Penyebab Kematian Qaddafi itu adalah NATO

Anda tahu makna “lempar batu sembunyi tangan”. Begitulah kira-kira yang terjadi di Libya.

Coba lihat urut-urutan berita ini. Berkali-kali minta tolong sekutu, NTC/pemberontak hanya mampu melawan pasukan Qaddafi ketika medan sudah dibersihkan oleh sekutu.

 Bahkan ketika saat-saat terakhir Qaddafi berusaha meloloskan diri dari Sirte, siapa yang mengebom iringan mobilnya? Sekutu. Jika tidak diserang oleh pesawat udara NATO, mungkin sang rezim masih hidup dan melawan dari negara tetangga.

Maaf.. saya bukan pembela Qaddafi. Hanya melihat ketidak adilan ketika ada orang luar yg powerfull terlalu masuk mencampuri urusan rumah tangga orang lain, bahkan sampai  membunuh kepala rumah tangga yang tidak disukainya.

Saya menduga Libya selanjutnya adalah … boneka dan kekacauan.

 

.

 

 

NATO Bombardir Kota Kelahiran Khadafy
Selasa, 29 Maret 2011 | 04:55 WIB

Tripoli, Senin – Pasukan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara, yang telah mengambil alih penuh operasi militer di Libya sejak Minggu siang, membombardir Sirte, kota kelahiran Moammar Khadafy, Senin (28/3). Kota ini dibombardir sembilan bom, Senin pagi, setelah dijatuhi dua bom pada Minggu malam.

Beberapa jet tempur aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) meraung-raung di atas Sirte sejak Minggu malam. Itulah serangan pertama NATO setelah resmi mengambil alih komando dari pasukan koalisi Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris. Koalisi masih berpartisipasi dalam masa transisi yang mungkin berlangsung paling lama sekitar 72 jam.

Senin pagi, penduduk kembali dikejutkan bom dengan target utama pusat kekuatan Khadafy. Media asing yang melaporkan peristiwa itu belum merinci target persis bom dan seperti apa dampaknya. Hanya disebutkan, warga panik dan berlarian menjauhi titik serangan bom.

Jalan-jalan di Sirte, kota berpenduduk 120.000 jiwa itu, Senin pagi, lengang. Tak ada warga yang berani keluar rumah. Kota masih di bawah kendali loyalis Khadafy yang berpatroli memakai mobil sipil atau pikap. Sebagian mobil dilumuri lumpur untuk menyamar agar tidak lagi menjadi target NATO.

Senin siang, mulai ada warga yang keluar rumah. Di sebuah sekolah wanita, Al-Manara, terdengar teriakan ”Allah, Khadafy, dan Libya!” ketika terdengar lagi ledakan. Separuh tempat duduk di kelas itu kosong.

Seorang murid mengatakan, ia sudah terbiasa mendengar suara bising perang. ”Kami hanya sempat takut pada beberapa hari pertama, tetapi sekarang sudah terbiasa. Itu seperti kembang api,” kata murid berusia 16 tahun. ”Ya, kami takut terhadap pemberontak, tetapi kami bisa mempertahankan diri hingga tetes darah terakhir,” ucapnya.

AFP melaporkan, sebagian besar warga, terutama dari lingkungan keluarga dan loyalis Khadafy, telah keluar dari Sirte. Lusinan kendaraan roda empat yang mengangkut mereka menuju Tripoli, ibu kota negara, tampak sejak Senin subuh. Sirte berada 360 kilometer di timur Tripoli.

Serangan ke Sirte terjadi saat pasukan oposisi berusaha merangsek maju dari Bin Jawad, 140 km timur Sirte. Bin Jawad sudah dikuasai sejak akhir pekan lalu oleh oposisi yang didahului dengan serangan pasukan koalisi.

Di kota nelayan Sirte, sebuah bom menukik membentuk kawah selebar 2 meter dan dalam 1 meter di sebuah blok yang terbuat dari beton. Bunyi ledakan menghancurkan jendela di sebuah toko yang berjarak 500 meter dari titik jatuhnya bom. Tak disebutkan apakah ada korban jiwa atau tidak dan di mana saja titik jatuhnya bom-bom yang lain.

Serangan NATO, sama seperti serangan koalisi Barat sebelumnya, mempersiapkan jalan bagi pasukan oposisi. Minggu, setelah terjadi serangan koalisi, oposisi merebut dan menguasai kembali kota minyak Ras Lanuf dan kota lain, yakni Bin Jawad. Sehari sebelumnya oposisi merebut Ajdabiya dan kota minyak Brega.

Sirte menjadi target terbaru oposisi. Meski telah dibombardir, pasukan Khadafy tetap menguasai Sirte pada hari Senin. Pasukan oposisi yang berusaha merangsek ke sana justru didesak kembali ke Bin Jawad yang berjarak sekitar 600 km di timur Tripoli.

