Kisah Mualaf Berjuang Mempertahankan Iman
KISAH CINTA SEJATI WANITA MUALAF BERJUANG MEMPERTAHANKAN IMAN
Sebelum mulai, izinkan aku mohon maaf bila ada pihak tak berkenan terutama keluargaku. Untuk itu nama dan tempat disamarkan. Aku ucapkan terimakasih untuk Retno (samaran) mahasiswi Universitas T yang telah sudi menulis.
Semoga menginspirasi pembaca atau menguatkan orang yang mengalami seperti aku. Allah limpahkan rahmat dan Hidayah-NYa pada kita, amiin!.
Profile
Panggil aku Mawar usia 30-an lahir di kota P, pulau di seberang pulau Jawa sebagai bungsu dari 4 bersaudara. Kami keluarga Cina generasi ke-4 imigran ke Indonesia. Kakek buyut pendatang dari negeri jauh di utara pada awal abad 20. Menurut cerita, kakek buyut berjualan kebutuhan pokok gula, garam beras dll, keluar-masuk kampong dengan pikulan. Bisnis keluarga berkembang pesat setelah pemerintah menggalakkan usaha yang dilakukan bangsa sendiri (pribumi). Saat itu ada istilah Ali-Baba. Ali panggilan pribumi dan Baba / pebisnis Cina. Pengusaha pribumi diberi kemudahan izin usaha bahkan izin impor, tapi umumnya kesulitan modal. Sementara banyak etnis Cina modalnya kuat membeli izin usaha dari pribumi, sehingga memudahkan bisnis expor-impor ke Singapura, Malaysia dan Hongkong yang dikuasai etnis kami. Bisnis keluarga makin besar, merambah semua bidang; pertambangan, emas, perkebunan dan lainnya. Kekayaan keluarga kami diatas rata-rata orang kaya Indonesia, above than ordinary rich.
Harta keluarga amat melimpah hingga orangtua cemas seandainya kami sekeluarga (tiba-tiba) mati dan tidak ada yang mengurus harta kami. Untuk itu kami sekeluarga tidak pernah melakukan perjalanan pesawat bersama-sama. Bila liburan bersama, biasanya kami dibagi 2-3 flight. Papa-mama satu pesawat sisanya dibagi 2 flight. Sehingga bila terjadi musibah, ada anggota keluarga yang tetap melanjutkan bisnis.
Aku bercerita tentang keluarga sebab sangat terkait dengan kisah selanjutnya.
Papa lahir dan dibesarkan di kota P. Setelah lulus SMA studi bisnis di negeri H (Hongkong). Begitu kembali papa menjadi businessman handal, banyak relasinya di berbagai negara. Papa rendah-hati, pendiam, bicara terukur dan seperlunya serta jarang marah. Mama dari pulau lain yang menjadi karyawati perusahaan kakek sebelum bertemu papa. Mama orangnya keras, pintar, lincah, banyak pergaulan hingga kadang kami fikir, papa sepertinya takluk pada mama.
Banyak kebijakan perusahaan berasal dari ide mama dan selalu sukses. Keduanya memang pasangan serasi dan saling mengisi.
Mengenal Islam
Masa kecilku penuh kebahagiaan. Dari SD hingga SMA aku sekolah swasta terkemuka, siswanya banyak anak bupati, gubernur atau pejabat. Aku pun berbaur tanpa memandang golongan, agama dan ras. Kadang aku diundang ke rumah mereka (anak bupati/gubernur) sehingga kenal dekat keluarganya dan kelak bermanfaat buat perusahaan kami.
Di sekolahku ada pelajaran agama untuk setiap pemeluknya. Jika ada pelajaran agama tertentu, penganut agama lain diizinkan keluar, tetapi boleh juga tinggal. Misalnya ada pelajaran Islam, aku lebih suka tinggal di kelas mendengarkan apa yang diajarkan.
Aku non-Muslim, setiap minggu ke tempat ibadah kami, tetapi aku lebih tertarik dengan Islam. Ada semacam panggilan dari hati paling dalam, Awalnya kupikir hanya perasaan ingin-tahu. Tapi setiap mendengar adzan, hati aku selalu bergetar.
Rumah kami sangat besar. Sering aku sendirian, orangtua sibuk di Jakarta dan hanya beberapa hari di rumah dalam sebulan. Kakak-kakakku masih kuliah di LN, sehingga rumah dengan 6 kamar besar, hanya dihuni aku sendiri. Pembantu, sopir dan satpam tinggal di pavilion terpisah dengan rumah induk. Di kesunyian hati, aku merasa sejuk setiap mendengar ayat Quran yang kadang tidak sengaja aku dengarkan di TV.
Aku makin tertarik dengan pelajaran Islam. Melihat ibu guru mengenakan kerudung dan wajah bersih bersinar membuat hati merasa sejuk. Dengan melihat wajah ibu guru saja, aku merasakan damai. Tanpa sadar akupun mencatat apa yang diajarkan, aku hapal ayat-ayat pendek. Semua terjadi begitu saja dan tak bisa dicegah. Pernah ibu guru menghampiri aku yang secara refleks sedang mencatat pelajaran tentang HAJI di papan tulis.
Beliau tahu aku non-muslim. Begitu mendekati tempat duduk aku. Jantung berdebar keras membayangkan diusir dari kelas. Ternyata hanya tersenyum ramah melihat catatanku. “Insya Allah kelak Mawar bersama ibu melaksanakan ibadah Haji ya….”
Hubunganku dengan Ibu Aisyah (samaran) makin akrab, aku tidak sabar menanti hari pelajarannya. Hubungan itu bagai anak dan ibu. Meski aku juga tetap mengikuti pelajaran agamaku, tapi lebih banyak melamun bahkan tidak mencatat sama sekali.
Sebagai gadis remaja tinggi 160 cm sedang mekar dan giat cari pacar. Banyak komentar teman; tubuhku indah, proporsional, wajah oriental dan akan banyak menarik perhatian laki. Tapi saat itu aku tak tertarik dengan pria seetnis. Sebaliknya setiap Jumat aku suka melihat siswa muslim ibadah shalat Jumat, hati langsung bergetar membayangkan andai salah satunya mau jadi pacarku. Dengan wajah bersih bersinar, basah tetesan air wudhu, melangkah ke masjid di seberang sekolah Ah…! Indahnya membayangkan wajah-wajah tersebut.
Aku tahu diri, mana ada pribumi yang mau menjadi pacarku. Banyak yang masih membedakan ras. Pacaran dengan cina dianggap memalukan dan menjadi cemohan.
Aku pernah berpacaran dengan anak bupati. Dia memutuskan hubungan hanya karena ayahnya calon Gubernur yang tidak mau anggota keluarga bisa menghambat pencalonan, seperti anaknya berpacaran dengan cina. Alasannya sangat mengada-ada tapi aku sadar; orangtuanya tentu tidak rela anaknya berhubungan terlalu jauh denganku yang juga beda agama.
Tapi hatiku sudah bulat kelak punya suami pribumi bahkan bersedia masuk Islam. Keputusan ini kelak membawa hidupku melewati perjalanan penuh ujian dan cobaan.
Studi ke Australia dan Amerika
Lulus SMA aku study ke Aussie (Australia) dan Amerika mengikuti 2 kakakku. Tak banyak yang perlu diceritakan. Hampir 5 tahun kemudian aku kembali dengan gelar Master dan mengabdi untuk bisnis keluarga. Dalam waktu singkat profit perusahaan meningkat pesat, terus membesar – merambah banyak sektor bisnis. Aku punya akses ke para elite daerah, karena semasa sekolah aku sudah mengenal keluarganya. Semua urusan perizinan aku selesaikan dengan mudah.
Aku masih single di pertengahan usia 20-an. Banyak pria berusaha mendekatiku, dari pengusaha muda sukses hingga pemilik perusahaan besar. Namun hatiku tidak bergetar sama sekali. Mencari suami itu mudah tapi aku ingin mencari soulmate.
Romantisme dalam Islam
Suatu hari kantor mendapat staf baru dari kantor cabang di Jawa, 3 tahun lebih tua dariku, wajah bersih dan etnis Jawa. Tutur-kata lembut, sopan, tinggi proporsional dan ahhh…! Ini dia. Dia muslim taat. Wanita sekantor tidak habisnya membicarakan dan berlomba mendapatkan perhatiannya. Menurut laporan – dia amat rajin, jujur, berprestasi hingga dipromosikan ke posisi lebih tinggi dan satu divisi denganku.
Awalnya aku jaga image sebagai anak Big Boss. Lama-lama hati enggak bisa bohong,..sedikit demi sedikit namun pasti…aku jatuh cinta. Suatu saat kami semobil dari kantor gubernur. Tiba-tiba dia meminta izin shalat Ashar di Masjid Raya. Dari dalam mobil, kucermati ia berwudhu, melangkah ke masjid, shalat…Ahhh!. Andai saja aku kelak bisa mengikuti di belakangnya.
