga Alifah seharusnya tidak terjadi. Ia menilai hal tersebut seharusnya diselesaikan secara kekeluargaan.

Sementara kegiatan belajar di SDN Gadel 2 sudah berjalan normal. Siswa tetap masuk sekolah, namun tidak diperkenankan untuk jajan keluar sekolah di jam istirahat belajar.

Di bagian lain, Aam masih trauma atas pengusiran keluarganya oleh warga. Demikian juga Siami, ibunda Aam. Siami sempat bingung harus tinggal dimana, karena rumah di Surabaya adalah satu-satunya harta berharga miliknya.

Menurut Aam, emosi warga di lingkungan rumahnya, muncul karena ketidaktahuan warga dan juga pihak sekolah mengenai duduk permasalahan yang sebenarnya. Untuk itu, Aam akan tetap melanjutkan sekolah di SMP Negeri 3 Surabaya, walaupun banyak warga yang membencinya.

Kasus itu mencuat setelah Siami melaporkan temuannya terkait kasus contek massal dalam pelaksanaan UN di sekolah Aam, yaitu SDN 3 Gadel ke Dinas Pendidikan Surabaya. Pasalnya, usahanya berdialog dengan pihak sekolah tidak ditanggapi.

Warga, termasuk wali murid yang kecewa, akhirnya protes dan mengusir keluarga Aam keluar dari lingkungan tempat tinggal mereka. Insiden itu menyebabkan kepala sekolah dan dua guru SDN 2 Gadel dicopot dari jabatan mereka.(DSY)

http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/06/14/130165/Keluarga-Pelapor-Contek-Massal-masih-Mengungsi

.

Nasib Ibu Siami, Jujur Malah Hancur
Senin, 13 Juni 2011 | 16:25 WIB

TEMPO Interaktif, Surabaya – Siang itu, rumah berdinding cokelat di gang sempit Jalan Gadel Sari Barat, Kecamatan Tandes, Surabaya, Jawa Timur, tampak sepi. Pagarnya terkunci rapat. Satu sak semen teronggok di terasnya.

Di rumah itu, mestinya Siami dan keluarganya tinggal. Namun, sudah lima hari ini keluarga itu mengungsi ke rumah orang tuanya di Dusun Lumpang, Desa Deliksumber, Kecamatan Benjeng, Gresik. “Menenangkan diri dulu Pak,” kata Siami saat dihubungi Tempo melalui telepon seluler, Senin, 13 Juni 2011.

Siami, ibu dari Al, siswa kelas VI SD Negeri Gadel II, hendak menenangkan diri lantaran masalah yang menderanya akhir-akhir ini. Sejumlah warga dan wali murid sekolah itu menganggap dia mencoreng nama baik sekolah itu. Penyebabnya, lantaran ibu dua anak ini mengungkapkan kasus mencontek massal yang terjadi di sekolah tersebut saat ujian akhir sekolah bertaraf nasional (UASBN) beberapa waktu lalu.

Beberapa hari sebelum ujian, Al mendapat instruksi dari gurunya untuk memberikan contekan kepada rekan-rekannya. Sebab, bocah pendiam itu dikenal paling cerdas. “Kalau ada temannya yang tidak bisa mengerjakan soal, tolong dibantu,” kata seorang sumber di sekolah dasar tersebut menirukan ucapan Fatkurahman, wali kelas VI sekolah itu.

Semula Al bungkam soal ini karena takut. Tapi, kemudian Al melaporkan instruksi sang guru itu kepada ibunya. Siami sempat datang ke sekolah untuk meminta penjelasan kepada Fatkur, sapaan Fatkhuramhan. Namun, kata Siami, jawaban Fatkur terkesan berbelit-belit.

Tak puas dengan penjelasan sekolah, Siami kemudian mengadukan masalah itu ke radio Suara Surabaya. Pengaduan Siami disiarkan secara on air.

Laporan udara itu berkembang menjadi pemberitaan di media massa baik cetak maupun elektronik.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pun langsung menyambangi sekolah Al dan memarahi guru-gurunya. Risma juga langsung memerintahkan inspektorat serta membentuk tim independen untuk menyelidiki masalah tersebut.

Tim merekomendasikan agar Fakkurahman, seorang guru lainnya, Prayitno, dan Kepala Sekolah Sukatman diberi sanksi. Tak lama setelah rekomendasi turun, ketiga guru itu diberhentikan.