Operasi NATO

Operasi NATO di Libya, sama seperti yang dilakukan koalisi Barat, untuk menegakkan zona larangan terbang sesuai dengan Resolusi PBB Nomor 1973 yang dihasilkan pada 17 Maret. Jika koalisi menamai aksinya di Libya dengan operasi Fajar Odyssey (Odyssey Dawn), sandi aliansi NATO ialah Operasi Pelindung yang Menyatukan (Unified Protector).

Jenderal Charles Bouchard, asal Kanada, adalah komandan operasi NATO di Libya. Jenderal bintang tiga yang dipercayai 28 negara anggota NATO itu juga akan mengambil komando semua serangan militer dengan tujuan ”melindungi warga sipil”.

Operasi transisi dari koalisi ke NATO berlangsung 48 jam sampai 72 jam. ”Tujuan kami untuk melindungi warga sipil dan daerah berpenduduk sipil yang berada di bawah ancaman rezim Khadafy,” kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen. ”NATO menerapkan semua aspek Resolusi PBB. Tidak lebih, tidak kurang,” katanya.

Rasmussen akan bergabung dengan menteri luar negeri dari sekitar 35 negara dalam sebuah konferensi di London, Inggris, Selasa ini. Konferensi bertujuan membahas aksi koalisi militer terhadap Libya. Transfer komando dari koalisi ke NATO terjadi ketika Tripoli juga diserang oleh apa yang disebut televisi negara itu sebagai ”agresor kolonial”.

Jika NATO menyasar Sirte, koalisi masih mengebom Sebha di Libya selatan. Kantor berita JANA menyebutkan, pengeboman dilakukan oleh ”pasukan tentara salib” dan menyebabkan jatuh korban sipil. Juru bicara Pemerintah Libya, Mussa Ibrahim, menyebutkan, korban sipil makin banyak.

Wanis Imam al-Mabruk al-Fisay, ulama ternama di Benghazi, mengucapkan terima kasih atas bantuan asing itu. Ia mengecam Khadafy yang menuduh koalisi sebagai ”tentara salib”. ”Ini bukan perang Kristen. Mereka melindungi perempuan dan anak- anak atas permintaan kami. Khadafy tidak mewakili rakyat Libya, tidak mewakili Libya,” katanya.

http://nasional.kompas.com/read/2011/03/29/04552090/

.

 

Metrotvnews.com, Tripoli: Pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) kembali melancarkan serangan udara ke wilayah Ibu Kota Libya, Tripoli, Sabtu (23/4). Serangan udara pagi waktu setempat itu meninggalkan sejumlah kerusakan.

 

Warga Tripoli pun membenarkan adanya serangan udara itu. Mereka mengaku melihat dengan jelas pasukan NATO melepaskan bom dari udara.

 

Sementara itu, untuk membuktikan adanya serangan udara NATO, sejumlah wartawan diajak untuk melihat jalan aspal yang rusak di sekitar kompleks perumahan Bab Aziziyeh.

 

http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/04/23/126865/Pesawat-Pengebom-NATO-Serang-Tripoli

.

 

NATO Intensifkan Serangan
| Kamis, 26 Mei 2011 | 04:10 WIB

Tripoli, Rabu – Pakta Pertahanan Atlantik Utara, Rabu (25/5), mengintensifkan serangan ke Tripoli, basis pertahanan Pemimpin Libya Moammar Khadafy. Pada saat yang sama, seorang pejabat NATO menegaskan, rezim Khadafy ”dalam pelarian”. Rusia menegaskan, serangan ke Tripoli telah menjadi awal petaka dari resolusi PBB.

Enam ledakan bom yang amat kuat terdengar pada Selasa malam. Tiga ledakan yang memekakkan telinga melanda kompleks luas Bab al-Aziziya, pusat pertahanan dan tempat tinggal Khadafy, pada pukul 23.00, diikuti tiga ledakan besar lainnya.

Kawasan ini pada Senin malam juga dihujani lebih dari 20 bom. Serangan udara NATO, yang berlangsung lebih dari setengah jam, itu semula dilaporkan menyebabkan tiga orang tewas dan 150 lainnya terluka, seperti disampaikan juru bicara Libya, Mussa Ibrahim. Namun, esok paginya diketahui korban tewas mencapai 19 orang.

Serangan bom NATO, Rabu, menyasar sejumlah tempat yang oleh rezim Libya disebut sebagai permukiman warga sipil. Ledakan bom terus terdengar hingga Rabu siang.

Sementara itu, dua warga Eritrea tewas karena lemparan batu dalam sebuah bentrokan di kamp Choucha, dekat perbatasan Tunisia-Libya. Tujuh orang lagi terluka akibat penembakan oleh warga Eritrea . Sekitar 200 tenda pengungsi hancur. Ribuan orang telah melarikan diri ke kamp itu sejak kekerasan pecah, Februari.

Fasilitas strategis

NATO menolak tuduhan kalau mereka menyerang permukiman penduduk. Target serangan adalah fasilitas penyimpanan kendaraan strategis Libya, yang mendukung pasukan loyalis menyerang warga sipil.