Awalnya kami memanggil secara formal ‘Pak’ dan ‘Ibu’. Tapi lama-lama secara tak sengaja aku memanggil “Mas” karena aku sering melihat orang Jawa memanggil yang lebih tua, suami atau kakak dengan sebutan “Mas”. Dia rikuh, tetapi lama-kelamaan terbiasa. Tapi itu aku lakukan bila hanya berdua, tidak di kantor. Aku meminta dipanggil ‘Dik’ bukan ‘Ibu Mawar.’
Seperti pepatah Jawa, “Witing tresno jalaran kulino” terjemahan bebas “Cinta tumbuh karena terbiasa selalu bersama.” Bayangkan bagaimana awal cinta kami!!!
Kami duduk di belakang sopir mobilku. Awalnya membahas berkas kerja, kadang tidak sengaja tangan kami bersentuhan. Dia secara sopan segera menarik tangannya dan minta maaf. Ahh!…sebal rasanya. Padahal aku yang menginginkan. Tapi itu tidak berlangsung lama, Akhirnya dia takluk. Aku biarkan tangannya memegang berkas lalu aku pura-pura membahas sambil tanganku menyentuh jari dan tangannya. Aku tidak pandai pura-pura. Dengan berani kugenggam jemarinya, lama-lama dia (sebut saja Mas Fariz) merespon, menggenggam tanganku…ahh!…!
Sering aku pura-pura minta supir kembali dari suatu tempat, seolah ada yang tertinggal … padahal hanya ingin berlama-lama dengan dia.
Suatu saat aku pura-pura ketinggalan sesuatu, meminta sopir ke rumah. Begitu memasuki rumah orangtuaku, wajah Mas Fariz pucat. Dia gugup karena khawatir papa (Big Boss) marah jika mengetahui pada jam kerja mampir ke rumahnya. Aku bilang tidak perlu takut, bukankah anak Big Boss yang membawanya.
Setahun berlalu. Hubungan kami semakin erat tapi dia belum menyatakan cinta. Mungkin takut ditolak apalagi beda agama. Hingga suatu saat dia menelpon mengajak bertemu di restoran luar kota. Dia meminta datang sendirian tanpa sopir.
Di restoran itu dia menyatakan cinta…langsung saja kuterima. Kukatakan aku bersedia memeluk Islam dan sejak lama ingin masuk Islam, jadi mas Fariz semoga menjadi pembimbingku. Airmatanya meleleh. Seumur hidup baru kali ini seorang pria berlinangan airmata karena aku. Aku tidak kuasa menahan airmata dan yakin mendapatkan ‘Soulmate.’
Di kantor kami bekerja seperti biasa. Tapi di luar kantor kami sepasang kekasih. Dia mengajari shalat dan sedikit doa. Dia memang lelaki taat, menjaga kesopanan dan tidak pernah melewati batas. Sehingga kadang aku yang menggoda, namun dia selalu bilang, sabar!…tunggu waktunya. Seribu kali sayang, serapat apapun ditutupi, sedikit demi sedikit bocor juga rahasia kami hingga papa tahu …………….
Tentangan Keluarga
Suatu hari tiba-tiba papa datang ke ruangan aku, padahal amat sangat jarang terjadi, jika ada keperluan biasanya aku dipanggil. Mulanya papa tidak menanyakan hubungan aku dengan mas Fariz, tetapi sedikit demi sedikit topiknya mengarah kesana. Akhirnya papa menanyakan kebenaran hubungan itu. Aku tidak sanggup menjawab, wajah aku tertunduk. Papa menatap dan menunggu jawaban aku.
Aku tidak sanggup berbohong atau menyangkal, sebaliknya jika bilang “iya” aku khawatirkan karir Mas Fariz. Aku hanya bisa menangis … Esoknya, Mas Fariz tidak hadir, dia dipindahkan ke Jawa. Akupun kehilangan kontak.
Seminggu kemudian mas Fariz bercerita di telpon bahwa setelah papa menemuiku, dia langsung menemuinya. Esok paginya dia harus kembali ke kantor lama. Keadaan semakin parah, setiap karyawan di kantornya sudah tahu hubungan kami. Banyak tuduhan kalau mas Fariz mengincar harta dan kedudukan dengan memacariku. Berulangkali dia sebut nama Allah, bersumpah, cintanya kepadaku bukan karena itu.
2 minggu kemudian dia resign, tetapi kami masih berhubungan telpon. Dia mencari pekerjaan di perusahaan yang punya cabang di kota P agar bisa menemui aku. 3 bulan kemudian dia mendapatkannya dengan gaji jauh lebih kecil. Aku amat terharu, dia korbankan karirnya demi aku.
Kami pun bebas berhubungan tidak peduli perkataan orang di kantor, tapi papa kembali mengetahui dan kali ini mama turun tangan.
Mereka tidak bedakan ras dan tidak keberatan bergaul dengan siapapun, tapi tidak bisa diterima jika aku masuk Islam dan mereka sudah curiga. Maka kujelaskan, aku sudah dewasa untuk mengambil keputusan hidup tanpa tergantung papa-mama – jawaban yang membuat mereka murka.
Mereka berkata, banyak orang rela mati demi merasakan rumah mewah, sopir tersedia tiap saat, mobil mewah, uang melimpah dan dihormati. Mereka katakan, tanpa mereka aku tidak akan pernah bisa memperoleh kehidupan seperti ini. Aku hanya menangis. Tapi hatiku bertekad apapun yang terjadi aku tidak akan meninggalkan Mas Fariz.
Aku giat mendalami Islam. Saat istirahat kantor, aku pergi ke tokobuku besar di Mal untuk membaca buku Islam. Pernah aku mengajak rekan kantor ke tokobuku. Aku langsung ke rak buku Islam, dia ingatkan kalau aku ada di bagian rak buku Islam. Aku bilang memang benar, aku mau membaca tentang Islam.
Klimaks
Kedua kakak laki-laki aku menikah dan menetap di Jakarta menjalankan bisnis kami dan papa-mama sekarang lebih banyak tinggal di kota kami bersama kakak perempuanku dan aku. Tapi hubungan aku dengan papa-mama semakin renggang, kakakku pun sudah terprovokasi dan menjauh.
Aku dianggap bukan bagian keluarga dan tak diajak makan bersama di meja makan. Pembantu disuruh memanggilku untuk makan bila mereka selesai makan. Makanan yang ada adalah sisaan mereka dan pembantu tidak diperbolehkan menambah. Akhirnya aku makan makanan sisa.
Jika mereka makan ayam, aku makan ceker dan kepala saja. Bayangkan rasanya sakit hati. Aku bersabar dan mas Fariz selalu mengingatkan untuk berbakti pada orangtua. Bisa saja aku akan di restoran termahal di kota P.
Kakak perempuanku sebenarnya kasihan padaku, sehingga kadang dia menyimpan sebagian makanan yang baru dimasak. Sehingga pada saat mama-papa selesai makan, diam-diam dihidangkan untuk aku. Secara tidak terduga, mereka kembali ke meja-makan dan memergoki. Langsung mama rebut piringnya dan melemparkan ke lantai. Sambil menyindir tidak perlu kasihan sebab aku sanggup hidup tanpa diberi makan mama-papa.
Ohh..! Mereka rupanya sudah amat membenci. Hancur berkeping hati aku. Aku hanya menangis tetapi tidak menyesalI dan aku akan tetap bertahan.
Mas Fariz menyarankan bicara baik-baik agar papa-mama luluh. Suatu malam ada kesempatan mendatangi mereka dan berbicara. Dengan tutur baik aku meminta maaf. Aku tumpahkan perasaan semuanya. Tapi justru itu membuat mereka bertambah murka. Mereka tuduh aku kena sihir dan menyarankan aku sadar.
Ya Allah! Aku sehat, Insya Allah tidak ada satupun sihir. Semua keinginan murni dari panggilan jiwa yang tidak bisa aku cegah. Aku jelaskan lagi, bahwa aku sudah dewasa hingga apapun keputusan bisa kupertanggung-jawabkan. Aku bisa mandiri jika dikehendaki. Pendirian mereka pun tetap bahkan menantang, jika sanggup hidup mandiri, sekarang juga serahkan seluruh harta yang aku dapatkan selama hidup dengan mereka.
Karena tekad bulat, malam itu seluruh kartu credit, ATM, buku bank aku serahkan. Uang yang aku punya hanya yang tinggal di dompet. Sepertinya tinggal menunggu waktu untuk meninggalkan rumah. Esok paginya aku ada keperluan untuk membuka lemari besi tempat penyimpanan surat berharga keluarga. Berulangkali mencoba, aku tidak bisa membukanya.
