Pidato Heboh KH Hasyim Muzadi

Pidato K.H. Hasyim Muzadi Yang Menghebohkan

Baru-baru ini beredar pidato menghebohkan dari mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi melalui pesan berantai BlackBerry Messenger (BBM) dan media sosial.

Bagi umat Muslim yang komitmen dengan syariat Islam, pidato Hasyim Muzadi itu adalah pidato yang brilian dan patut mendapat acungan jempol. Namun, bagi kalangan liberal dan pihak-pihak yang “memusuhi” Islam, pidato itu dianggap “radikal.”

Seperti apa pidato yang menghebohkan itu? Berikut isi pidato Hasyim Muzadi yang juga Presiden WCRP (World Conference on Religions for Peace) dan Sekjen ICIS (International Conference for Islamic Scholars) tentang tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia oleh Sidang PBB di Jeneva :

KH. Hasyim Muzadi, Presiden WCRP (World Conference on Religions for Peace) & Sekjen ICIS (International Conference for Islamic Scholars) & Mantan Ketum PBNU  ttg tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia oleh Sidang PBB di Jeneva :

“Selaku Presiden WCRP dan Sekjen ICIS, saya sangat menyayangkan tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti krn laporan dr dlm negeri Indonesia. Slm berkeliling dunia, saya blm menemukan negara muslim mana pun yg setoleran Indonesia.

Klau yg dipakai ukuran adl masalah AHMADIYAH, memang krn Ahmadiyah menyimpang dr pokok ajaran Islam, namun sll menggunakan stempel Islam dan berorientasi Politik Barat. Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tdk dipersoalkan oleh umat Islam.

Kalau yg jadi ukuran adl GKI YASMIN Bogor, saya berkali-kali kesana, namun tampaknya mereka tdk ingin selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional & dunia utk kepentingan lain drpd masalahnya selesai.

Kalau ukurannya PENDIRIAN GEREJA, faktornya adl lingkungan. Di Jawa pendirian gereja sulit, tp di Kupang (Batuplat) pendirian masjid jg sangat sulit. Belum lagi pendirian masjid di Papua. ICIS selalu mlkkan mediasi.

Kalau ukurannya LADY GAGA & IRSHAD MANJI, bangsa mana yg ingin tata nilainya dirusak, kecuali mrk yg ingn menjual bangsanya sendiri utk kebanggaan Intelektualisme Kosong ?

Kalau ukurannya HAM, lalu di iPapua knp TNI / Polri / Imam Masjid berguguran tdk ada yg bicara HAM ?Indonesia lbh baik toleransinya dr Swiss yg sampai skrg tdk memperbolehkan Menara Masjid, lebih baik dr Perancis yg masih mempersoalkan Jilbab, lbh baik dr Denmark, Swedia dan Norwegia, yg tdk menghormati agama, krn disana ada UU Perkawiman Sejenis. Agama mana yg memperkenankan perkawinan sejenis ?!

Akhir’a kmbl kpd bngsa Indonesia, kaum muslimin sendiri yg hrs sadar dan tegas, membedakan mana HAM yg benar (humanisme) dan mana yg sekedar Weternisme”.

Sumber: http://www.tribunnews.com/2012/06/04/pidato-hasyim-muzadi-yang-menghebohkan-beredar-luas
http://www.bersamadakwah.com/2012/06/inilah-isi-pidato-kh-hasyim-muzadi-yang.html

.

Berikut sebuah komentar yang saya sangat setuju dengan isinya. Saya ambil dari sumber tercantum di bawah,

PIDATO KH. HASYIM MUZADI HEBOH?

Pada tahun 2005 (kalau salah tidak salah), ketika itu saya masih tercatat sebagai salah seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang sedang berada di luar negeri. Kami sebagai warga Indonesia pada tahun itu kedatangan beberapa rombongan tamu dari tanah air, dan salah seorang dari tamu tersebut adalah KH. Hasyim Muzadi. Sebagaimana tamu-tamu lain yang berkunjung ke negara tersebut, baik presiden, anggota DPR, menteri, atlit olahraga, seniman ataupun lainnya, selalu mengadakan pertemuan atau silaturrahim dengan WNI, demikian juga halnya dengan KH. Hasyim Muzadi beserta rombongan. Silaturrahim dilaksanakan pada malam hari setelah shalat Isya di Aula Budaya Nusantara KBRI. Itulah pertama kali saya bertemu langsung dan bersalaman dengan KH. Hasyim Muzadi, dan keesokan harinya saya dan beberapa rekan menyempatkan diri sarapan pagi bersama beliau di hotel tempat beliau menginap.