Sukatman ditarik ke Dinas Pendidikan Kota Surabaya, adapun Fatkur dan Prayitno dimutasi ke Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tandes. Tak hanya itu, pangkat ketiganya diturunkan serta mencabut beberapa tunjangan yang diterima.

Sanksi terhadap ketiga guru itu diprotes keras warga. Pada 8 Juni 2011, puluhan ibu-ibu, terutama wali murid kelas VI, berunjuk rasa di depan rumah Siami. Mereka berteriak-teriak mengusir Siami karena dinilai meresahkan.

Sehari kemudian, saat digelar pertemuan antara Siami dan perwakilan warga di Balai Rukun Warga, massa kembali berteriak-teriak mengusir Siami ke luar dari kampung. “Sejak pertemuan di Balai RW itu dia (Siami) sudah tidak pulang ke sini,” kata Rum, tetangga Siami.

Fatkurahman sendiri enggan dimintai keterangan. Ketika dicegat seusai pertemuan di Balai RW itu, guru yang dikenal santun dan telaten membimbing siswa itu hanya berkata, “Saya tidak mau berkomentar.”

Ketua Tim Independen Bentukan Wali Kota, Daniel M. Rosyid, mengatakan pengusiran terhadap Siami dinilai berlebihan. Daniel menduga, pengusiran itu dilatarbelakangi kekhawatiran wali murid kelas VI bila diadakan UASBN ulang.

Padahal, kata dia, niat Siami bagus karena ingin menumbuhkan semangat kejujuran di kalangan siswa. “Jadi, terlalu jauh kalau sampai mengusir Bu Siami,” kata Daniel yang juga pengajar di Institut Teknologi 10 November ini.

http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2011/06/13/brk,20110613-340404,id.html

.

Kasus Kecurangan UN SD, Orang Tua Alif akhirnya Mengungsi
Jumat, 10 Juni 2011 16:44 WIB

SURABAYA–MICOM: Mendapat tekanan bertubi-tubi dari warga dan orang tua murid, Siami dan Widodo, orang tua Alif, akhirnya mengungsi dar Desa Gadel, Surabaya, Jawa Timur. Mereka mengungsi ke rumah orang tua di Benjeng Gresik, Jawa Timur.

Dari pantauan Media Indonesia, Siami dan Widodo sudah meninggalkan rumah sejak, Kamis (9/6) setelah pertemuan dengan kepala sekolah dan orang tua murid.

Dengan mendapat kawalan polisi, Siami kemudian meninggalkan rumah menuju ke rumah orang tuanya di Desa Benjeng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Rumah Siami ditinggalkan kosong, tidak ada aktivitas apa pun di rumah tersebut. Pagar terlihat digembok, sehingga ada yang berani masuk ke rumah tersebut.

Warga juga enggan memberikan komentar terkit perginya Siami, Widodo dan anaknya Alief. Namun, Siami diketahui sudah meninggalkan rumah itu sejak pertemuan di sekolah, Kamis (9/6).

”Begitu selesai pertemuan sempat pulang sebentar kemudian meninggalkan rumah ini, tidak tahu entah ke mana. Katanya ke Gresik, rumah orang tuanya,” kata Bayu warga Gedel.

Warga sendiri tidak mau bicara banyak khawatir menimbulkan perpecahan, sebab ada juga sebagian warga yang mendukung langkah Siami ada pula yang marah karena ulah Siami.

”Warga di sini memilih diam tidak banyak komentar, hanya sebagian yang berani, sebab khawatir kalau bicara nanti malah salah,” ujarnya.

Meskipun tidak berada di rumah, saat ditemui wartawan sebelum meninggalkan rumahnya, Siami sempat menyatakan bahwa dirinya tidak nyaman lagi tinggal di Gedel.

Tekanan warga sangat membenani dirinya dalam bekerja maupun dalam keseharian. ”Padahal, saya masih senang hidup di sini, dekat dengan pekerjaan suami dan langganan jahit juga sudah banyak,” katanya.

Siami tidak mengetahui secara pasti akan kembali ke Surabaya. Namun, ada pemikiran dari keluarga anaknya akan sekolah di Gresik untuk mengurangi beban psikologi. (OL-12)

http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/06/232994/289/101/Kasus_Kecurangan_UN_SD_Orang_Tua_Alif_akhirnya_Mengungsi