Ternyata nomor kombinasinya diubah. Padahal ada barang pribadi aku: Ijasah, perhiasan dan lain. Aku telpon papa tapi jawabannya sinis. Papa menyindir kalau sanggup hidup mandiri, mengapa mau membuka lemari besi keluarga, pasti ada barang yang mau dijual. Aku dikucilkan. Mereka menyiksa dengan caranya sehingga aku menyerah. Aku mengadu ke mas Fariz dan mengatakan akan minggat. Dia diam, lalu berpesan jangan sampai putus hubungan keluarga.
Beberapa hari kemudian aku tinggalkan rumah dan kos di dekat kantor. Aku berpamitan baik-baik pada mama-papa. Tetapi mereka menoleh pun tidak. Aku masih ada cukup uang di dompet. Aku bersumpah tidak akan meminta uang mereka.
Aku bertekad hidup mandiri. Selama bekerja di perusahaan papa, secara formal aku digaji sesuai dengan posisiku. Tapi disamping itu setiap bulan, aku mendapat uang-saku dari papa hampir 20x lipat gaji resmi. Sehingga penghasilan sebulan cukup untuk hidup mewah selama setahun. Seluruh simpanan bank, mencapai 10 digit. Mungkin cukup biaya seumur hidup.
Sekarang aku tetap bekerja dengan harapan masih digaji. Tapi akhir bulan aku tidak mendapat sepeserpun. Saat kutanyakan ke pembayaran gaji, ada perintah menahan gajiku. Ya Allah, mereka lakukan cara apapun agar menyerah. Saat itu juga kutinggalkan perusahaan papa selamanya.
Start from Zero
Saat kuadukan ke mas Fariz dia teramat sedih dan meminta maaf, karena dia hidupku menderita. Dia rela andai aku tak kuat untuk mundur. Aku peluk dia dan kupastikan keputusanku tidak berubah. Akupun semakin ingin hidup bersamanya. Saat itu hanya dia sandaranku. Dengan berurai airmata, dia tanya lagi, apakah rela menjadi muslimah dan menjadi istrinya. Kuciumi tangannya kukatakan kukorbankan kehidupanku hanya untuk bisa hidup bersamanya dan tidak akan menyesali.
Singkat cerita, dengan diantar mas Fariz aku mengucapkan kalimat syahadat di sebuah masjid disaksikan imam dan beberapa jemaah masjid. Dia mengajak segera menikah di kota kelahirannya. Kebetulan tugasnya dipindahkan ke pulau Jawa.
Sebelum menikah kami datangi rumah papa-mama. Tapi satpam di pintu gerbang mengatakan kalau dia diperintahkan tidak boleh membuka pintu bila kami datang. Sebenarnya ia mau membuka pintu. Tapi aku larang, khawatir mencelakai pekerjaan Biarlah aku saja yang menderita. Aku tinggalkan secarik surat yang isinya mohon doa restu bahwa aku akan menikah dengan Mas Fariz. Aku beritahukan ke pak satpam aku sudah muslimah. Matanya berkaca-kaca saat kukatakan aku mualaf.
Keluarga mas Fariz menanyakan ketidakhadiran keluargaku di pernikahan kami. Tapi setelah mas Fariz bercerita, mereka memahami. Kami menikah secara sederhana. Keluarganya amat sangat menerimaku dengan hangat tanpa mempermasalahkan keturunan Cina. Ibu mertuaku amat sayang kepadaku. Aku amat sangat bahagia menjadi istrinya.
Aku hidup di rumah sederhana, kulalui dengan penuh kebahagiaan dan aku tidak mengeluh sedikitpun dengan yang mas Fariz berikan. Aku tidak lagi bekerja, karena aku ingin mengabdi pada suamiku. Disamping itu semua ijasah masih tersimpan di lemari besi, aku tidak bisa melamar pekerjaan. Aku pun ingin membuktikan bisa mandiri dengan suamiku.
Mas Fariz amat sangat menyayangiku tiap pagi sebelum berangkat kantor dia memelukku. Tiap hari kubawakan ‘lunch box’ makan siang karena aku tidak mau dia makan makanan masakan orang lain. Aku sangat posesif, ingin memiliki dan melayani secara total. Tiap hari aku bangun sebelum dia bangun dan tidur setelah dia benar-benar tidur untuk memastikan dia sudah benar-benar tidak perlu aku layani lagi. Aku siapkan celana, baju, kaus kakinya tiap pagi sebelum berangkat kerja. Sehingga dia tidak perlu memikirkan pakaian apa yang harus dia pakai. Bahkan aku potong kukunya bila sudah panjang. Dia kujadikan pangeran bagi diriku.
Tiap malam sebelum tidur, kami ngobrol dan saling mengajarkan bahasa. Dia mengajari bahasa jawa, sedangkan aku mengajari bahasa mandarin. Dia amat cepat belajar mandarin dalam waktu singkat dia menguasai kata-kata yang umum diucapkan, kadang mengajakku bicara mandarin di rumah. Memang perusahaan tempatnya bekerja milik etnis Cina dan banyak berhubungan dengan keturunan Cina, sehingga bila berbahasa mandarin akan memberi keuntungan tambahan.
Suatu saat dia pulang membawa motor, kantornya memberi pinjaman cicilan motor. Memang hanya motor, tapi aku bahagia sekali dengan yang dia dapatkan. Berulangkali dia minta-maaf tak bisa membeli mobil seperti yang pernah kumiliki. Aku katakan motor yang kita miliki jauh lebih mewah dari mobilku dulu. Karena motor ini bukan sekedar dibeli dengan uang, tapi juga dengan cinta.
Kehidupan perkawinan kami teramat indah, kalau di rumah nyaris kami tidak bisa berjauhan. Tiap hari bagi kami adalah bulan madu. Setahun kemudian lahir anak kami. Bayi itu sebut saja ‘Faisal’. Mas Fariz yang membacakan Azan dan iqomat sesaat setelah lahir. Aku merasa lengkap kebahagiaanku. Setiap hari bertambah bahagia bisa merasakan 2 orang “Fariz” dalam rumahku. Saat mas Fariz ke kantor, aku di temani Fariz kecil. Aku mencintai 2 orang yang sama darah dagingnya.
3 tahun anak kami hadir. Mas Fariz bercita-cita mendatangi orangtuaku, oma-opanya Faisal. Dia ingin perkenalkan cucu mereka dan menyatukan aku dengan papa-mama. Dia berharap dengan kehadiran Faisal, akan meluluhkan hati orangtuaku. Tapi tiap menelpon, papa-mama bersikap seperti dulu. Bahkan waktu kukatakan bahwa mereka punya cucu dariku, mereka menjawab, kalau mereka tak merasa punya keturunan dariku…Ohh! malangnya anakku. Aku teramat sedih, teganya papa-mama. Aku maklumi masih membenciku, tapi jangan pada anakku, cucu mereka.
Tidak Putus Dirundung Malang
Dia yakin papa-mama akan menerima kami. Sebelum harapan terpenuhi, musibah mulai datang ….
Suatu hari suamiku pulang lebih awal karena merasa nggak enak badan, seperti masuk angin. Aku menyuruhnya segera istirahat, tidur dan memberi obat penghilang sakit. Malamnya tubuh panas menggigil. Keesokannya aku bawa ke dokter dan dikatakan hanya demam biasa sehingga hanya diberi obat penurun panas. Tapi malamnya tubuh tetap panas, menggigil dan mengigau. Dia menolak untuk dibawa ke RS bilangnya demam biasa.
Hari ke-4 kondisinya parah dan pingsan, dari hidung keluar darah. Di RS Hasil periksa darah, trombosit tinggal 26.000 normalnya diatas 150.000. Suamiku kena demam berdarah, Dokter menyalahkan kenapa tak segera dibawa ke RS lebih awal, karena serangan terberatnya di hari 5. Kalau kondisi tidak kuat, amat berbahaya.
Hari ke 5 makin parah, napasnya berat, trombositnya tidak naik. Malam itu setengah mengigau, dia memanggilku, aku genggam tangannya, aku dekati telingaku ke mulutnya, aku dengar dia coba ucapkan sesuatu. Air matanya meleleh. Dia ucapkan “Maafkan aku” Aku tenangkan dia, kalau tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku ikhlas mendampinginya. Setelah mendengar kata_kataku dia tenang, dengan 1 tarikan napas dia ucapkan “La ilaaha illa llaah” lalu meninggal dalam pelukanku.
Aku ingat ucapannya, jika Allah izinkan, dia ingin meninggal di pelukanku. Aku memarahi dia, jangan bilang seperti itu. Tapi dia serius, kalau dia tak sanggup kalau aku meninggalkannya. Ternyata Allah kabulkan. Orang yang aku jadikan sandaran hidup telah pergi. Tidak terkira sedih hatiku. Andai tidak ingat anakku, aku ingin menyusul Mas Fariz.