Pejabat NATO di Brussel mengatakan, sekutu berharap Khadafy turun akhir Juni atau awal Juli. ”Rezim Khadafy telah menjadi sangat apatis dalam 15 hari terakhir. Inisiatif militernya sudah berkurang dan hanya mengandalkan strategi defensif, yang merupakan tanda bahwa kami berada di jalan yang benar,” kata pejabat NATO itu.

”Kami berpikir, kami harus mempercepat dan meningkatkan tempo operasi untuk mencapai hasil maksimal,” demikian pernyataan NATO.

Krisis Libya memasuki bulan keempat sejak dimulai pada 15 Februari. Rezim Khadafy tetap bertahan di Libya barat, termasuk Tripoli, dan terus melawan serangan aliansi meski lebih dari 50 persen kekuatannya sudah dilumpuhkan NATO.

Kondisi itu juga mengancam aliansi akibat besarnya biaya operasional. Tidak ada pilihan bagi aliansi kecuali meningkatkan serangan agar Khadafy segera turun, atau diturunkan dari kursi kekuasannya, yang telah didudukinya selama 41,5 tahun itu. Khadafy berkuasa sejak 1 September 1969 setelah kudeta yang menjatuhkan Raja Idris I.

Kata pejabat NATO, aliansi harus ”mempercepat kehancuran sistematis mesin militer Tripoli, dengan tujuan mematikan pasukan Khadafy”.

……………………….

http://internasional.kompas.com/read/2011/05/26/04105656/NATO.Intensifkan.Serangan.

.

BRUSSELS, KOMPAS.com — Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pertama kalinya menggunakan helikopter-helikopter tempur di Libya untuk menyerang kendaraan-kendaraan, peralatan, dan pasukan militer pendukung pemimpin Kolonel Moammar Khadafy.   

 

“Helikopter-helikopter tempur di bawah komando NATO digunakan untuk pertama kalinya pada 4 Juni 2011 dalam operasi militer terhadap Libya sebagai bagian dari Operasi Persatuan Pelindung,”

“Helikopter-helikopter tempur di bawah komando NATO digunakan untuk pertama kalinya pada 4 Juni 2011 dalam operasi militer terhadap Libya sebagai bagian dari Operasi Persatuan Pelindung,” kata NATO dalam sebuah pernyataan, Sabtu (4/6/2011).

Sasaran-sasaran serangan termasuk kendaraan militer, peralatan militer, dan pasukan lapangan rezim Khadafy, kata pernyataan itu tanpa merinci lokasi serangan.      Panglima misi NATO di Libya, Letnan Jenderal Charles Bouchard, mengatakan, “keberhasilan ini menunjukkan satu kemungkinan yang diperlukan” dengan menggunakan helikopter-helikopter tempur.

“Penggunaan helikopter tempur memberi operasi NATO tambahan fleksibilitas untuk melacak dan mencari pasukan-pasukan pro-Khadafy menyasar penduduk sipil serta berusaha bersembunyi di permukiman,” lanjut pernyataan itu.

Mengutip Bouchard, pejabat Kanada yang bertanggung jawab atas Operasi Unified Protector, yang mengatakan, “Kami akan terus menggunakan cara ini kapan dan di mana perlu, dengan presisi yang sama seperti dalam semua misi kami.” Pasukan NATO “terus-menerus mengkaji operasi mereka dan penggunaan aset-aset yang tersedia, termasuk helikopter tempur, untuk mempertahankan momentum terbaik dan meningkatkan tekanan pada kekuatan-kekuatan pro-Khadafy”.

Operasi NATO tersebut dilaksanakan di bawah Resolusi 1973 Dewan Keamanan PBB, yang tidak mengizinkan pengiriman pasukan untuk menduduki Libya, tapi “menyerukan diakhirinya segera semua serangan terhadap sipil dan berwenang atas semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi warga sipil dan wilayah berpenduduk sipil di bawah ancaman serangan di Libya”.

Pada akhir Mei lalu, Bouchard mengatakan, helikopter-helikopter tempur Perancis dan Inggris akan memungkinkan NATO melakukan misi yang “efektif dan agresif” terhadap pasukan Khadafy yang mengancam penduduk sipil. “Ini adalah kemampuan tambahan untuk menentukan kendaraan-kendaraan tersebut yang jauh lebih sulit untuk melihat dari pesawat pada ketinggian tertentu,” katanya dari markasnya di Napoli, Italia.

Perancis menyumbang empat helikopter tempur Tigre, sementara Inggris menyediakan empat Apache, kata para pejabat NATO militer, seraya menambahkan bahwa heli-heli itu disiapkan untuk terbang melintasi lalut dan menghadapi kondisi gurun. Heli-heli tempur itu bertolak dari kapal induk Tonnerre (Perancis) dan HMS Ocean (Inggris). Tonnerre juga mengangkut selusin helikopter Gazelle.

