Hukum Membaca Al Qur’an Dengan Langgam Jawa/Lokal

Tanya:

Bagaimana hukum pembacaan al-Quran dengan langgam Jawa sebagaimana pada peringatan Isra Mi’raj di Istana Negara?

 

 Maulana Habib Luthfi bin Yahya menjawab:

Membaca al-Quran yang penting terjaga mad (tajwid)-nya, makhrajnya. Rasulullah saw memerintah membaca al-Quran dengan suara baik.

زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ

“Perindahlah Al Qur’an dengan suara kalian.” (HR. Abu Dawud)

Contohnya orang Sunda kalau membaca shalawat dan puji-pujian menggunakan dangdagula. Waktu dahulu saya mondok (mesantren) di Kuningan Kiai dan santri-santri membaca puji-pujian dan membaca al-Quran menggunakan langgam dangdagula. Seperti membaca pujian :

Ya Rabi bil-Musthafa balig maqashidana

 waghfir lana ma madha ya wasi’a al-karami.

Di Sunda juga membaca dzikir la ilaha illa Allah juga memakai dangdagula. Menggunakan langgam Jawa selagi niatnya tidak mengejek (takhzi) tidak masalah. Saya kira untuk mengetahui ada motif mengejek atau tidak, dalam masalah ini kita bisa melihat pembacanya berasal dari institusi mana. Pembacanya dari UIN, kalau melihat UIN-nya saya kira tidak ada itu motif mengejek.

Saya mendengarkan pembacaan al-Quran langgam Jawa di Istana Negara itu tidak ada masalah. Saya dengar bacaannya bagus.

Sumber: http://habiblutfi.net/index.php/berita/item/456-membaca-al-quran-dengan-langgam-jawa