Mas Fariz jujur dan baik, seluruh rekan kerjanya dan big boss hadir melayat. Kantor memberi santunan 4x gaji, ditambah uang duka. Aku ditawari kerja di perusahaan tersebut. Tapi aku rasa setengah nyawaku hilang. Selama 3 bulan berduka, aku tidak sanggup melakukan apapun.
Sementara aku di rumah mertua agar Faisal ada yang mengasuh. Rumah dan motor dijual, karena tidak sanggup kubayangkan kenangan Mas Fariz. Hampir setengah tahun di rumah mertua, aku putuskan kembali ke kota asalku. Sebenarnya ibu mertua amat baik dan penyayang. Tapi aku tahu diri tidak mungkin bergantung ke siapapun. Aku harus mandiri demi anakku satu-satunya.
Di kota asalku aku mengontrak rumah dan membuka toko kecil. Mungkin karena masih berduka dan terbayang suami hingga kurang mikirkan usahaakhirnya bangkrut. Uang habis untuk membayar tagihan suplier.
Aku sebenarnya tidak pernah putus asa apapun aku jalani asal halal. Pernah jadi pelayan restoran beberapa bulan dan berhenti karena anakku tak ada yang menjaga. Akhirnya aku kehabisan uang tak sanggup bayar kontrakan. Dengan koper isi pakaian dan menggendong anakku berjalan tanpa tujuan. Aku bingung akan kemana. Pernah terlintas di benakku untuk kembali ke keluargaku. Tapi dengan kondisi ini mereka pasti merasa menang, tertawa terbahak dan mengejekku seumur hidupku bahwa aku gagal memilih jalan hidup.
Dibawah Naungan Islam
Ditengah perasaan putus asa, kuteringat masjid tempat aku pertama kali mengucapkan kalimat syahadat. Masjid itu bukan Masjid Raya di kota kami, tapi masjid tua bersejarah, maka banyak jemaah berziarah. Aku berpikir, dulu aku memulainya dari masjid itu, sehingga kalaupun jalan hidupku berakhir aku ingin di masjid itu pula. Aku datangi masjid tersebut Dan aku shalat mohon petunjuk. Anakku kelelahan tertidur di sampingku.
Aku tidak punya uang untuk membeli makanan dan hanya bisa menangis. Rupanya tangisku didengar seorang bapak dan beliaulah imam masjid tersebut dan dia pula yang dulu membimbing aku membaca syahadat. Aku tidak lupa dengan wajahnya tetapi dia pasti tidak ingat, karena wajahku tidak sesegar dulu lagi. Sewaktu aku perkenalkan diriku dan aku katakan bahwa aku dulu mualaf yang beliau bimbing, dia langsung ingat tapi juga kaget dengan kondisiku seperti ini.
Akhirnya aku ceritakan semuanya pada beliau, sebab aku merasa tidak ada lagi orang di dunia ini yang aku jadikan sandaran hidupku.
Setelah mendengar kisahku dia menyuruhku jangan pergi – tetap tinggal di masjid. Beliau menyuruh seorang jemaah membelikan makanan untuk aku dan anakku. Sebentar kemudian dia meninggalkan aku sambil berpesan akan segera kembali (rupanya dia mencari tempat untuk aku tinggali). Tidak lama beliau kembali. Sambil tersenyum dia katakan, mulai malam ini aku memperoleh tempat tinggal. Aku diajak ke belakang masjid disitu ada bangunan tambahan terdiri beberapa ruangan. Biasa dipakai untuk gudang peralatan masjid, seperti tikar, kursi dan lainnya. Salah satu ruang tampak sudah kosong. Dia menunjuk bahwa itulah rumahku. Aku boleh menempati selama mungkin aku mau.
Ruang sebelahnya ditempati Pak Tua penjaga masjid, sehingga aku ada yang menemani. Ruangan itu berukuran kurang lebih 2x2m. Pak Imam masjid menambahkan, aku diberi honor sekedarnya jika mau membantu membersihkan masjid, sehingga cukup untuk makan. Beliau tambahkan kalau aku bisa datang ke rumahnya sekedar membantu istrinya memasak. Rumah beliau hanya beberapa ratus meter dari masjid.
Alhamdulillah, aku amat bersyukur ternyata Allah mendengar doaku. Aku ingat, bahwa Allah tidak akan menguji hambanya melebihi beban yang sanggup dia pikul. Aku bersyukur memperoleh tempat berteduh, walau hanya kamar kecil (jauh lebih kecil dibanding kamar mandi saat di rumah orangtuaku). Ada lagi yang membuatku tenang yaitu aku tinggal dekat rumah Allah, setiap merasa sedih, aku tinggal masuk masjid mengadukan langsung pada Allah. Karena tinggal dekat masjid otomatis shalatku tidak pernah terlewatkan sekalipun.
Alhamdulillah, hidupku sedikit demi sedikit mulai tenang. Aku sering membantu istri Pak Imam memasak di rumahnya. Imbalannya beliau selalu membekali makanan untuk aku bawa pulang. Sehingga aku tidak perlu risau memikirkan makanan harian. Kalau Pak Imam sekeluarga ada keperluan keluar kota, akulah yang dititipi menjaga rumahnya dan bisa tinggal di rumahnya. Sebenarnya mereka menawarkanku tinggal bersama mereka. Tapi aku tahu diri tidak mau terus menerus merepotkan orang lain.
Pekerjaanku setiap hari membersihkan halaman masjid, membersihkan kaca jendela, Sedangkan Pak Tua mengepel lantai masjid. Tiap minggu aku mendapatkan honor sekedarnya dari hasil kotak amal, tapi kadang aku tidak mendapatkan sepeserpun, karena kadang sudah habis untuk keperluan masjid, tapi aku lakukan itu dengan senang hati dan ikhlas. Sementara ini aku benar-benar ingin mengabdi pada Masjid ini – sebagai tanda terimakasih. Aku tidak mau bersusah-payah mencari pekerjaan. Aku percaya kelak masjid ini akan memberi jalan memperoleh pekerjaan.
Kadang pada malam hari aku duduk di teras masjid, mengobrol dengan Pak Tua. Dia bercerita, anak-anaknya ada di kampong, tapi dia tak mau merepotkannya. Selama masih kuat, dia tak mau merepotkan orang lain. Lalu saat giliran aku bercerita, kadang aku bingung harus cerita apa…???
Apa aku ceritakan kalau dulu aku pernah naik kapal pesiar keliling EROPA, tidur di hotel mewah di LAS VEGAS atau saat kuliah punya apartment mewah di Australia …Ahh! Pasti dia tertawa menganggap aku berkhayal. Jangankan tidur di hotel, uang yang aku punya tidak lebih dari Rp 20.000,-
Dulu tiap minggu aku bisa beli peralatan makeup, eye-shadow, lipstick jutaan rupiah. Kini makeup aku air wudhu sebelum shalat. Tapi justru banyak yang mengatakan wajahku tetap bersih, cantik alami. Kadang orang berpikir aku masih memakai makeup. Yah…! mungkin Allah yang memakaikannya. Kecantikan dari dalam “Inner Beauty” Banyak yang bilang dengan mata sipit dibalik kerudung, aku terlihat cantik.
Tanpa terasa hampir 2 tahun aku menetap disini, anakku sudah sekolah SD dekat masjid milik yayasan dan tanpa membayar sepeserpun. Aku hanya membeli seragam dan alat sekolah. Bahagianya hati melihat anak aku masuk sekolah…ohh! seandainya mas Fariz masih ada dan melihat anak kita di hari pertama sekolah.
Anakku rupanya tumbuh besar dalam keprihatinan sehingga sangat tahu diri. Tak pernah sekalipun merengek minta dibelikan ini itu seperti layaknya anak lain. Pernah hatiku amat pilu. Ketika dia pulang sekolah dengan kaki telanjang sambil menenteng sepatunya. Sambil tertawa, tanpa mengeluh, dia justru menunjukkan sepatunya.
“Ma, sepatu Faisal sudah minta makan” Sepatunya robek depannya, seperti mulut minta makan. Melihat dia tertawa, aku ikutan tertawa, walau hati ingin menangis. Andai dia tahu dulu mama selalu memakai sepatu harga jutaan. kini, membelikan sepatu anakku yang murah aku belum sanggup. Alhasil selama 2 hari anakku ke sekolah memakai sepatu robek, hingga aku belikan sepatu bekas layak pakai.