Bersikeras bahwa NATO tidak berniat menempatkan pasukannya di darat, Bouchard menegaskan, “Helikopter yang kami gunakan adalah jenis bersenjata dan menyerang, bukan jenis untuk mengangkut personel.”

http://regional1.kompas.com/read/2011/06/04/13570110/Gempur.Libya.NATO.Gunakan.Heli.Tempur

.
BENGHAZI, KOMPAS.com — Pesawat-pesawat jet tempur Pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) secara dramatis terus meningkatkan operasi pengebomannya di Libya ketika kelompok pemberontak menyatakan tekadnya merebut kembali sebuah pintu gerbang utama menuju Tripoli.

Menurut data aliansi itu, Senin (4/7/2011), pesawat-pesawat NATO melancarkan 71 serangan dalam 24 jam. Jumlah serangan tersebut hampir dua kali lipat dari jumlah biasanya dalam beberapa pekan terakhir ini. NATO terus mengebom sasaran-sasarannya di wilayah timur di Brega dan sekitar Tripoli pada Minggu (3/7/2011) tengah malam. Sebanyak 17 serangan menghantam kendaraan-kendaraan lapis baja, pusat komando dan pengawasan, serta fasilitas penyimpanan militer dan sebuah tank di Brega, 150 kilometer dari ibu kota pemberontak, Benghazi.

Serangan-serangan NATO juga menghantam sasaran di daerah-daerah barat, timur, dan selatan Tripoli, termasuk di Gharyan di kawasan Pegunungan Nafusa, yang merupakan tempat pecahnya pertempuran hebat dalam beberapa pekan ini.

“Dalam dua hari mendatang akan muncul dengan jawaban-jawaban, akan ada perubahan di garis depan,” kata juru bicara kelompok pemberontak, Kolonel Ahmed Omar Bani.

Adapun tentara pemberontak mundur pekan lalu dari kota dataran Bir al-Ghanam, sekitar 80 kilometer dari Tripoli, karena pengeboman loyalis Pemerintah Moammar Khadafy. Namun, pihak Perancis pekan lalu mengirim bantuan senjata yang kontroversial kepada pemberontak di Pegunungan Nafusa dan NATO mengebom posisi-posisi loyalis di sekitar Bir al-Ghanam dan lokasi lain lagi di garis depan sekitar wilayah kantong pemberontak tersebut.

Seperti diberitakan, pada Minggu lalu Turki telah bergabung dengan sejumlah negara yang mengakui kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) sebagai perwakilan sah rakyat Libya.

“Kami berpendapat Dewan Transisi Nasional adalah perwakilan sah rakyat Libya,” kata Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, di Benghazi, setelah Turki menarik utusannya dari Tripoli dan menerapkan sanksi-sanksi baru terhadap rezim Moammar Khadafy.

Selain Turki, sejumlah negara yang telah mengakui NTC sebagai perwakilan sah rakyat Libya adalah Uni Emirat Arab (UAE), Australia, Inggris, Perancis, Gambia, Italia, Jordania, Malta, Qatar, Senegal, Spanyol, dan Amerika Serikat. Dewan itu, yang mengatur permasalahan kawasan timur yang dikuasai pemberontak, melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana demi mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel pemimpin Libya Moammar Khadafy.

http://regional1.kompas.com/read/2011/07/05/00551565/NATO.Terus.Bombardir.Libya

.
PARIS, KOMPAS.com — NATO akan stop bombardir Libya jika loyalis Khadafy dan para pemberontak duduk satu meja dan memulai perundingan secara langsung, kata Menteri Pertahanan Perancis Gerard Longuet, sebagaimana dikutip The Telegraph, Senin (11/7/2011).

Longuet mengatakan, NATO akan menghentikan pengeboman begitu berbagai pihak di Libya berbicara satu sama lain. Komentar Longuet itu tampaknya merupakan perubahan signifikan dari posisi Perancis terkait konlik Libya meskipun Paris mengatakan, tujuannya tetap, yaitu agar Kolonel Moammar Khadafy menyerahkan kekuasaannya.

Perancis dan Inggris, berdasarkan madat PBB, telah memelopori serangan udara yang dipimpin NATO di Libya guna melindungi warga sipil. Perancis juga negara pertama yang memulai serangan udara terhadap pasukan yang setia kepada Khadafy. Setelah pengeboman lebih dari tiga bulan, para pemimpin internasional terjebak pada bagaimana mengakhiri perang itu. Saat ini, para  pemberontak mengusai sebagian besar wilayah timur Libya dan telah melonggarkan pengepungan mereka terhadap kota Misurata, tetapi tidak mampu membuat terobosan yang menentukan ke Tripoli, ibu kota Libya, meski NATO menyerang pasukan Khadafy.

Khadafy telah menolak seruan untuk menyerahkan kekuasaan di tengah gempuran serangan pemberontak yang bertujuan mengakhiri pemerintahannya yang telah berlangsung 41 tahun.