Dalam acara silaturrahim tersebut, KH. Hasyim Muzadi memaparkan kondisi bangsa Indonesia pada saat itu. Beliau menilai bahwa euforia reformasi yang terjadi sejak tahun 1998 telah membawa Indonesia kepada kondisi yang tidak sehat. Beliau mengibaratkan Indonesia pada masa kepemimpinan presiden Soeharto sebagai sebuah rumah yang pengap, panas, tidak nyaman serta tidak sehat. Hal tersebut terjadi karena seluruh jendela, ventilasi, serta pintu-pintu ditutup rapat-rapat sedemikian rupa. Kondisi tersebut membuat penghuninya (masyarakat Indonesia) memberontak sehingga terjadilah reformasi pada Mei 1998. Euforia reformasi menurut beliau ternyata dinikmati secara berlebihan oleh rakyat Indonesia, ibarat rumah yang tadinya tertutup pada zaman Soeharto, maka pada zaman reformasi ini seluruh jendela, ventilasi, pintu-pintu dibuka selebar-lebarnya, bahkan sebagian penghuni yang lain berusaha menghancurkan tembok, atap serta sekat-sekat lainnya. Lalu apa yang terjadi? Rumah tersebut ternyata tidak semakin nyaman, bahkan tidak lebih baik dari pada sebelumnya. Penghuninya mulai tidak sehat karena terlalu banyak angin, debu, nyamuk, yang masuk tanpa ada halangan sedikitpun. Rumah tersebut telah dirusak oleh sebagian penghuninya sendiri menurut beliau. Itu sebagian isi ceramah yang disampaikan oleh KH. Hasyim Muzadi dalam acara tersebut terkait dengan kondisi Indonesia pada saat itu. Ceramah tersebut disampaikan dengan sangat-sangat menarik, runtut, mudah dipahami, dengan bahasa yang sederhana, sesekali diselingi dengan gurauan, serta menampak sisi intelektualitas dan ke’ulamaan’ seorang KH. Hasyim Muzadi.

Hari ini, ketika saya membuka laman facebook, saya mendapat kiriman berupa tautan yang berisi sebuah berita dengan judul “Pidato Hasyim Muzadi yang Menghebohkan Beredar Luas”. Merasa penasaran saya coba mengikuti tautan tersebut, saya baca dan saya pahami isi pidato beliau. Isi pidato tersebut mengingatkan saya kepada apa yang beliau sampaikan 7 tahun yang lalu tentang kondisi Indonesia di hadapan kami WNI di KBRI, yaitu sebuah pidato yang menarik, runtut, mudah dipahami, dengan bahasa yang sederhana, bermutu, serta menampak sisi intelektualitas dan ke’ulamaan’ seorang KH. Hasyim Muzadi. Perbedaannya adalah, ceramah 7 tahun yang lalu disampaikan di hadapan segelintir WNI, sedangkan pidato kali ini ditujukan ke seluruh rakyat Indonesia untuk menjadi renungan bersama atas kondisi negeri yang tercinta ini.

Menurut saya, isi pidato tersebut menggambarkan sebuah kondisi yang sesungguhnya yang sedang terjadi di Indonesia, terutama menyangkut isu intoleransi, apalagi disampaikan oleh seorang yang memang berkecimpung dalam masalah tersebut. Sebagai presiden WCRP (World Conference on Religions for Peace) & Sekjen ICIS (International Conference for Islamic Scholars), tentu beliau paham betul tentang apa yang sebenarnya terjadi, ditambah lagi pengalaman beliau berinteraksi dengan berbagai masyarakat internasional lainnya. Terkait dengan adanya indikasi laporan dari dalam negeri tentang intoleransi di Indonesia, menurut analisa saya inilah yang beliau maksudkan 7 tahun yang lalu bahwa diantara penghuni rumah (rakyat Indonesia) ada yang berusaha untuk menghancurkan dinding serta atap rumahnya sendiri, sehingga dengan mudah akan masuk ‘nyamuk-nyamuk’ asing dengan dalih kebebasan dan HAM.

Hal yang penting menurut saya setelah membaca pidato KH. Hasyim Muzadi adalah, kita sebagai bangsa Indonesia harus berani menentukan sikap, apakah kita akan mengikuti paham humanisme seperti yang dianut Gandhi atau paham Weternisme. Jika kita menganut paham humanisme seperti yang dianut Gandhi, maka kita harus bangga dengan bangsa dan budaya kita sebagai sebuah bangsa yang berdaulat dengan ciri-ciri dan karakter yang mungkin tidak selalu sejalan dengan bangsa lain. Namun, jika Westernisme yang kita anut, jadilah kita bangsa pengekor yang tidak memiliki jati diri, karena menganggap benar segala hal yang datang dari orang lain khususnya Barat, walaupun bertentangan dengan budaya dan jati diri sendiri. Kalau hal ini yang menjadi pilihan kita, maka ada baiknya kita ingat kembali wasiat Bung Karno tentang harga diri suatu bangsa yang akan diperoleh dengan tiga faktor, yaitu: 1. Berdikari dalam bidang ekonomi, 2. Berdaulat dalam bidang politik, dan 3. Berkepribadian dalam bidang budaya.

Satu hal yang menggembirakan menurut saya dan merupakan bagian dari pidato KH. Hasyim Muzadi adalah, sampai saat ini Indonesia menurut beliau masih tercatat sebagai negara Muslim yang paling toleran jika dibandingkan dengan negara-negara lain, walaupun terdapat beberapa masalah dalam negeri terkait masalah ini. Selain itu, ternyata pidato beliau juga direspon positif oleh kurang lebih 402 komentator (baru beberapa jam setelah dipublish), bahkan diantaranya komentator menulis “…………………….ibarat setitik air di saat musim kemarau……. legaaaa saya membacanya, masih ada orang yg seperti bapak, jernih berpikir”. Walaupun ada yang menanggapinya dengan sinis, bahkan menganggap sebagai sebuah pencitraan menghadapi 2014, menurut saya sebuah penilaian yang berlebihan……………

Akhirnya, saya berharap akan muncul lebih banyak lagi tokoh-tokoh dan pemimpin-pemimpin yang berani mengatakan apa adanya tentang apa yang terjadi di Indonesia untuk kebaikan bangsa ini ke depan, bukan sebaliknya, menjual bangsa ini kepada orang lain sekedar untuk mendapatkan keuntungan materi maupun kedudukan semata, dengan kata lain menjadi komprador asing di negeri sendiri…….

Sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/05/pidato-kh-hasyim-muzadi-heboh/