Aku bersyukur punya anak amat tahu diri. Tidak mau membebani ibunya. Anak saleh akan menjadi bekal amat bernilai buat orangtua. Pak Imam masjid kadang menengok dan menanyakan keadaan kami. Dia sering cerita, bagaimana istri Muhammad SAW hidup jauh lebih menderita, tapi tetap tabah. Beliau bilang, aku pasti akan menjadi ahli surga. Berulangkali dia katakan, orang lain tidak akan sanggup menghadapi cobaan ini, tapi aku tetap bertahan memegang keyakinan, meninggalkan kenikmatan dunia yang justru pernah kuperoleh.
Suatu siang, aku melihat mobil datang ke halaman masjid. Dari dalam mobil keluar 2 orang yang aku kenal. Yang satu Tante Grace, satunya Oom Albert. Mereka lawyer perusahaan dan keluarga kami. Entah bagaimana mereka bisa mengetahui aku ada disini. Mereka membawa sebundel amplop, mengajak aku berbicara. Aku lihat mata Tante Grace memerah menahan airmata saat melihat tempat aku tinggal. Bahkan Oom Albert suara bergetar, lehernya tersekat menahan sedih. Mereka diutus orangtua aku. Karena orangtuaku sudah tahu bagaimana keadaan aku sekarang. Mereka katakan dalam amplop isinya surat bank, ATM, Ijasahku yang bisa aku miliki lagi. Bahkan aku dijemput pulang ke rumah mama-papaku.
Sejenak aku bahagia, kupikir orangtuaku terbuka hatinya, aku bisa pakai uang yang banyak untuk hidup lebih baik. Tapi dengan terpatah-patah Oom Albert melanjutkan, mama-papa memberi syarat. Saat kutanyakan syaratnya. Keduanya nyaris tidak sanggup melanjutkan.
Tante Grace makin menunduk menahan tangis. Akhirnya oom Albert mengatakan syaratnya aku dan anakku harus kembali ke keyakinan lama. Saat itu juga aku langsung menjawab, kalau aku tidak mau menerima amplop itu dan aku katakan agar dikembalikan ke papa. Keduanya amat sangat minta maaf padaku, karena mereka tahu aku tersinggung. Tapi aku juga sadar keduanya hanya menjalankan tugas. Bahkan Tante Grace katakan, andai mengikuti nurani pasti mereka serahkan itu amplop padaku tanpa syarat apapun, tapi mereka terikat profesi.
Keduanya pamit. Tapi tidak lama kemudian kembali lagi, aku pikir ingin membujuk. Rupanya mereka berinisiatif fotocopi ijasah dan menyerahkan copy-nya padaku. Mereka inisiatif sendiri resikonya kehilangan pekerjaan. Mereka bilang hanya itu yang bisa mereka lakukan untukku.
Alhamdulillah. Sedikit demi sedikit Allah memberi jalan untukku. Akhirnya aku punya bukti kalau aku pernah sekolah tinggi meraih Master bidang keuangan (finance) di luar negeri.
True Happiness
Rupanya Allah cukup menguji dan memberi rewards atas ketabahanku.
Suatu pagi 2 orang mengamati bangunan masjid, wanita kulit putih dan lokal. Pak Tua ada di halaman Masjid, maka mereka menghampiri. Masjid kami memang unik, bangunan tua dengan arsitektur Melayu Kuno dan sering dikunjungi. Biasanya Pak Tua menjadi juru-bicara karena dia paling tahu sejarah masjid. Aku banyak mendapat cerita dari Pak Tua sehingga aku tahu sejarah masjid kami.
Dari jauh tampak keduanya mengobrol dengan Pak tua, sampai akhirnya kulihat si Kulit Putih kebingungan. Akupun menghampiri dan dengan sopan memperkenalkan diri serta menawarkan bantuan.
Ternyata dia mahasiswi Arsitektur dari Australia dan ditemani mahasiswi Arsitektur universitas T di kotaku sebagai penterjemah (panggil saja Retno). Rupanya bahasa Inggris Retno kurang lancar hingga si Bule kebingungan mendengar terjemahan cerita Pak Tua. Dengan sopan aku mengajukan diri membantu si Bule.
Dengan bahasa inggris sangat lancar, aku ceritakan semua hal tentang masjid. Aku ajak berkeliling ke tiap sudutnya. Si Bule bertambah takjub saat kukatakan pernah study di negerinya. Retno terus memandangiku setengah tak percaya. Setelah puas mendapat informasi, sebelum pulang Retno berjanji menemuiku segera, ingin menanyakan banyak hal tentang diriku. Dengan senang-hati akan kuterima kedatangannya kapan saja.
Beberapa hari kemudian Retno menemuiku. Dia amat ingin tahu siapa diriku. Aku ceritakan semua perjalanan hidupku sampai saat ini. Dia amat bersimpati dan ingin menolong. Walau tak mengharap pertolongan orang lain, tapi kuhargai niatnya. Dia bilang dengan pendidikan dan kemahiran bahasa asing akan mudah mendapat pekerjaan, apalagi ada copy ijasah. Seminggu kemudian dia datang membawa kertas dan amplop, menyuruh membuat surat lamaran.
Informasinya Rektorat memerlukan tenaga honorer. Aku terharu ada orang peduli mau membantu tanpa pamrih, aku ucapkan banyak terimakasih padanya. Bagiku dia seperti diutus Allah untuk menolongku. Tidak lama kemudian aku mendapat kabar gembira, aku dipanggil ke Rektorat untuk test dan wawancara. Sebelum berangkat aku shalat memohon kepada Allah agar diberi kelancaran. Anakku aku titipkan pada Pak Tua yang kuanggap sebagai orangtua sendiri.
Alhamdulillah, test berjalan lancar. Saat wawancara justru Bahasa Inggris lebih aku kuasai dibanding pewawancara. Dia bilang English-ku perfect.
Beberapa hari kemudian dia datang dan tampak gembira sekali, katanya dalam beberapa hari aku akan mendapat surat dari Rektorat yang isinya diterimanya aku sebagai honorer. Dia tahu informasi karena temannya bekerja disana. Aku segera menuju masjid dan bersujud syukur lama sekali. Kurasa aku lulus semua test yang diujikan Allah. Sering aku bertanya pada Allah, apakah karena aku mualaf sehingga Allah kurang percaya pada keimananku hingga perlu diuji dengan ujian amat berat.
Walau hanya honorer aku sangat bersyukur, yang penting aku memperoleh penghasilan layak. Pekerjaan membantu Bagian Keuangan di Rektorat, memang sesuai dengan ilmuku. Mulai banyak yang tahu kalau aku lulusan luar negeri. Setiap seminar yang memerlukan makalah bahasa Inggris pasti aku yang diberi tugas penyusun makalah.
Aku banyak membantu penterjemahan litelatur asing untuk mahasiswa. Nyaris 3 tahun terakhir, aku tidak pernah membeli baju baru. Dengan gaji sekarang aku bisa membelinya. Aku amat sangat senang bukan main, bisa membelikan pakaian anak. Bahagia melihat anak berpakaian layak. Pakaian sekolahnya sudah menguning, kini aku beli yang baru, putih bersih dan sepatu baru. Sepatu lamanya robek dan kusimpan sebagai kenangan.
Tak lama kemudian aku mengontrak rumah. Sebelum aku meninggalkan Masjid tak lupa pamitan ke rumah Pak Imam mengucapkan terimakasih atas pertolongannya, beliau katakan yang menolong bukan dia tapi Allah yang menolongku. Aku memeluk dia lama sekali. Aku katakan dahulu aku ucapkan syahadat di depannya dan aku tak akan pernah mengingkarinya seumur hidupku, apapun yang terjadi.
Sebelum pergi kupandangi kamarku untuk terakhir kali, sempat beberapa menit tertegun, membayangkan, mungkin kelak ruangan ini dipakai oleh orang yang senasib seperti aku….. Aku harap Semoga Allah memberinya kekuatan….
Setelah melewati segala cobaan, Allah terus-menerus memberi semacam rewards, belum setahun bekerja, Rektorat memberi kabar statusku menjadi karyawan tetap. Beberapa dosen senior menawari posisi asisten dosen. Rekan kerja mengatakan karirku amat bagus. Orang berkualifikasi sepertiku amat dibutuhkan. Mereka bilang kesuksesan hanya menunggu waktu.
Aku hanya mengucap Alhamdulillah. Dahulu aku sering berdoa dengan linangan airmata kesedihan, sekarang sering menangis saat berdoa, tapi kali ini aku menangis bahagia. Sampai saat ini aku sendirian, aku bertekad membesarkan anak sebaik-baiknya. Aku masih merasa istrinya mas Fariz. Seperti yang aku pernah katakan, dia bukan hanya suami, tapi soulmate dan tidak tergantikan. Tetapi entah kalau Allah mempunyai rencana lain. Tiap memandang anakku, aku seperti melihat mas Fariz. Seolah dia masih mendampingiku.