“Kami telah meminta mereka untuk berbicara satu sama lain,” kata Longuet, yang pemerintahnya sampai sekarang termasuk yang paling agresif di Libya, kepada televisi Perancis. “Posisi TNC (Dewan Transisi Nasional yang merupakan bentukan para pemberontak) sangat jauh dari posisi kubu Khadafy. Sekarang, ada kebutuhan untuk duduk di sekitar meja,” kata Longuet.

Para pemberontak telah berulang kali menuntut bahwa Pemimpin Libya itu harus mundur sebelum perundingan dimulai demi sebuah transisi politik. Namun, persyaratan itu berkali-kali pula telah ditolak para pendukung Khadafy.

Longuet menambahkan, “Kami (NATO) akan menghentikan pengeboman secepat Libya berbicara satu sama lain dan militer dari kedua pihak kembali ke barak mereka. Mereka sekarang dapat berbicara satu sama lain karena kami telah menunjukkan kepada mereka bahwa tidak ada solusi dengan kekuatan bersenjata.”

Diskusi antara kedua belah pihak telah terjadi di belakang layar selama berminggu-minggu, tetapi masa depan Khadafy telah menjadi batu sandungan utama. Pemberontak sejauh ini menolak untuk mengadakan pembicaraan selama Khadafy masih berkuasa, sikap yang hingga kini tidak ditentang secara terbuka oleh satu pun kekuatan NATO.

Longuet juga tampaknya meninggalkan pintu terbuka bagi Khadafy untuk tetap di Libya. Ketika ditanya apakah mungkin untuk mengadakan perundingan jika Khadafy tidak mundur, ia menjawab, “Dia akan berada di ruangan lain di dalam istananya, dengan status yang lain.”

Alain Juppe, Menteri Luar Negeri Perancis, mengatakan, tidak ada pembicaraan yang benar-benar bisa dimulai sampai ada gencatan senjata yang kredibel di bawah kontrol PBB.

Dalam menanggapi komentar Longuet, Departemen Luar Negeri AS menegaskan, Khadafy harus pergi.

Sementara itu, Saif Khadafy, putra Khadafy yang paling menonjol, mengklaim bahwa pemerintahan ayahnya sedang dalam pembicaraan dengan Pemerintah Perancis, bukan dengan pemberontak. Dalam sebuah wawancara dengan El Khabar, sebuah harian Aljazair, ia berkata, “Utusan kami untuk (Nicolas) Sarkozy mengatakan bahwa Presiden Prancis itu sangat jelas (dengan posisinya) dan mengatakan kepada utusan kami itu bahwa “Kami (Perancis) yang menciptakan dewan (pemberontak), dan tanpa dukungan, uang, dan senjata kami, dewan tidak akan pernah ada’.”

http://regional1.kompas.com/read/2011/07/11/09245310/pengeboman.Stop.jika.Libya.Berunding

.

NATO Serang Radar di Bandara Tripoli
|

BRUSSELS, KOMPAS.com — Sejumlah pesawat tempur NATO pada hari Senin (18/7/2011) menyerang sistem radar antena di bandara utama Tripoli yang digunakan oleh rezim Moammar Khadafy untuk melacak pesawat sekutu. Demikian disampikan aliansi militer itu.

“Antena itu, yang sebelumnya digunakan untuk pengawasan lalu lintas udara sipil, kini digunakan oleh pasukan pro-Khadafy untuk melacak aset udara NATO di wilayah udara Tripoli dan mengoordinasikan sistem peringatan dini pertahanan udara mereka,” kata NATO.

“Informasi ini diberikan kepada pasukan pro-Khadafy dengan tujuan mengoordinasikan operasi taktis mereka melawan aset udara NATO dan warga sipil Libya,” kata aliansi 28 negara itu dalam sebuah pernyataan. NATO juga mengatakan, antena itu hanya digunakan untuk tujuan militer.

Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret. Sebanyak 21 kapal NATO berpatroli aktif di Laut Tengah sebagai bagian dari penegakan embargo senjata terhadap Libya.

Aliansi 28 negara itu sejak 31 Maret juga memimpin serangan-serangan udara terhadap pasukan darat rezim Khadafy.

Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Khadafy, yang membuat Barat marah.

Selama beberapa waktu, hampir seluruh wilayah negara Afrika Utara itu terlepas dari kendali Khadafy setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, pasukan Khadafy kemudian dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.

Ratusan orang tewas dalam penumpasan oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.

Moammar Khadafy (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Ia bersikeras akan tetap berkuasa meski ditentang banyak pihak.

Jumat (15/7/2011), Khadafy mengatakan, pengakuan negara-negara Barat dan kawasan terhadap kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) tidak berarti. “Mengakui sejuta kali apa yang disebut Dewan Transisi Nasional, itu tidak berarti apa pun bagi rakyat Libya yang akan menginjak-injak keputusan kalian,” katanya dalam pesan kepada ribuan pendukungnya di Zliten, 150 kilometer sebelah timur Tripoli.

Ia menyampaikan hal itu setelah pertemuan negara-negara Barat dan kawasan di Istanbul mendukung pemberontak dengan menganggap mereka sebagai penguasa sah Libya, sebuah langkah yang memberi mereka akses untuk memperoleh dana vital.

