Adabul Mufrad – Antara Imam Bukhari dan syaikh Albani
.
Sebelum seorang ulama sejati mengeluarkan statement (amal), nasehat, dll, ulama tersebut telah mengamalkannya terlebih dahulu. Ini adalah ciri ulama akherat. Imam Bukhari (w. 256H) mengeluarkan kitab yang berjudul Adabul Mufrad, yang berarti beliau telah mengamalkan isi kitab beliau tersebut.
Apa jadinya ketika seorang syaikh di masa kini (syaikh Albani) menghilangkan sebagian dari hadits-hadits tersebut karena dianggapnya hadits dlaif dan/atau palsu. Apakah Imam Bukhari teledor/memalsukan hadits, melakukan sesuatu yang bid’ah (ahli bid’ah), mengamalkan kemusyrikan?
Siapakah yang dhalim? Imam Bukhari ataukah syaikh Albani. Silakan anda simak sendiri. (maaf dalam bahasa Inggris). Dipaparkan oleh Prof. Dr. Tahir al Qudri, seorang ulama dari Pakistan.
.
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=wsicyJ6HI7A&feature=related]
.
Saya belum banyak mengenal Syaikh Albani. Semoga saya bisa mengambil manfaat dari beliau dan jikapun beliau ada kesalahan semoga saya tidak mengikuti bagian-bagian yang salah.
Jazaakumullah.
Sebagai seorang manusia, Syaikh Nasirudin al-Albani tidaklah lepas dari kesalahan. Tapi janganlah kita menghujat beliau.
–> Saya kira .. apa yang dilakukan oleh Prof Al Qudri adalah tanggung jawabnya sebagai ilmuwan (ulama) .. bukan menghujat. Ilmu syaikh Al Qudri pun (saya kira) tak berada di bawah syaikh Albani.
betul! jangan pernah menghujat orang lain lebih-lebih Ulama. tapi mengapa mereka sering menghujat seenaknya ya? Ane jadi bingung sebenarnya gimana sih?
Itulah bedanya kita dengan mereka. Tapi tak usahlah kita balik menghujat mereka, lebih baik kita berdoa mohon agar Allah memberi hidayah pada mereka, karena sesungguhnya mereka orang-orang yang telah buta hatinya.
(terus terang, nasihat di atas sebenarnya berasal dari seorang ustadz mazhab Hanafi kenalan saya yang sudah kenyang dihujat oleh mereka hanya karena perbedaan dalam fikih)
Tidaklah yang dilakukan oleh syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani tercela, karena beliau dengan keilmuan yang beliau miliki menyeleksi mana hadits-hadits yang dhoif (lemah dan Shahih) . Kaedah para ulama mutaqoddimin dan muta’akhirin adalah bahwa hadits yang dhoif tidak boleh diamalkan namun boleh dihafal dalam rangka untuk menjelaskan kelemahannya dimana.
Dan tulisan yang antum sampaikan bahwa Al-Imam Bukhari mengamalkan atau teledor dalam mengamalkan yang bid’ah atau memalsukan hadits adalah salah. Pertama beliau adalah manusia, dimana kitab yang beliau tulis itu sesuai per bab dan beliau rangkum semua hadits yang berkaitan dengan bab tersebut tanpa memisahkan mana yang dhoif dan shohih. Ulama setelah beliau telah mensyarah kitab tersebut untuk memisahkan mana yang shohih atau dhoif namun yang kita ketahui adalah shohih adabul mufrod karya syaikh Al-Albani… Dan tidak lah benar beliau mengamalkan perbuatan yang bid’ah, kenapa ? karena beliau adalah seorang imam Ahlussunnah waljama’ah yang mana jika beliau melakuan perbuatan yang bid’ah tentunya sia-sia amalan beliau dan beliau sudah tahu akan hal ini…Dijelaskan juga dalam surat ash-shaft : 2, bahwa Alloh melarang seseorang berbeda dari apa yang mereka kerjakan dengan yang mereka katakan…… Sehingga penjelasan Prof. Dr. Tahrir Al-Qudri, apakah beliau seorang ahli hadits? ulama ahlusunnah? gurunya siapa? apa juga ahlusunnah? jika ahlusunnah tentu tahu tentang adab-adab terhadap ulama….Allohua’lam….