Alhamdulillah! kini aku mampu membeli motor. Di akhir pekan aku sering berboncengan dengan anakku jalan-jalan atau sengaja lewat di depan rumah orangtuaku, sambil aku katakan bahwa itu rumah opa-oma. Sering anakku bertanya, “Ma kapan kita pergi ke rumah oma-opa? ” Aku tersekat tak bisa menjawab sebab menahan airmata. Aku terus berdoa, semoga suatu saat kelak orangtuaku dibukakan hatinya, jika tak mau menerimaku lagi, mohon diterima anakku – cucu mereka.
Wassalam, Mawar.
Catatan sumber:
Ada beberapa petunjuk penting. Disebutkan kisah terjadi di kota P dan akhirnya bekerja di Universitas T tempat Retno (penulis kisah ini) kuliah di Fakultas Arsitektur. P bisa jadi:
1. Pontianak ada Universitas T (Tanjungpura). Populasi melayu besar pendukung kesultanan sejak 3 abad lalu menyisakan Masjid Melayu Kuno – tempat tinggal Mawar. Pertanyaannya : Apakah Universitas Tanjungpura ada Fakultas Arsitektur sebelum tahun 2006? Ya, ada. Dibuka tahun 2003 http://kampusbagus.com/s1-arsitektur-universitas-tanjungpura/
2. Palembang – ada beberapa Masjid arsitektur Melayu Kuno peninggalan kesultanan Melayu Palembang. Dan ada Universitas Tridinanti dengan Jurusan Arsitektur yang mendapat izin penyelenggaraan th 2005. No. 2629/D/T/2005 tanggal 10 Maret 2005 tentang ijin penyelenggara Program Studi Arsitektur.
Sumber: http://yusufzulkarnain.blogspot.com/2011/03/kisah-cinta-sejati-muallaf-china.html
.
Semoga Allah Ta’ala selalu melimpahkan rahmat dan kebahagiaan kepada yang bersangkutan. amien.
.
amat terharu membaca kisahnya semoga orang tuanya terbuka pintu hatinya amiiin ya rab
subhanalloh..ingin sekali aku berkenalan dgn dia
Sungguh luar biasa mengharukan Alhamdulillah.
subhanallah,,,
Subhanallah …terharu sekali membaca kisah nyonya mawar sungguh luar biasa ketabahan mempertahankan iman islamnya… Allah tidak akan membiarkan hambanya menderita dan tiada lain balas bagi wanita soleha ini adalah Jannah tun nai’m … apakah nyonya mawar di Palembang… walahu alam.
–> amien yaa rabbal ‘alamien.
subahannalloh………
sungguh besar keyakinan na
sbagai seorag mualaf
Luarbiasa, Khoirulbasyiroh .
begitulah Allah swt kalau menetapkan suatu hidayah siapa yg sanggup menghalanginya
Ketabahan dan kesabaran seperti ini perlu diceritakan kepada anak2 kita.
di dunia ini seperti fatamurgana mengapa kita semua tertipu,menggapai dunia dg melupakan ahirat . ini adalah sebenar2 buta.
banyak sekarang wanita berpakaian tetapi hakekatnya telanjang,sekali jepret kesenangan dunia terpenuhi,tetapi sebetulnya orang2 spt ini adalah orang2 yg bangkrut orang2 yg tertipu.
klo kita renungkan kita makan klo udah kenyang makan berikutnya tak terasa nikmat,
tidur tdk harus dikasur yg empuk klo udah kantuk tidur dimanapun akan terasa nikmat.
mengapa harus menjual diri untuk kenikmatan dunia yg hanya sesaat?
Empunya kisah telah menjual hartabenda dan kenikmatan dunia Untuk Akhiratnya.
Semoga niat yg sudah benar akan menjaga dan memperbaiki niatnya InsyaAllah kebahagiaan selalu menghampiri baik di dunia maupun akhiratnya. Allahumma Sholli’ala sayyidina Muhammad wa’ala’ali sayyidina Muhammad.
[…] Perpustakaan; Inspirasi bagi Pendidikan IslamA Sociologist’s Adventures in Social Media LandAyah, Ibu… Biarkan Ananda IstiqomahRatu Laut Kidul, Biding laut Tanah BatakKisah Mualaf Berjuang Mempertahankan Iman […]
subhanallah….. luar biasa…..
Salut dengan mba Mawar, semoga Mawar menjadi calon penghuni syurga, Amiinn !. Mungkin orang yang sejak lahir islam pun banyak yang gak tahan dengan ujian seperti yang Mawar rasakan. Saya yakin kejadian ini di Pontianak dan yang dimaksud Universitas T adalah Tanjung Pura. Mungkin saya sudah bertemu dengan Mawar ini, saya masih ingat waktu saya shalat Jumat di Masjid Keraton Pontianak, pas selesai shalat Jumat mau keluar masjid saya melihat gadis cina berkerudung putih berjalan masuk ke dalam masjid. Yah, saya yakin dialah orangnya Mawar yang diceritakan disini. Semoga tetap Istiqomah, amiinn !.
Yang paling mendekati memang Kota Pontianak—–Unv Tanjungpura karena di sekitar Pontianak ada kota Singkawang yang dihuni oleh banyak Etnis Tionghoa.
Namun mungkin juga Kota Palembang—Unv Tridinanti karena seperti dikisahkan Mbak Mawar ini awalnya bekerja sebagai tenaga honorer lalu belum 1 thn diangkat sbg pegawai tetap. ini biasanya terjadi pada instansi swasta. Sedangkan Unv Tanjungpura adalah perguruan tinggi negeri yang berarti pegawai tetap adalah PNS sehingga rasanya jika belum 1 thn belum akan jadi PNS
wah, saya kira lanjutan kehidupan mbak mawar ini bisa jadi cerita senetron/film pendek yang komplit, luwar biyasa subhana allah, allah hu akbar
subhanallah, saya yang laki-laki belum yakin mampu dan memiliki tekad ,ketulusan serta, ketabahan seperti itu, kiranya Allah SWT membuka pinta hati kedua orang tuanya, Amin.
Subhanallah Sungguh luar biasa kisah seorang mualaf wanita etnis cina saya terharu dan meneteskan air mata begitu besar cintanya terhadap iman Islam sampai semua yg mewah ditinggalkan sanggup melalui semua rintangan semoga ALLAH SWT memberikan kekuatan dlm imannya dan anaknya amin yarobbal alamin. sungguh saya benar2 menangis membaca kisah ini boleh dibuatkan sebuah buku agar dpt di beli dan di baca oleh orang bayak. terima kasih semoga mbak mawar dpt bertahan sampai akhir hayat dpt pengantinya yg lebih baik. saya hanya dpt berdoa kepada ALLAH agar dikuatkan Imannya dan dibukakan pitu hati orang tuanya keluarganya untuk menerima kembali sebagai anaknya tampa ada embel embel karena iman seseorang tdk dpt dibeli dengan apapun.
sangat terharu dgn kisah bu mawar.
aslm semuanya, eee mbok ya da salah satu,atau siapa2 aja gitu yg bersedia napak tilas di pontianak dan plembang, sukur2 di slikidi ttg riwayat yg dramatis ini kemudian upload risalah singkatnya aja dulu gitu, sukur2 ada fotonya, bismilah insya allah ada, amin, waslm.
keimanan, kesabaran dan ketabahannya luar biaya. Pelajaran bagi para wanita.
bangga membaca cerita ini, karna hanya allah SWT yang bisa memutar balikkan iman kita.
allahuakbar..
smga mba’mwar smkin mnjdimuslimah yg kuat n k2 org tuanya d brikan hidayah olh ALLAH swt.
Subhanallah semoga menjadi penghuni surga yang dijanjikan Allah.
Moga bu mawar menjadi ahli surga,
mantap & super sekali
Subhanallah……fa inna ma’al ‘usri yusroo inna ma’al ‘usri yusroo maha benar Allah dengan segala firmannya, di setiap kesulitan pasti ada kemudahaan, dan barang siapa bertaqwa kepadaKu aku akan memberikan rizki dari arah yang tanpa kamu sangka.(surat Al insyirah dan Ayat seribu dinar)
Subhanaallaah.
Tabahnya dia mnjalani keadaan yg trpuruk skalipun.
Mnentuh hti n prasaanku
bagaimana dia bisa menikah,karena setahu sy wanita harus ada wali dari pikk keluarga???