Sejumlah negara yang telah mengakui NTC sebagai perwakilan sah rakyat Libya adalah Turki, Uni Emirat Arab (UAE), Australia, Inggris, Perancis, Jerman, Gambia, Italia, Jordania, Malta, Qatar, Senegal, Spanyol, dan AS.

Dewan itu, yang mengatur permasalahan kawasan timur yang dikuasai pemberontak, melobi keras pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan yang berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel pemimpin Libya Moammar Khadafy.

Negara-negara besar yang dipelopori AS, Perancis, dan Inggris membantu mengucilkan Khadafy dan memutuskan aliran dana dan pasokan senjata bagi pemerintahnya, sambil mendukung dewan pemberontak dengan tawaran-tawaran bantuan.

http://regional1.kompas.com/read/2011/07/19/03094699/NATO.Serang.Radar.di.Bandara.Tripoli

.

NATO Serang Kompleks Gaddafi di Tripoli

Jet-jet tempur NATO meluncurkan serangan udara yang menargetkan kompleks pemimpin Libya Muammar Gaddafi di Tripoli, di tengah upaya pejuang revolusioner untuk mengamankan Bab al-Aziziyah.

Sumber revolusioner mengatakan kepada televisi al-Arabiya bahwa pasukan NATO melancarkan serangan udara terhadap kompleks Gaddafi pada Selasa pagi (23/8).

Ledakan dan tembakan berat terdengar dari luar kompleks, di mana kekuatan revolusioner telah ditempatkan selama berjam-jam.

Koresponden Press TV di Tripoli melaporkan bahwa rumah sakit di kota itu sedang dibanjiri para korban, tetapi belum ada angka pasti untuk jumlah korban tewas dan terluka.

Pejuang revolusioner Libya menyapu jantung Tripoli pada Senin pagi dan menguasai sebagian besar kota tanpa menghadapi perlawanan yang signifikan dari kekuatan rezim.

Pasukan Gaddafi masih menguasai daerah kecil ibukota, termasuk jalan-jalan di sekitar Hotel Rixos, di mana banyak wartawan Barat menginap.

http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=35578:nato-serang-kompleks-gaddafi-di-tripoli&catid=17:berita3&Itemid=18

.

 

Kelompok pemberontak Libia minta dukungan NATO diteruskan
29 Agustus 2011 – 17:54 WIB

 

Dewan Transisi Nasiona Libial, NTC, meminta agar NATO meneruskan dukungan militer karena Kolonel Muammar Gaddafi tetap merupakan ancaman di dalam maupun di luar Libia.

“Perlawanan Gaddafi atas pasukan koalisi masih merupakan bahaya, tidak hanya untuk Libia tapi juga untuk dunia. Itulah sebabnya kami meminta agar koalisi meneruskan dukungannya,” tutur Ketua NTC, Mustafa Abdel Jalil.

Hal itu diungkapkan Mustafa Abdel Jalil dalam pertemuan para menteri pertahanan negara-negara yang terlibat di Libia yang digelar di Doha, Qatar. Sebanyak 15 negara -termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Italia- ikut serta dalam pertemuan tersebut.

Abdel Jalil juga memuji peran yang dimainkan NATO dalam membantu kelompok pemberontak.

“Tanpa dukungan NATO, pemberontak tidak akan berada di mana saat ini mereka berada,” tambahnya.

Hingga saat ini keberadaan Gaddafi masih belum diketahui dan kelompok pemberontak menyatakan bahwa kemenangan baru tercapai jika dia ditemukan, hidup atau mati.

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/08/110829_libia.shtml

.

Pemberontak Libya Minta Dukungan NATO
Tribunnews.com – Senin, 29 Agustus 2011 19:25 WIB

 

TRIBUNNEWS.COM, DOHA – Dewan Transisi Nasiona Libya, NTC, meminta agar NATO meneruskan dukungan militernya, karena Kolonel Muammar Khadafi tetap merupakan ancaman di dalam maupun di luar Libya.

“Perlawanan Khadafi atas pasukan koalisi masih merupakan bahaya, tidak hanya untuk Libya tapi juga untuk dunia. Itulah sebabnya kami meminta agar koalisi meneruskan dukungannya,” tutur Ketua NTC, Mustafa Abdel Jalil, seperti dikutip BBC.

Hal itu diungkapkan Mustafa Abdel Jalil dalam pertemuan para menteri pertahanan negara-negara yang terlibat di Libya yang digelar di Doha, Qatar. Sebanyak 15 negara -termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Italia- ikut serta dalam pertemuan tersebut.

Abdel Jalil juga memuji peran yang dimainkan NATO dalam membantu kelompok pemberontak. “Tanpa dukungan NATO, pemberontak tidak akan berada di mana saat ini mereka berada,” tambahnya.

Hingga saat ini keberadaan Khadafi masih belum diketahui, dan kelompok pemberontak menyatakan bahwa kemenangan baru tercapai jika dia ditemukan, hidup atau mati.