–> Ada kaidah fiqh ketika semua wali berhalangan. Coba anda pelajari lebih lanjut.
marilah kita berkaca atas kejadian tersebut. harta benda ditinggalkan demi Keimanan. Jangnlah kita meninggalkan keimanan demi harta benda. kita yg notabene muslim sedari lahir, harus malu dengan saudara kita ini. Allahu Akbar
kalo mmang bliau blm berangkat haji, Ins Allah sy bersedia utk mndaftarkan sekaligus mmbyrkannya. Mhn maaf jika niat sy ini mmbuat tersinggung atw berbau RIYA’. Ins Allah sy ikhlas utk bliau. kalo boleh, sy dan istri mau bersilaturhmi ke bliau. Allahu Akbar
subhanaallah saya sangat terharu dan takjub dengan ketabahan hati ibu mawar
Subhannallah.., kisah ini sya bca brulang”. Smga mba mawar dan anaknya slalu dilim pahi rahmat Allah SWT sbisa mngkin mba ttap jaga silaturrahmi dgn orgtua dari alm mas fariz, krna anak mba adlh ccu mreka jga.. Sprti mba, mrka jga sngat khilangan ms fariz..
subhanallah..sungguh kuat imanmu mbak…yakinlah allah selalu bersamamu engkau adalah orang terpilih..hingga mampu menghadapi cobaan yang begitu berat..sy sungguh terharu…
saya mrs hny pny iman sebesar debu stlh membaca kisah mbak mawar ini… ya Allah, andai ini hny sbts dongeng, aku ttp menjadikan kisah ini sbg smangat mempertebal iman.com
Subhanallah…..
Sungguh sabar dan ikhlas mbak mawar…
Pendirianmu steguh karang. Imanmu skras baja.dan hatimu sluas cakrawala. Kaulah wanita sjati. Insya Allah dunia dan akhirt hdupmu bahagia.krn Allah slalu bersamamu. Amin…
mudah mudahan allah memberika surga dunia dan akhirat….amin….
tak bia berkata apa-apa kagum benget pada beliau
Subhanallah,sungguh mengharukan kisah mbak Mawar ini,semoga menjadi inspirasi buat semua,sampai bergetar hati ini membacanya
SubHanallah ManJadda Wajadda
yaa ALLAH……. aq sampaiii meriindiing dan terkagum kagum baca critanya. mdh2an ALLAH sllu memberikan yg terbaik tuk hidup kamu mba’… pgen kenall sma kamu!!!! gmnah cara’a????
Subhanallah..Allahu akbar..semoga Allah menjadikan orang ini penghuni surga berdampingan dengan Rosululloh….
Amin
ijin kopi
Subhanallah… airmataku b’jatuhan . Betapa besar pengorbanan nya , sabar dan tabah adl kunci dr segala2 nya… mudah2an ia tetap dlm keimanan nya yg sekarang…
bismillah jika betul kisah ini maka saya mendokan ibu mawar diwaktu2 mustajab kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk dikokohkan keimanannya diatas islam dan sunnah rasul dikehidupan dunia ini dan semoga beliau dijadikan oleh Allah seperti Asiyah istri fir’aun yang kokoh keimanannya dengan hidup diantara keluarga yang kafir dan mematikan (jika telah tiba waktunya) beliau diatas islam dan sunnah pula… ..
Subahanallah .
subhanallohhhh……salut,salut,salut atas ketabahan mb mawar.memang,ALLoH menjanjikan kebaikan dunia akhirat,bagi yang tahan uji.qu sampai meneteskan air mata ni..mau lah ketemu ngan mb mawar,mau banyak belajar hidup darinya…semoga ALLOH menyediakan syurga yang paling tinggi disana buat mb mawar.
mb mawar dimana ne…
Subhanallah.. Smh bs jd teladan saya utk terus mempertahankan akidah, amiin..
sesungguhnya dunia adl penjara bg org muslim & surga bg org kafir.ALLAH berikan dunia bg org kafir & org yg menyombongkan diri sbg istidroj bg mereka yg akan sirna pd waktu yg telah ditentukan kemudian ALLAH akan timpakan adzab kpd mereka.sedangkan bg org muslim yg tabah menerima ujian akan mendapatkan balasan berupa surga yg telah dijanjikan yg blm pernah dirasakan baik oleh org yg terkaya sedunia.sesungguhnya setiap kesusahan pasti ada kemudahan.senantiasa meminta hanya kpd-NYA.jangan terjerumus dlm perbuatan syirik yg akan mengekalkan pelakunya di neraka.kami salut pd bu mawar semoga ALLAH memberikan janji-NYA bg org2 yg bersabar&istiqomah dlm agamanya&semoga anaknya menjadi org yg bermanfaat bg tegaknya agama yg mulia ini.amin
sekedar info situs kajian yg dpt menambah iman,istiqomah&dpt melembutkan hati KAJIAN.NET/MUSLIM.OR.ID/MUSLIMAH.OR.ID
–> pernah ke sana om.. menurut pengalaman tidak jujur/adil. Komentar tak sepaham disensor. Jadi males…
Subhannallah….
qt sebagai Umat Islam hrs Bangga Dengan Kisah ini..
tp qt, jg harus malu jika qt yg Terlahir sebagai Umat Islam tdk Bisa Menegakkan Islam Sampai Ajal Menjemput qt…
,سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ. Semoga Allah SWT mengangkat derajat ibu mualaf ini…
subhanallah,orang pilihan Allah SWT
subhanallah… sungguh seorang wanita yg sangat setia cinta dan tangguh memprertahankan keimanannya.. setia terhadap suaminya dan keluarganya,menyayangi yg di sekelilingnya… mudah2han allah akan memberikan yg terbaik baginya… amien..
Insya allah mbak mawar menjadi penghuni syurga yang paling tinggi derajatnya, juga mas fariz yang telah menjadi bagian hidupnya selaku muslimah yang amat taqwa di mata allah swt.amiin ya robbal alamiin.
Teringat sahabt nabi bernama shuhaib bin sinan mempertahankan iman dibanding harta. Rasulullah melihatnya, beliau berseru dengan gembira, “Beruntung perdaganganmu, hai Abu Yahya! Beruntung perdaganganmu, hai Abu Yahya!”
Ketika Rasulullah hendak pergi hijrah, Shuhaib mengetahuinya, dan menurut rencana ia akan menjadi orang ketiga dalam hijrah tersebut, di samping Rasulullah dan Abu Bakar… Tetapi orang-orang Quraisy telah mengatur persiapan di malam harinya untuk mencegah kepindahan Rasulullah.
Shuhaib terjebak dalam salah satu perangkap mereka, hingga terhalang untuk hijrah untuk sementara waktu, sementara Rasulullah dengan shahabatnya berhasil meloloskan diri atas berkah Allah Ta’ala. Shuhaib berusaha menolak tuduhan Quraisy dengan jalan bersilat lidah, hingga ketika mereka lengah ia naik ke punggung untanya, lalu dipacunya hewan itu dengan sekencang-kencangnya menuju sahara luas… Tetapi Quraisy mengirim pemburu-pemburu mereka untuk menyusulnya dan usaha itu hampir berhasil.
Shuhaib melihat dan berhadapan dengan mereka, ia berseru katanya, “Hai orang-orang Quraisy! Kalian sama mengetahui bahwa saya adalah ahli panah yang paling mahir… Demi Allah, kalian takkan berhasil mendekati diriku, sebelum saya lepaskan semua anak panah yang berada dalam kantong ini, dan setelah itu akan menggunakan pedang untuk menebas kalian, sampai senjata di tanganku habis semua! Nah, majulah ke sini kalau kalian berani…! Tetapi kalau kalian setuju, saya akan tunjukkan tempat penyimpanan harta bendaku, asal saja kalian membiarkan daku…!”
Mereka sama tertarik dengan tawaran terakhir itu, dan setuju menerima hartanya sebagai imbalan dirinya, kata mereka, “Memang, dahulu waktu kamu datang kepada kami, kamu adalah seorang miskin lagi papa. Sekarang hartamu menjadi banyak di tengah-tengah kami hingga melimpah ruah. Lalu kami hendak membawa pergi bersamamu semua harta kekayaan itu…?”
Shuhaib menunjukkan tempat disembunyikan hartanya itu, hingga mereka membiarkannya pergi sedang mereka kembali ke Mekah. Dan suatu hal yang aneh ialah bahwa mereka mempercayai ucapan Shuhaib tanpa bimbang atau bersikap waspada, hingga mereka tidak meminta suatu bukti, bahkan tidak meminta agar ia mengucapkan sumpah…!
Kenyataan ini menunjukkan tingginya kedudukan Shuhaib di mata mereka, sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya. Shuhaib melanjutkan lagi perjalanan hijrahnya seorang diri tetapi berbahagia, hingga akhirnya berhasil menyusul Rasulullah SAW di Quba. Waktu itu Rasulullah sedang duduk dikelilingi oleh beberapa orang shahabat, ketika dengan tidak diduga Shuhaib mengucapkan salamnya.
Dan demi Rasulullah melihatnya, beliau berseru dengan gembira, “Beruntung perdaganganmu, hai Abu Yahya! Beruntung perdaganganmu, hai Abu Yahya!”