Sementara itu Komandan Operasi Bersama NATO, Laksamana Samuel Locklear dari Amerika Serikat, berjanji akan meneruskan mandat hingga tanggal 27 September. “Kami yakin rezim Khadafi sudah hampir ambruk, dan kami berkomitmen untuk melihat operasi ini berlangsung sampai akhir,” tuturnya seperti dikutip kantor berita Reuters.

Namun dia menambahkan bahwa masa depan di NATO di Libya masih belum pasti. “Mandat PBB adalah sampai tanggal 27 September dan peran NATO baru akan jelas ketika waktunya mendekat,” tambahnya.

Hingga saat ini serangan udara NATO sudah menghancurkan sekitar 5.000 sasaran militer di Libya. Hari Minggu (28/08/2011) jurubicara NATO di Brussel mengatakan pesawat tempur NATO melancarkan serangan di Sirte, kota kelahiran Muammar Khadafi.

Koalisi internasional untuk Operasi Perlindungan Bersatu di Libya didasarkan pada mandat PBB yang membolehkan serangan udara untuk melindungi warga sipil, yang memulai perlawanan atas Khadafi sejak Februari tahun ini.

http://www.tribunnews.com/2011/08/29/pemberontak-libya-minta-dukungan-nato

.

Metrotvnews.com, Sirte: Pasukan Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya, didukung pesawat tempur NATO menyerang Sirte, salah satu basis pertahanan Moammar Khadafi, Sabtu (24/9). Namun mereka mendapatkan perlawanan sengit dari para penembak jitu loyalis Khadafi.

Pasukan NTC menyerbu Zafran Square yang berada sekitar satu kilometer dari pusat kota Sirte, kota kelahiran Khadafi. Bunyi tembakan terus terdengar saat pasukan NTC bergerak menuju kawasan tersebut. Pasukan NTC yang membawa tank dan truk-truk berisi senapan mesin, juga bergerak dari arah selatan Sirte. Namun sepanjang perjalanan menuju Sirte, mereka terus mendapat serangan dari para penembak jitu loyalis Khadafi dari atap bangunan.

Sejumlah tentara NTC mengatakan, mereka telah diperintahkan untuk menunda serangan ke pusat kota karena kemungkinan juga akan adanya serangan pasukan NATO ke wilayah itu. Pertempuran antara pasukan anti-Khadafi melawan pro-Khadafi juga berlangsung di sebelah barat kota Sirte.(DSY)

http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/09/24/136573/Pasukan-NTC-dan-NATO-Serang-Sirte-

.

NATO Bom Kampung Halaman Qaddafi, Sirte, saat Oposisi Masuk Menyisir Kota
Senin, 26 September 2011 10:34 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Pasukan pemberontak terus menggali area Sirte, sehari setelah menumpuk serangan agresif di tempat kelahiran mantan pemimpin mereka, Moamar Qaddafi. Operasi itu didukung dengan serangan udara NATO di kota tersebut.

Tujuh tentara pemberontak terbunuh pada Ahad (25/9) dan lebih dari 150 orang terluka dalam pertempuran memakan waktu cukup lama di pinggir kota sebelum akhirnya mereda. Pada post pertolongan darurat dekat garis depan, sejumlah tentara yang terluka oleh penembak jitu dan pecahan granat atau morter terus mengalir berdatangan.

“Para komandan kami meminta untuk tidak maju,” ujar seorang pemberontak Abdul Salam Awlaysh, yang bertugas di Brigade Khatten. “Kami tahu di sana masih ada warga sipil,” imbuhnya seraya menerangkan bahwa evakuasi rakyat sipil adalah tanggung jawab oposisi.

Para pasukan dibawah Dewan Transisi Nasional (NTC) menyerbu ke Sirte pada Sabtu dalam tiga serangan berbeda. Lewat serangan tersebut NTC berhasil merebut sebuah bangunan dan jalanan utama yang dikuasai oleh TV dan Radio negara.

Ribuan pejuang NTC telah ditempatkan di luar kota, sekitar 400 kilometer tenggara dari Tripoli selama berpekan-pekan sebelumnya. Namun kini mereka bertempur untuk membuka jalan.

Kondisi kehidupan di Sirte dilaporkan dalam tingkat menyedihkan dan membuat putus asa dan kekurangan berbagai sumber daya. “Tidak ada makanan, listrik, tidak ada apa-apa,” ujar seorang guru ekonomi yang tinggal di kota tersebut, Abdul Nasser Sadiq.

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/09/26/ls41ws-nato-bom-kampung-halaman-qaddafi-sirte-saat-oposisi-masuk-menyisir-kota

.

Detik-detik Tewasnya Muammar Khadafi
Saat diseret dari pipa drainase, Khadafi masih bernyawa. Tapi kemudian ia tewas.
Jum’at, 21 Oktober 2011, 08:54 WIB

VIVAnews – Spekulasi yang menyatakan Muammar Khadafi lari keluar negeri, terbukti omong kosong. Mantan penguasa Libya itu membuktikan ucapannya: tak akan menyerah dan memilih mati di tanah airnya sendiri.