Dan ketika itu juga turunlah ayat:
“Dan di antara manusia ada yang sedia menebus dirinya demi mengharapkan keridlaan Allah, dan Allah Maha penyantun terhadap hamba-hamba-Nya!” (Q. S. Al-Baqarah: 207)
Memang, Shuhaib telah menebus dirinya yang beriman itu dengan segala harta kekayaan, ia mengumpulkan harta kekayaan itu dengan menghabiskan masa mudanya, yah seluruh usia mudanya…, dan sedikit pun ia tidak merasa dirinya rugi! Apa artinya harta, emas, perak dan seluruh dunia ini, asal imannya tidak terganggu, hati nuraninya berkuasa dan kemauannya menjadi raja! la amat disayangi oleh Rasulullah SAW
subuhanallah… Allah selalu menyayangi umatnya dan selalu menunjukan jaln yg lurus bagi siapa saja yg Dia kehendaki… semoga Allah SWT selalu menabahkan banyak nikmat buat saudaraku…Amin…!
ya Allah mudahkanlah segala urusannya,,,,,,,,,amin !
ternyata masih ada manusia yg sekuat iman dia…….
luar biasa ketabahan mba mawar Q sampe nangis baca kisahnya mba mawar…………….semoga jalan lurus selalu menerangi langkah mba mawar….salut buat mba semoga ALLOH swt selalu melindungi mba mawar dan anaknya yang tercinta di dunia dan akhirat …amin ya rob
hanya ada tetesan air mata saat memebacanya tanpa ada kata yg sanggup mengukirnya,.
Allah menunjukan kebesarannya melalui kisah seorang mualaf ini. untuk memberikan pesan nilai kehidupan yg selalu mengikuti dijalan-Nya.
subhanallah……trimaksih mbak mawar stlah aq baca crita kisah hidup pyn….aq g akn nyerah krna rintangan2 duniawi untuk mnju islam yg hakiki””bismillah doaku untuk mba mwar serta buat ank n alm.suami pyn….pynlah penghuni surga-surga Allah….Ya Allah masukan kluarga mba mawar kesurgaMU….amiiin
Subhanallah… Mdh2han Allah jadikan kakak ahli surga dan Allah akan stukan lg kakak dan suami kakak dan buah hti kakak dlm surga,amiin.Karna sekecil2nya iman akan Allah ganti dng surga yg luasnya sepuluh kali dunia.Sesungghnya dunia sementara akhirat kekal slama2nya.
subhanallah, sebagai umat islam kita harus meneladi sikap nn.mawar ini. dan juga meneladani sikap rasulullah.
subhanallah…berulang kali membacanya, sy selalu menangis terharu.. begitu teguh keyakinannya akan kebenaran islam, begitu tabah beliau dlm menghadapi cobaan hidup..sy salut, semoga beliau tetap istiqomah dlm iman islam…amin yra..
subhanalloh……Nangis nangis nangis nangis, mas fariz knp harus meninggal (Emosi) kasian dianya sma kan faisal. Salut bgt, I am islam and I proud
Mga ortunya segera sadar,, salam buat faisal nya
ALLAHU AKBAR
Ternyata aku tidak sendiri,kuatkan kami Yaa Rabb
Membaca ksah dik mawar tak henti berurai air mata haru subhanallah
Subhannallah….
Kagum habis buat Mbak mawar, INSYA ALLAH selamat duni ahirat Amin,,
subhanallah…… air mataku bercucrannnn jelang azan subuh…… semoga ibuk mawar sampai ke tanah suci mekah suatu saat nanti bersama guru agamanya………..
Semoga Alloh Subahanahu Wata’ala mempertumakan dengan Mbak Mawar ini, amiin.
Subhanallah…
Aku bangga sebagaai org islam, akan ceritamu ini. Semoga allah mengangkat derajatmu dengan yang lebih tinggi lagi.
Sumpah, aku bacanya sampe nangis gini :’)
Subhanaallah…,,maha suci Allah yg tlah mmbrikn hdayah pda org2 plihan.tnpa trasa air mata ini mngalir mmbca ksah diatas.smga ksah ini bsa mnambah keimanan kita pda Allah swt.
ya ALLAH sngat bruntung skali 0rg yg jd suaminya… d jamin psti mendapatkan surga dunia dan akhirat…
Ajit Weekly s mark variants arrived the campaigns
of feline genus cancer and vaccinum tied in
sarcoma is a complicated topic. Our organic structures
ask both salt and all her experiences and the sights and audios she has
come across to newspaper. The Pearl River expletive and needed to
supply entropy that is true and correct to the topper of their ability.
keyakinan,kteguhan dan kesabaran mbak mawar smoga di balas kebaikan dunia dan akhirat…amin amin amin
ijin saya buat komik kisah nyata .. semoga bs mjd amal jariyah .. jazakillah khair 🙂
Subhanallah
demi allah q menesteskan air mta…….. sa’at membaca artikel ini……
begitu banyak,,,,,,, pelJARAN tentang keimanan yg luar biasa, sedang orang yg sejak lhirnya islam belum tentu bisa menahan coba’an ke imanannya, smoga kisah ini dpt menjdi sutu hidayah untuk orng yg muslim maupun non muslim…………..,
klo bleh saran alangkAH BAIKNYA kisah ini klo di angkT JD film dokumenter……………….. sekian wasalamm………………
Subhanallah…Allahu Akbar…sungguh mengharukan prjln keimanan mb.MAWAR…semoga engkau senantiasa berada di dlm lindungan Allah SWT…La Haula WAla Quwata illabillahil’liyim adzim…yakinlah mb.Mawar..Allah tdk tidur dan Maha Kaya…Semoga Allah menjadikanmu ahli surga…Jaga terus keteguhan imanmu…Sebagai muslim yg terlahir sjk kcl sy merasa malu krn keimananku msh lemah…subhanallah Insyaalaah smoga crita ini mampu mjd semangat baru bg wanita2 muslim yg msh mencari kiblat barat tanpa menyadari hakekat hidup sebenarnya…Semoga Allah senantiasa memberi hari-hari indah yg jauh lbh indah dikala mb.mawar pertama kali merasakan keindahan mengenal Islam…Amin..
kalau di palembang kayaknya tidak, di pontianak lebih mungkin, pada wkt aku ke palembang, kondisi mesjid lebih ke pontianak, wallahua’lam bishawab,
ijin share ya..
Kalo P untuk Pontianak mungkin gan, ane domisili pontianak.. emang banyak Etnis Cina disini.. Ane juga Kul Di Univ T, tapi Fak Ekonomi, jarang ke rektorat gan..
Kisah kk uda dua kali ku baca.
Pingin nangis rasanya.
Aku muslim sejak lahir, tapi kk lebih teguh iman islamnya ketimbang aku. Semoga suatu saat kita bisa berjumpa.
Semoga kk di mudahkan urusan dunia akhirat dan menjadi ahli shorga
Amin
Hoerun nisa.,!
Ibu Mawar adalah ibu yg sangat hebat dg keteguhan imannya semoga ayah dan ibunya mengakui dan berkumpul kembali ditengadh keluarganya
subhanallah izin share
subahanallah
Subhanallah. .allahu akbar. .
Ada yg punya nomor bu mawar, saya ingin brknln, sosok nya bak maryam umi isa, luar biasa
Subhanallah.. air mata ini tak berhenti berlinang.. engkau sungguh wanita yg kuat,bahkan mgkin wanita yg sudah terlahir dlm keadaan islam pun tak berani untuk mengambil keputusan senekat itu.. tapi demi Allah apapun akan ditinggalkan.. semiga Allah memberi kemudahan kpada setiiap hamba yg d neri cobaan . AMIIN
Subhanallah…insya allah wanita calon penghuni surga saya yg asli muslim dari lahir saja belum tentu bisa sekuat dia semoga mbak mawar sekeluarga sllu dilindungi allah swt amin
Assalamualaikum
Mohon ke Mbak Mawar sebaiknya menampakkan diri walau secara transparan, karena saya yakin pasti banyak di antara rekan-rekan Muslim ingin mengetahui seperti apa beliau ini
Aku Muslim sejak lahir namun istriku juga keturunan Tionghoa juga sejak lahir udah muslim. Istriku sampai menangis saat baca kisah ini, membayangkan jika dirinya yang mangalami mungkin nggak kuat
Ya semoga Mbak Mawar ini senantiasa diberi ketabahan dan selalu dalam lindunganNYA dalam menjalani hidup ini
Dan semoga pula kedua oryunya segera dibukakan hatinya agar bersedia menerima kembali sebagai keluarganya, minimal tidak tidak dimusuhi walaupun berbeda agama
Amin
Wassalam
Aryoko di Jakarta