Penyerbuan tentara Transisi Nasional Libya (NTC) yang didukung NATO di kota kelahirannya, Sirte, mengakhiri hidup Khadafi. Rekaman video dan keterangan saksi mata mengungkap kisah dramatis akhir hidup sang Singa Afrika.

Berikut tiga bagian kronologi tewasnya Khadafi:

Serangan udara

Sesaat sebelum salat subuh, Kamis 20 Oktober 2011 waktu Libya, Khadafi dikelilingi beberapa lusin pengawal setianya, termasuk komandan angkatan bersenjatanya, Abu Bakar Jabr Younus, pergi ke luar Sirte.

Khadafi menuju wilayah barat. Dia dikawal konvoi 15 truk bersenjata. Namun, ia tak sampai pergi jauh. NATO mengatakan, salah satu pesawatnya memergoki dan menyerang konvoi itu sekitar pukul 08.30 waktu setempat.

Gerald Longuet, Menteri Pertahanan Prancis, belakangan mengkonfirmasi, serangan udara yang menyebabkan 15 truk hancur lebur dan menewaskan 50 pengikut loyal Khadafi itu dilakukan oleh angkatan udara Prancis.

Namun, serangan tersebut tak menewaskan Khadafi. Bersama segelintir anak buahnya, ia menyelamatkan diri dan terlihat berlari di antara pepohonan menuju jalan utama. Khadafi lalu bersembunyi di dua pipa drainase besar.

Penangkapan Khadafi

Khadafi dan para pengawalnya mencoba melarikan diri dari kejaran tentara NTC. Namun, mereka berhasil dipergoki.

“Salah satu orang Khadafi keluar dari persembunyian sambil melambaikan senapannya dan berteriak menyerah. Namun, saat ia melihat wajahku, ia justru melepaskan tembakan,” kata salah satu tentara NTC, Saleem Baker, kepada Reuters.

Diduga, Khadafi meminta mereka berhenti menembak. “Tuan saya di sini, tuan saya ada di sini. Muammar Khadafi ada di sini dan dia terluka,” kata Bakeer menirukan ucapan seorang anak buah Khadafi.

Tentara NTC lalu masuk ke dalam pipa dan menyeret Khadafi keluar. Khadafi yang terluka hanya berkata lirih, “Ada apa? Ada apa? Apa yang terjadi?” Tentara NTC lalu membawa Khadafi ke mobil.

Saat tertangkap, kaki Khadafi tertembak, juga punggungnya. Menurut versi Bakeer dan tentara lain, penguasa Libya berusia 42 tahun itu tertembak oleh orangnya sendiri. “Salah satu pengawal Khadafi menembaknya di dada,” kata Omran Jouma Shawan.

Video amatir yang diunggah ke YouTube menguatkan keterangan bahwa Khadafi ditangkap hidup-hidup. Dalam video, Khadafi yang berdarah-darah dan limbung dipapah dua tentara NTC. Sementara itu, tentara pemberontak lainnya berusaha memegang dia sambil berteriak, “Allahu Akbar”. Semua pengawal Khadafi tewas.

Saat terakhir Khadafi

Setelah ditangkap, Khadafi ditempatkan di mobil yang lalu melaju ke Kota Misrata. Para saksi mata mengatakan, ia meninggal akibat luka-lukanya itu.

Meski demikian, Perdana Menteri Libya sementara, Mahmoud Jibril, dalam konperensi pers mengatakan luka Khadafi tidak parah saat dibaringkan di dalam mobil. Namun, ia tewas terbunuh saat baku tembak kembali pecah.

“Khadafi dibawa dari pipa drainase, ia tidak melawan. Saat itu ia telah tertembak di bagian lengan kanan. Tak ada luka lain di tubuhnya.”

Saat mobil bergerak, ia terjebak dalam baku tembak antara tentara revolusioner dan loyalis Khadafi dan tertembak di bagian kepala. “Dokter forensik tak bisa mengungkap, apakah peluru berasal dari tentara revolusioner atau tentara Khadafi.”

Jibril mengatakan, Khadafi tewas beberapa menit sebelum mencapai rumah sakit.

Video amatir lain yang diduga diambil seorang pejuang NTC menunjukkan tubuh Khadafi yang sudah tak bernyawa diseret dan dibaringkan di lantai. Para pejuang kelompok pemberontak yang melihatnya, bersorak-sorai.

Mayatnya kemudian dimuat ke truk dan dibawa ke sebuah lokasi yang dirahasiakan. “Kami membawa tubuh Khadafi ke tempat rahasia demi alasan keamanan,” kata Mohamed Abdel Kafi, seorang pejabat NTC di kota Misrata. (Sumber: Al Jazeera | kd)

http://dunia.vivanews.com/news/read/257571-detik-detik-tewasnya-moammar-khadafi

.

wallahu a’lam.